Anda di halaman 1dari 18

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

TEORI KOMUNIKASI SIMBOLIK DAN TEORI


KOMUNIKASI SOSIAL

Mata Kuliah : KOMUNIKASI INTERPERSONAL


Dosen Pengampu : Ust. Achmad Abrory Arief, S.Sos.I, M.Pd
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK

Awal perkembangan interaksi simbolik berasal dari dua aliran, Pertama,


mahzab Chicago, yang dipelopori Herbert Blumer1 (1962), melanjutkan
penelitian yang pernah dilakukan George Herbert Mead (1863-1931).

Lebih lanjutnya, tradisi Chicago melihat manusia sebagai kreatif, inovatif,


dalam situasi yang tak dapat diramalkan. Masyarakat dan diri,
dipandang sebagai proses, bukan sebagai struktur untuk membekukan
proses atau menghilangkan intisari hubungan sosial.
Sejarah Teori Interaksi Simbolik
Perkembangan ini bisa dikaitkan dengan aliran Chicago. Perkembangan
sosiologi di Amerika sejauh ini didahului oleh penyerapan akar sosiologi
yang berkembang luas di Eropa. Untuk memahami fenomena
masyarakat, menurut Blumer, se-orang peneliti harus melakukan
observasi secara langsung atau partisipatif dengan dua cara, yaitu (1)
eksplorasi ke tingkat pemahaman yang meng-hasilkan sensitivizing
concepts.
Salah satu teori sosiologi yang
cukup berpengaruh adalah Berdasarkan apa yang menjadi dasar dari
Interaksi Simbolik yang fokus pada kehidupan kelompok manusia atau
perilaku peran, interaksi masyarakat, beberapa ahli dari paham Interaksi
antarindividu, serta tindakan- Simbolik menunjuk pada “komunikasi” atau
tindakan dan komunikasi yang secara lebih khusus “simbol-simbol” sebagai
dapat diamati. Melalui pendekatan kunci untuk memahami kehidupan manusia itu.
ini, secara lebih spesifik, peneliti Interaksi Simbolik menunjuk pada sifat khas
dapat menguraikan dari interaksi antarmanusia.
perkembangan sejarahnya dan
man-faatnya bagi individu maupun
masyarakat itu sendiri.
Tokoh dan Perkembangan Interaksi Simbolik
George Herbert Mead adalah tokoh yang tidak bisa lepaskan dari
teori Interaksi Simbolik. Charon (1985) mengatakan bahwa
pragmatisme adalah sebuah pe-mikiran filosofis yang berjangkauan
luas, yang dari pe-mikiran tersebut kita bisa mengidentifikasi
beberapa aspek yang memengaruhi orientasi sosiologis Mead yang
sedang berkembang.

Tiga hal yang sangat penting mengenai konstruksi teori Interaksi


Simbolik, adalah (1) Fokus pada interaksi antara pelaku dan dunia;
(2) Pandangan bahwa baik pelaku maupun dunia
sebagai proses yang dinamis dan bukanlah
struktur yang statis; dan
(3) Nilai yang dilekatkan pada
kemampuan pelaku untuk
menginterpretasikan dunia atau
masyarakat sosial.
Tokoh dan Perkembangan Interaksi Simbolik
Tokoh-tokoh yang beraliran interaksi simbolik sebagaimana yang disebut di atas, seperti:
Wiliam James, James M. Baldwin, John Dewey, George H. Mead, yang kemudian
dilanjutkan oleh Charles Horton Cooley, Wiliam I. Thomas, dan Kuhn maupun Herbert
Blumer. Para tokoh ini sepakat menggunakan nama interaksi simbolik untuk menjelaskan
suatu tindakan bersama, pada saatnya nanti akan membentuk struktur sosial atau
kelompok-kelompok masyarakat lain melalui interaksi yang khas.

Meskipun teori interaksi simbolik tidak


sepenuhnya mengadopsi teori Weber, namun
pengaruh Weber cukup penting. Salah satu
pandangan Weber yang dianggap relevan
dengan pemikiran Mead adalah tindakan sosial
bermakna jauh, berdasarkan makna
subjektifnya yang diberikan individu-individu,
tindakan itu memertimbangkan perilaku orang
lain dan kerenanya diorientasikan dalam
penampilan (Mulyana, 2006).
FOKUS DAN PERSPEKTIF

Interaksi Simbolik Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang berinteraksi.


Bahkan, interaksi itu tidak hanya ekslusif antarmanusia, melainkan inklusif dengan
seluruh mikrokosmos, termasuk interaksi manusia dengan seluruh alam ciptaan.
Singkatnya, manusia selalu mengadakan interaksi. Setiap interaksi mutlak
membutuhkan sarana tertentu. Sarana menjadi medium simbolisasi dari apa
yang dimaksudkan dalam sebuah interaksi.
PENELITIAN INTERAKSI
Simbolik Dalam penelitian mengenai iklan dan prostitusi, subjek menggunakan
’iklan panti pijat’ sebagai media (simbol) penawaran jasa prostitutisinya. Subjek
yang lain memanfaatkan ’tampil di cover majalah pria’ sebagai media lain
penawaran atau komunikasi pemasaran jasa prostitutisinya. Subjek yang lain
lagi, ’menjual diri’ dengan tampil di situs jejaring sosial FaceBook (FB) dengan
foto-foto yang ’mengundang’ sebagai media komunikasi pemasaran atau iklan
jasa prostitutisinya. Bagaimana subjek membentuk simbol-simbol pengiklanan
diri tersebut.
TEORI KOMUNIKASI SOSIAL

Mengapa Kita Berkomunikasi ???


Komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
berkomunikasi itu penting untuk membangun konsep diri
kita, aktualisasi diri, untuk kepentingan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur,
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui
komunikasi kita bisa bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, RT,RW, desa, kota) untuk mencapai
tujuan bersama.
Pembentukan Konsep Diri
Konsep-diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu
hanya bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain
kepada kita.
Konsep-diri kita yang paling awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan
orang-orang di sekitar kita,termasuk sanak kerabat, mereka itulah yang
disebut significant other. Orang tua yang mengajari dan mengatakan kepada
kitalewat ucapan dan tindakannya bahwa kita baik, cerdas, tampan, cantik,
rajin, dan sebagainya. Meskipun kita berupaya berperilaku sebagaimana yang
diharapkan orang lain, kita tidak akan pernah secara total memenuhi
pengharapan orang lain tersebut. Aspek-aspek konsep-diri seperti jenis
kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik kita, dan
sebagainya kita internalisasikan lewat pernyataan feed back orang lain yang
menegaskan aspek-aspek tersebut kepada kita, yang seterusnya menuntut kita
berperilaku sebagaimana orang lain memandang kepada kita.
Pernyataan Eksistensi-Diri
Pernyataan eksistensi-diri akan sangat terlihat dengan jelas misalnya pada sesi para
penanya diskusi/seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk
berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering
berbicara panjang lebar seolah mengkuliahi hadirin, yang terkadang dengan
argumentasi yang tidak relevan.

Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian
dalam kepribadian; ”Mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi
dalam dan persepsi luar; ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model
dasarnya; ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas intensional, bagi
munculnya kemauan dari kepasifan.
Pernyataan Eksistensi-Diri
Pada tahap tersebut, komunikasi antara ibu dan anak masih sangat sederhana, dimana anak
hanya memadai bagi lingkungannya yang terbatas. Pada tahap selanjutnya, anak memasuki
lingkungan yang lebih luas lagi; kerabat, keluarga, kelompok bermain, tetangga, kelompok
sekolah dan seterusnya. Ketika memasuki sekolah, ia harus mengembangkan ketrampilan baru
untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih luas, terutama untuk memenuhi
kebutuhan intelektual dan sosialnya. Ketika menjadi dewasa dan mulai memasuki dunia kerja,
lebih banyak lagi ketrampilan komunikasi yang ia butuhkanuntuk mempengaruhi atau
meyakinkan orang lain, termasuk penguasaan bahasa asing misalnya, yang kesemuanya itu
merupakan sarana untuk mencapai keberhasilan.
Komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi dilakukan untuk pemenuhan-diri, untuk
terhibur, untuk nyaman dan tenteram dengan diri-sendiri dan juga orang lain. Beberapa orang
berbicara bisa berjam-jam dengan topik yang berganti-ganti tanpa tercapai tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Pesan-pesan yang dipertukarkan mungkin hal-hal yang tidak begitu
penting, namun membuat mereka merasa senang, karena sejatinya perilaku manusia itu
dimotivasi oleh kebutuhan untukmenjaga keseimbangan emosional atau mengurangi
ketegangan internal dan rasa frustasi. Kita sering bisa memahami mengapa seseorang yang
mencurahkan persoalan pribadinya kepada orang lain yang dipercayainya (curhat) atau bahkan
kita sendiri sering mengalaminya,menjadikan beban emosionalnya berkurang.
DAFTAR RUJUKAN

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosdakarya Basrowi dan Sukidin. 2002.
Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia Becker, Howard. 1963. Overview of Labelling
Theories
, www. Hewett, Norfolk. Sch.uk/curric/ soc/crime/labelling/ diakses pada 10 Agustus 2008.
Charon, Joel M. 1979. Symbolic Interactionism, United States of America: Prentice Hall Inc Fisher, B. Aubrey. 1986.
Teori-teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional, dan Pragmatis. Penterjemah Soejono Trimo,
Penyunting Jalaluddin Rakhmat. Bandung: Remaja Rosdakarya. Francis M. Abraham. 1982
Modern Sociological Theory (An Introduction). Oxford: Oxford University Press. Chapter 8. Simbolic Interacsionism.
Goffman, Erving, 1959. The Presentation of Self in Everyday Life, London: Harmondsworth, Penguin

Anda mungkin juga menyukai