Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS ISI PESAN AKHLAK DALAM SERIAL

KARTUN UPIN & IPIN MUSIM 15 DUGAAN PUASA


EPISODE 5

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
HANIFAH HUSNIYAH
(NIM : 118020302019)

PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AZ-ZAYTUN INDONESIA
(IAI AL-AZIS)
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laju perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangatlah
berpengaruh terhadap aspek-aspek berbangsa atau bahkan
beragama, informasi merupakan kebutuhan penting dalam umat
manusia. Media merupakan alat atau wahana yang digunakan
untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.
Dakwah adalah aktivitas yang sangat penting dalam Islam.
Dengan dakwah Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia.
Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan
yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat
menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-
hal yang membawa pada kehancuran. (Aziz, 2004:37).
Adapun tujuan dakwah antara lain sebagai berikut:
a) Mengajak manusia-manusia yang telah memeluk agama
Islam untuk selalu mengingatkan taqwaan kepada Allah
SWT.
b) Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih
muallaf.
c) Mengajak manusia agar beriman kepada Allah (memeluk
agama Islam).
d) Mendidik dan mengajarkan anak-anak agar tidak
menyimpang dari fitrahnya. (Muhammad, 2006:53).

Munculnya film animasi Upin dan Ipin di MNCTV menjadi


sangat digemari oleh anak anak. Film ini dengan cepat dapat
menarik perhatian dari jutaan pasang mata masyarakat Indonesia,
khususnya anak-anak. Padahal, film ini dibuat oleh Malaysia

2
dengan menggunakan bahasa Melayu. Namun, kehadiran film ini
menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat. Berbagai macam
komentar hadir mengenai penayangan film animasi Upin dan Ipin,
Ada yang mengatakan film tersebut mendidik, ada yang
mengatakan film tersebut lucu, ada yang mengatakan film tersebut
memiliki nilai moralitas yang secara tidak sadar memberikan
pengaruh terhadap kehidupan anak.
Dalam posisi tersebut, Film Upin dan Ipin telah menarik
berbagai kalangan, terutama anak-anak. Banyak anak-anak yang
mulanya menangis dan rewel, kemudian menjadi diam dan tenang
setelah melihat tayangan film tersebut. Tentunya, ada karakter
tersendiri dalam Film Upin dan Ipin yang dapat menarik perhatian
dan kegemaran anak-anak.
Apabila melihat realita yang demikian, tentunya, Film Upin
dan Ipin dapat dijadikan sebagai media penyampaian pesan. Ada
beberapa alasan untuk hal itu: Pertama, film tersebut sudah
digemari oleh anak-anak sehingga tokoh utamanya secara tidak
sadar dapat menjadi figur. Kedua, film tersebut mengambarkan
dunia anak-anak dan kehidupan sehari-harinya sehingga anak- anak
secara tidak langsung dapat meniru tingkahlaku yang ada dalam
film tersebut. Ketiga, film tersebut memiliki latar yang sederhana
sehingga dapat diterima oleh semua kalangan. Keempat, masa
anak-anak adalah masa yang paling bagus dalam proses peniruan
karakter sehingga bentuk-bentuk peniruan tersebut pada saat besar
akan menjadi nilai yang tertanam dalam anak-anak.
Tokoh utama yang dimainkan oleh Upin dan Ipin merupakan
sosok ideal seorang anak dengan karakteristik kekanak-
kanakannya. Di samping memiliki karakter senang bermain,
senang bertanya, berimajinasi, dan memiliki khayalan atau mimpi
yang tinggi, Upin dan Ipin juga memiliki sifat- sifat mulia yang
harus ditiru oleh anak, seperti patuh terhadap orang tua, disiplin
waktu, taat menjalankan ajaran agama, dan sebagainya. Karakter

3
yang demikian sangat pas dengan karakter perkembangan anak
yang sesungguhnya.
Film kartun upin & Ipin sangat baik untuk anak-anak, selain
karena didalam film ini mengandung unsur dakwah, perilaku
tokoh-tokoh yang ada di dalam film tersebut mudah di adaptasi
oleh anak-anak. Sudah jelas bahwa dakwah adalah sifatnya
mengajak orang berbuat kebaikan.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut penulis
mengambil judul pada penelitian ini yaitu “ ANALISIS ISI
PESAN AKHLAK DALAM SERIAL KARTUN UPIN & IPIN
MUSIM 15 “DUGAAN PUASA” EPISODE 5.

1.2 Fokus Penelitian

1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti
membatasi masalah agar ruang lingkup pada penelitian kali ini
fokus, terarah, dan tidak meluas. Seperti diketahui film kartun
zaman sekarang hanya mengandung unsur hiburan semata
namun tidak ada unsur nilai edukasi maupun nilai dakwahnya.
Serial kartun upin & ipin merupakan kartun yang ditayangkan
di Youtube, kartun ini juga pernah tayang melalui saluran
televisi indonesia MNCTV.
Tayangan Upin & Ipin banyak mengandung pesan-pesan
yang kuat seperti edukasi, nilai moral, dan juga ajaran Islam
yang sangat kuat. Agar pembahasan ini terfokus pada satu
permasalahan maka peneliti membatasi penelitian ini pada
Analisis isi pesan akhlak dalam serial kartun Upin & Ipin
Musim 15 Episode 5.

2. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pesan Akhlak dalam serial kartun upin & ipin
khususnya tentang Upin & Ipin Musim 15 Episode 5?
b. Apa pesan Akhlak yang dominan dalam serial kartun Upin
& Ipin khususnya tentang Musim 15 Episode 5?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa


tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja pesan-pesan Akhlak yang
terdapat pada serial kartun Upin & Ipin.
Untuk mengetahui apa pesan Akhlak yang paling dominan
dalam serial kartun Upin & Ipin

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu


penelitian yang dapat diambil nilai gunanya. Penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat bagi penulis maupun orang lain.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah dalam
pengembangan ilmu komunikasi khususnya pada kajian analisis isi
pesan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Istilah


Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan
membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka
perlu adanya penjelasan-penjelasan agar tidak keluar dari koridor-
koridor yang ditentukan. Hal ini dimaksudkan guna mendapatkan
gambaran terfokus dari penelitian dan menghindari terjadinya
kesalahpahaman. Untuk itu, peneliti akan menjelaskan pengertian
yang terkandung dalam judul skripsi diatas, yaitu :
2.2 Pengertian Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) digambarkan oleh para ahli
sebagai studi ilmiah tentang isi komunikasi. Analisis isi adalah
studi tentang isi dengan mengacu pada makna , konteks, dan
maksud yang terkandung dalam pesan. Teori analisis isi Holsti
adalah teknik untuk membuat kesimpulan secara sistematis dan
obyektif dengan cara mengidentifikasi karateristik khusus suatu
pesan. Klaus Krippendorff mendefinisikan analasis isi sebagai
teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang valid dan
dapat ditiru dari teks ke konteks penggunanya.
Penggunaan analisis isi dilakukan jika seorang peneliti
ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang
disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi
seperti surat kabar, buku, film, puisi, lagu, cerita, lukisan,
pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dan
sebagainya. (Jumroni dan Suhaimi, 2006:68).
Analisis isi juga dapat digunakan untuk studi-studi yang
bersifat eksplorasi dan deskriptif. Hardjana menjelaskan teknik

6
analisis isi umumnya memberikan manfaat untuk ketiga
kegiatan yaitu: (1) Membuat paparan tentang apa, bagaimana,
dan kepada siapa suatu komunikasi itu ditayangkan; (2)
Membuat inferensi tentang anteseden mengenai sebab musabab
mengapa suatu komunikasi dinyatakan; dan (3) Membuat
inferensi tentang apa dampak dari komunikasi yang dinyatakan
itu. (Jumroni dan Suhaimi, 2006:71).
Menurut Burhan Bugin, metode analisis isi merupakan
suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan
mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan
menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang dipilih. (Bugin, 2003:134). Dengan
demikian metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam
bidang keilmuan komunikasi karena objek dalam penelitian ini
adalah isi pesan yang disampaikan oleh suatu media
komunikasi.

2.3 Ruang Lingkup Dakwah

2.3.1 Pengertian Dakwah


Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab,
da’watan yang merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a,
yad’u yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan
menjamu. Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan,
seruan, serta panggilan kepada umat Islam untuk mengajak
orang lain masuk ke dalam Sabilillah (Jalan Allah) secara
menyeluruh (Kaffah), baik melalui lisan, tulisan, maupun
perbuatan. (Amin, 2008:5).
Menurut Nasarudin Latif, “Dakwah artinya setiap usaha
atau aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat
menyeru, mengajak, serta memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan menaati Allah SWT., sesuai dengan garis-garis

7
aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah”. (Rafi’udi dan Djaliel,
2001:2).
Secara terminologi atau istilah, dakwah menurut M. Natsir
adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan
yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai
macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan
membimbing pengalamannya dalam perikehidupan
bermasyarakat dan perikehidupan bernegara. (Amin, 2008:13)
Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dakwah juga bisa diartikan
sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat
manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan
usaha penyampaian saja, tetapi juga merupakan usaha untuk
mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life
manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan
yang lebih baik. Dakwah merupakan kewajiban individual
(fardhu’ain) seorang muslim, akan tetapi dalam tataran tertentu
juga merupakan kewajiban kolektif (fardhu kifayah). (Omar,
1984:1).

2.3.2 Tujuan Dakwah


Untuk membina masyarakat agar terjadi perubahan dalam
diri mereka, dapat melakukan kegiatan yang positif, dan
berkelakuan baik setelah mendengarkan dakwah. Secara umum
tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhoi
oleh Allah SWT.

8
Menurut Samsul Munir Amin, tujuan dakwah pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: (Amin,
2008:60-62)
1) Tujuan Umum Dakwah (Major Objective), yaitu
sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktifitas
dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang bersifat umum
dan utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses
dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya.
Tujuan utama adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang
ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktifitas
dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka
semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus
mengarah ke sana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat
umum atau global, oleh karena itu masih juga
memerlukan perumusan-perumusan secara terperinci
pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara
tujuan dakwah yang utama itu menunjukan pengertian
bahwa dakwah kepada seluruh umat baik yang sudah
memeluk agama maupun yang dalam keadaan kafir atau
musyrik.
2) Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective), yaitu
perumusan tujuan dan penjabaran, dari tujuan umum
dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan seluruh aktifitas dakwah dapat jelas
diketahui ke mana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa
yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah,
dengan cara apa, bagaimana, dan sebagaimana secara
terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antar juru
dakwah yang satu dengan yang lainnya hanya karena
masih umumnya tujuan yang hendak tercapai. Tujuan
khusus dakwah sebagai terjemah dari tujuan umumnya
dakwah dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:

9
a) Mengajak manusia manusia yang telah memeluk
agama Islam untuk selalu mengingatkan taqwaan
kepada Allah SWT.
b) Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang
masih muallaf.
c) Mengajak manusia agar beriman kepada Allah
(memeluk agama Islam).
d) Mendidik dan mengajarkan anak-anak agar tidak
menyimpang dari fitrahnya.(Muhammad, 2006:53)

2.3.3 Pesan Dakwah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pesan


mengandung arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang
harus dilakukan atau disampaikan pada orang lain, baik secara
lisan maupun tulisan. (KBBI, 1989:181).
Pengertian kalimat perintah menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah kalimat yang mengandung intonasi
dan makna perintah atau larangan. Jenis-jenis kalimat perintah
di antaranya adalah kalimat perintah ajakan, kalimat perintah
larangan, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah
mengizinkan, kalimat perintah sindiran, kalimat perintah saran
dan kalimat perintah bersyarat.
Nasihat adalah suatu petunjuk yang memuat pelajaran
terpetik dan baik dari si penutur yang bisa dijadikan sebagai
bahan referensi atau alasan bagi si mitra tutur untuk melakukan
suatu hal.
Permintaan memiliki 2 arti. Permintaan berasal dari kata
dasar minta. Permintaan adalah sebuah homonim karena arti-
artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi
maknanya berbeda. Permintaan memiliki arti dalam kelas
nomina atau kata benda sehingga permintaan dapat menyatakan

10
nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan.
Amanat adalah pesan moral dalam cerita yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca berupa nilai-nilai
luhur yang bisa dijadikan teladan atau dijadikan contoh.
Penyampaian pesan dalam cerita selalu di dasarkan pada tema
dan tujuan yang sudah ditentukan oleh pengarang ketika
menyusun rancangan cerita. Amanat atau pesan dalam sebuah
tulisan cerita tidak selalu tersurat (jelas), namun dapat juga
tersirat (tersembunyi). Umumnya amanat atau pesan bisa
ditelusuri melalui percakapan para tokoh dalam sebuah cerita.
Apabila tema berkaitan dengan arti, maka sebuah amanat
berkaitan dengan makna. Lalu apabila tema mempunyai sifat
yang sangat lugas, khusus, dan objektif maka amanat
mempunyai sifat kias, umum, dan subjektif.
Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “semua
pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah baik
tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.
(Tasmara, 1997:43). Islam sendiri sebagai ajaran yang
universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya
yang berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan
kehidupan manusia tersebut ialah aspek ekonomi politik,
hukum, pendidikan, sosial, keluarga, kebudayaan dan lain
sebagainya.
Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar
Ilmu Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang
harus disampaikan adalah mencakup akidah, syariah, dan
akhlak, dan kemudian syariah dibagi menjadi dua cabang
pokok, yaitu ibadah dan mu’amalah. (Saputra, 2011:8). Titik
singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus
disampaikan oleh seorang da‟i kepada mad’u berdasarkan
keterangan di atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok

11
keimanannya (arkan al-iman), syari’ah yang menjadi dua
cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah, serta akhlak, yaitu
akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan dan
tumbuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-
pesan atau materi-materi dakwah yang harus disampaikan
kepada mad’u atau objek dakwah adalah berkaitan dengan
masalah-masalah sebagai berikut:
a. Pesan Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau
sangkutan. Sedangkan secara praktis, aqidah berarti
kepercayaan, keyakinan, atau iman (Saleh, 2000:55)
Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah
dikutip oleh Hassan Saleh adalah “keyakinan akan
kebenaran sesuatu, yang terhujam dalam-dalam pada
lubuk hati seseorang, sehingga mengikat kehidupannya,
baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya”.
Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada
arkanul iman (rukun iman yang enam) antara lain:
1) Iman kepada Allah
2) Iman kepada Malaikat
3) Iman kepada KitabNya
4) Iman kepada RasulNya
5) Iman kepada Hari Kiamat
6) Iman kepada Qadha dan Qadar
Akidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim
yang menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan
kehidupannya. Aqidah merupakan tema bagi dakwah
Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali
melakukan dakwah di Mekkah. Aqidah merupakan tiang
penyangga atau pondasi pada keimanan seseorang dalam
meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang
mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan

12
mudah roboh bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan
manusia, jika aqidah sebagai pondasi imannya lemah,
maka imannya pun akan lemah dan rapuh sehingga
mudah roboh keyakinannya.
b. Pesan Syariah
Secara bahasa (etimologi) kata syariah berasal dari
bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-
undang, yaitu peraturan-peraturan mengenai tingkah
laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya. (Mujieb,1994:343).
Syariah hal yang sifatnya pokok (dasar), maka Islam
juga mengatur manusia melalui praktek. Jika aqidah
posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina
suatu perundang-undangan (syariat) sebagai cabangnya.
Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal
lahir (nyata) dalam rangka menaati semua
peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan
hidup antara sesama manusia. (Syukri, 1983:61).
Ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan disebut ibadah, dan ketetapan ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama disebut
muamalah. Syariah terdapat dalam Al-Qur‟an dan kitab-
kitab hadits. Kalau kita berbicara tentang Syariah yang
dimaksud adalah firman Tuhan dan sunnah Nabi
Muhammad SAW. syariah bersifat fundamental,
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari fiqih. Ia
juga merupakan ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-
Nya, karena itu berlaku abadi.
Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah
dan muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang
diperlukan manusia. Semua ibadah ada dalam Islam

13
meliputi: shalat, puasa, zakat, haji yang bertujuan
membuat roh manusia senantiasa tidak lupa kepada
Tuhannya dan bahkan menjadi lebih dekat lagi dengan
Tuhannya. Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia
di alam ini adalah beribadah kepada Allah. Kita juga
telah mengetahui bahwa ibadah adalah mengoptimalkan
ketundukan yang disertai dengan mengoptimalkan
kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam
mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi
seluruh kehidupan dengan berbagai macam isinya.
(Yusuf, 2005:115). Dalam muamalah yang berasal dari
fiil madi “amala” berarti bergaul dengannya, berurusan
(dagang).
Muamalah merupakan ketetapan ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan
dengan lingkungannya (alam sekitarnya). Dalam
muamalah membahas tentang hubungan dalam keluarga
yang merupakan satuan terkecil masyarakat yang
anggota-anggotanya terikat secara bathiniah dan hukum
karena pertalian darah dan pertalian pernikahan. Ikatan
itu, memberikan kedudukan tertentu kepada masing-
masing anggota keluarga, hak dan kewajiban, serta
tanggung jawab bersama.
c. Pesan Akhlak
Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa
Arab, bentuk jama dari khula, yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak dari segi
istilah (terminologi) adalah budi pekerti, yang berarti
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi
pada karsa dan tingkah laku. Menurut Ibn Manzhur
berkata, khulq dan khuluq (dengan satu dhammah dan
dengan dua dhammah) berarti budi pekerti, dan agama.

14
Kata ini dipakai untuk menyatakan perangai seseorang
yang tidak terdapat di dalam fitrahnya (dibuat-buat).
Khulk dalam kamus Al- Munjid berarti budi pekerti,
perangai tingkah laku, atau tabiat. Di dalam Da’iratul
Ma’arif dikatakan akhlak adalah sifat-sifat manusia
yang terdidik. (Asmaran, 1992:1).
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir
yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak mulia (akhlak mahmudah), atau perbuatan
buruk, yang disebut akhlak tercela (akhlak mazmumah)
sesuai dengan pembinaannya. Dalam akhlak tercakup
pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak
Khalik dengan perilaku manusianya. Dengan kata lain,
dalam pengertian ini, tata perilaku seseorang terhadap
orang lain dan lingkungannya, baru menggambarkan
nilai akhlak hakiki, manakala suatu tindakan atau
perilaku tersebut berdasarkan kepada kehendak Khalik
(Tuhan). (Nasution, 2004:71).
Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap
atau perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan cara
tidak menyekutukan-Nya, dan bertaubat serta
mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa dan memohon
kepada-Nya dan selalu mencari keridhoan-Nya.
Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan
dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia.
Tidak melakukan hal-hal negatif seperti membunuh,
menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan
yang beanr. Kemudian jika bertemu mengucapkan
salam, dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk,
saling memaafkan, dan ucapan yang baik, mendoakan

15
dan saling membantu. Kemudian akhlak terhadap
lingkungan yaitu berkaitan dengan perlakuan seseorang
terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak
bernyawa lain.
Untuk itu, salah satu materi dakwah islam dalam
rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat
manusia serta membuat harmonis tatanan hidup
masyarakat, disamping aturan formal yang terkandung
dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah
akhlak. Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak
hanya bersifat lahiriah, tetapi juga sangat melibatkan
pikiran.

2.4 Metode Dakwah


Dalam segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu
“meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). (Arifin, 1991:61).
Dengan demikian, bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman yaitu
methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa
Yunani metode berasal dari kata metodos, artinya jalan, dalam
Bahasa Arab disebut thariq. (Hasanuddin, 1996:35).
Menurut Masdar Helmy, metode dakwah dapat diartikan sebagai
jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang
dilaksanakan secara efektif dan efisien. (Helmy, 1973:21).
Menurut Toto Tasmara, metode dakwah adalah cara-cara
tertentu yang dilakukan seorang da’i (komunikator) kepada
mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah
harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
(Tasmara, 1997:43).

16
2.5 Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin, median yang
merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi berarti
alat perantara. (Syukir, 1986:17). Media adalah segala sesuatu
yang bisa dijadikan alat perantara yang membantu juru dakwah
dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.
(Karim, 1940:225). Dalam kamus Telekomunikasi, media
berarti sarana yang digunakan untuk komunikator yang akan
menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikan
jauh tempatnya, banyak atau bedanya. Jadi segala sesuatu yang
dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi
disebut media komunikasi. Menurut Laswell, komunikasi
meliputi lima unsur: (a) komunikator (communicator, source,
sender); (b) pesan (message); (c) media (channel, media); (d)
komunikan (communicate, receiver, receipent); (e) efek (effect,
impact, influence). (Effendy, 18)
Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi,
video, kaset, rekaman, majalah, dan surat kabar. (Gozali,
1992:227). Secara umum media-media benda yang dapat
digunakan sebagai media dakwah dikelompokan pada:
a. Media visual, yakni bahan-bahan atau alat yang
dioperasikan untuk kepentingan dakwah indra
penglihatan perangkat media visual yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah adalah film
slide, transparasi, overhead proyektor (OHP), gambar,
foto dan lain sebagainya.
b. Media Audio, yakni alat-alat yang dapat dioperasikan
sebagai sarana pertunjukan kegiatan dakwah yang
ditangkap melalui indra pendengaran. Media audio
sudah bisa digunakan orang untuk berbagai kegiatan
secara efektif. Media audio ini cukup tinggi
efektifitasnya dalam penyebaran informasi, terlebih lagi

17
untuk media audia yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dua arah seperti, telepon atau
handphone, radio, tape recorder. Dengan media audio
komunikasi dapat berlangsung tanpa batas dan jarak.
c. Media Audio Visual, yakni media penyampaian
informasi yang dapat menampilkan unsur gambar
(visual) dan suara (audio) secara bersamaan. Pada saat
mengkomunikasikan pesan dan informasi. Adapun yang
termasuk dalam media audio visual adalah televisi, film,
sinetron, dan video.
d. Media Cetak, yakni media untuk menyampaikan
informasi melalui tulisan yang tercetak. Media cetak
merupakan media yang sudah lama dikenal dan mudah
dijumpai di mana- mana. Adapun yang termasuk dalam
media cetak antara lain ada buku, majalah, surat kabar,
bulletin, brosur, dan lain-lain. (Amin, 116-125).

2.6 Pengertian Serial Katun Upin dan Ipin

2.6.3 Pengertian Serial Kartun


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia serial kartun
adalah film yang menciptakan khayalan gerak sebagai hasil
pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan
posisi disertai dengan gambar yang bisa bergerak dengan
penampilan yang lucu, berkaitan dengan keadaan yang sedang
berlaku. Kartun adalah gambar dengan penampilan lucu yang
mempresentasikan suatu peristiwa. Orang yang membuat
kartun disebut kartunis. Beberapa jenis gambar kartun yang
dikenal saat ini ialah kartun editorial, gag cartoon, dan strip
komik
Kartun editorial atau kartun politis biasanya ditujukan
untuk menyatakan pandangan politik atau sosial dengan cara

18
menyindir. Sementara itu, gag cartoon dimaksudkan untuk
melucu tanpa menyindir. Strip komik ialah gambar kartun
dalam bentuk komik singkat. Kartun dapat pula digunakan
sebagai ilustrasi, misalnya dalam buku, majalah, atau kartu
ucapan.
Upin ipin ialah sebuah serial animasi yang tayang di Malaysia
yang di hasilkan oleh “Les Copaque dan di tayangkan khusus untuk
menyambut bulan suci Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik
anak-anak mengenai arti dari bulan suci Ramadhan . Selain tayang di
Malaysia, Upin dan Ipin juga tayang di beberapa Negara seperti
Indonesia, Thailand, dan Turki. Seiring berjalannya waktu, Upin dan
Ipin kini ditayangkan tidak hanya dengan episode Ramadhan saja,
tapi kini episode banyak nilai dakwah dan nilai edukasi yang sangat
di serial kartun tersebut.

2.6.4 Kartun Sebagai Media Dakwah

Kartun yang kita ketahui pada zaman sekarang cukup


banyak tayang di stasiun tv di Indonesia. Banyak serial kartun
pilihan di tv-tv zaman sekarang yang bisa kita atau anak kecil
menontonnya. Tapi hanya sedikit yang menyajikan nilai dakwah
ataupun edukasi maupun toleransi yang tinggi didalamnya.
Kebayakan kartun zaman sekarang hanya mencari unsur hiburan
semata yang bertujuannya hanya untuk menghibur para
penontonnya tanpa adanya nilai agama di dalamnya. Misalnya
seperti Tayo, Spongebob, Doraemon, Naruto dan lain-lain.
Kebanyakan kartun zaman sekarang banyak mengandung unsur
kekerasan dan juga banyak perkataan kasar didalamnya.
Upin dan Ipin merupakan salah satu serial yang disukai
anak-anak. Karena karakternya yang mudah diingat dan filmnya
sangat menyenangkan untuk di tonton. Selain mengandung nilai
dakwah, nilai edukasi dan nilai toleransi. Dengan menonton

19
tayangan Upin dan Ipin, di harapkan anak-anak lebih memahami
pesan moral di dalamnya khususnya tentang agama. Maka dari itu
film ini sangat layak untuk dijadikan salah satu media dakwah oleh
anak-anak.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pada penelitian ini, maka pendekatan merujuk pada kualitatif
induktif karena bersifat dimulai dari data atau fenomena yang ada
dilapangan yang kemudian memunculkan teori. Riset pada
kualitatif yang menekankan analisis induktif, dengan deskripsi
yang kaya nuansa, dan riset tentang persepsi manusia (Bogdan &
Biklen, 1982).
Dilihat dari pendekatan kualitatif analisis, maka dapat diketahui
bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

3.2 Kehadiran Peneliti


Dalam penelitian, tindakan kehadiran peneliti tidak hanya
sebagai perencana, dan pengumpul data saja. Tetapi peneliti
terlibat langsung dalam tindakan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian.
Maka dari itu, peneliti adalah orang yang melakukan penelitian
tentang suatu hal termasuk karya ilmiah, dan juga sebagai
orang yang melakukan kegiatan-kegiatan dan penelitian, baik
itu kualitatif, kuantitatif, ataupun penelitian pustaka. Jika
peneliti menggunakan metode kualitatif, berarti ia harus
langsung turun ke lapangan untuk meneliti dengan
menggunakan metode-metode, mulai dari observasi,
wawancara, dokumentasi dan lain sebagainya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Mohamad Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Al-Hasani, Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki. Kiat Sukses


Berdakwah. Jakarta: Hamzah, 2006

Saleh, E. Hassan. Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan


IMTAQ dan Pengembangan Wawasan. Jakarta: Penerbit ISTN, 2000.

Jumroni, and Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi.


Jakarta: UIN Press, 2006.

Tsamara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Prata,


1997.

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers,


2011

Nasution, Harun. Ensiklopedia Media Islam Indonesia Pengantar


Studi Akhlak.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 1992.

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, (Jakarta: Amzah,


2008)

22
Rezaldy,Alex. Kartunku Kartunmu.Yogjakarta: Media Group
Yogja, 2016.

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah , 17.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:


Rake Sarasin, 2000.

Krisyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:


Perdana Media Group, 2007.

Krispependoff,Klaus. Content Analysis: An Introduction to is


Methodology.

London: Sage Publication,2004.

Amin, Samsul munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam.


Jakarta :Amzah,2008

Gozali/ Kamus istilah Komunikasi. Bandung: Djambatan, 1992.

Hasanuddin. Hukum Dakwah. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,1992.

Al-Qardhawi,Yusuf. Ibadah dalam islam. Jakarta : Akbar Media Eka


Sarana,2005.

23

Anda mungkin juga menyukai