Anda di halaman 1dari 20

GEREJA KATOLIK DAN POLITIK

Materi :
Kelompok 7  Sekilas Hubungan Gereja
Dan Negara Dalam Sejarah
 Agatha Ulina Silalahi
(4173111003)  Beberapa Pemikiran
Kekuasaan Negara Dan
 Bene Dikta Brutu Kekuasaan Gereja
(4172111002)  Belajar Dari Warta Profetis
 Friska Simbolon Para nabi
(4173240008)  Teladan Sang Guru :
 Noni Prince Jawak - Yesus dan Politik
(4173121035) -Politik Sosio-Religius
 Serli Yustina Simamora  Etika Politik Gereja Katolik
(4173311091)
 Erichika
Sekilas Hubungan Gereja dan
Negara dalam Sejarah

Dalam sejarah, gereja dan negara memiliki beberapa bentuk


hubungan. Banyak orang berpikir bahwa gereja dan negara
merupakan dua hal yang sangat berbeda. Sehingga mereka
menyatakan bahwa negara dan gereja tidak boleh memiliki
keterikatan antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu ada
orang yang memiliki pemahaman bahwa gereja dan negara harus
saling berhubungan. Artinya gereja sebagai pembina rohani
harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap negara. Negara
harus berada di bawah pengawasan dan kontrol gereja.
Pandangan lain menyatakan bahwa negara harus berperan penuh
dalam perkembangan yang terjadi di dalam gereja. Artinya
negara harus mengontrol gereja.
Pandangan tersebut yaitu:

1. Gereja Terpisah dari Negara


2. Gereja Menguasai Negara
 Dalam banyak hal, kaisar (sebagai warga Khatolik) dalam
menentukan kebijaksanaan negara berpedoman pada
petunjuk paus. Para penguasa lokal juga tunduk kepada
para uskup dan imam. Kewenangan hieraki gereja semakin
kuat dan meluas. Di negara-negara yang raja beragama
menjadi penguasa tertinggi. Raja diangkat dan dimahkotai
oleh paus. Dan pada tingkat bawahnya, para uskup dam
imam memain peranan besar terhadap kebijakan para
pejabat lokal, bahkan kadang kala pejabat gereja
merangkap sebagai pejabat sipil. Banyak uskup dan imam
merangka jabatan sebagai gubernur dan bupati, serta
menguasai banyak tanah. Situasi ini memang membuat
penyebaran kekristenan terjadi dengan cepat.
Ada beberapa tokoh besar gereja yang membicarakan hal
ini:
 Santo Agustinus dari Hipo
Bagi Santo Agustinus kedua kekuasaan ini berada
dalam dua komunitas yang berbeda yang tidak bisa
dicampurkan. Kekuasaan duniawi berada dalam komunitas
duniawi sedangkan kekuasaan illahi berada dalam
komunitas allah.
Thomas Aquinas
Thomas Aquinas mengatakan bahwa kewenangan
negara berasal dari hukum kodrat (lex natura) dan hukum ini
adalah cerminan dari hukum ilahi yang abadi.
Gagasan thomas dipertegas lagi oleh paus Yohanes
XXIII (1963) ensikliknya pacem in Terris. Menurut paus
pemrakarya konsili vatikan II kewenangan negara bermula
dari kebutuhan akan keteraturan dan kesejahtraan
masyarakat manusia. Allah menciptakan manusia sebagai
mahluk sosial dan manusia hanya mungkin bisa bersatu
bila ada pihak yang mewakili kewenangan untuk menunjuk
arah dan tujuan. Jadi kewenangan negara bersumber dari
hukum kodrat sendiri yang berasal dari sang pencipta.
Belajar Dari Warta Profetis Para Nabi
 Amos (760 SM)
Kritikan Amos dalam bidang politik yaitu
Perihal pengadilan : Amos menyoroti perilaku para pemimpin yang
bertindak sebagai hakim. Bertindak sewenang-wenang dan keputusan
keadilan tidak berdasar pada kebenaran objektif.
Akibatnya, keadilan untuk orang miskin dikesampingkan kerena tidak
mampu membayar suap.

Perihal keserakahan para pemimpin: Para pejabat yerusalem


hidup dalam kemewahan dan tidak memperdulikan nasib sesama
umat manusia.Kekayaan yang mereka peroleh bukan untuk
mensejahterakan rakyat tetapi untuk memuaskqan keserakahan
hati para pejabat tersebut. Sementara di sisi lain banyak
masyarakat kecil yang hidup dalam kemiskinan.
 Mikha (730 SM)
Nabi Mhika mengatakan Tuhan tidak akan diam
menyaksikan kejahatan yang dilakukan oleh berbagai
pihak tertentu. Kecaman nabi Mhika diantaranya :
1. Para pejabat. Mikha mengecam perilaku para pejabat
negara dimana kehidupan mereka dipenuhi dengan
kejahatan. Pikiran mereka hanya memperbanyak
harta secara melimpah ruah. Malam hari mereka
merencanakan kejahatan dan siangnya melakukan
rencana tersebut. Harta masyarakat dirampas
dengan paksa dan masyarakat dipaksa bekerja
sebagai budak.
2. Para tentara Yehuda.Mhika mengecam para tentara Yehuda
yang seharusnya melindungi masyarakat justru menjadi
musuh masyarat.Senjata mereka gunakan untuk
merampok, menggertak, menakut-nakuti dan mengusir
masyarakat dari rumahnya.
3.Mika juga mengecam para penguasa, dan politikus di
ibukaota Yerusalem. Hal ini dikarenakan keserakahan dan
kebobrokan moral para penguasa tersebut. Mereka
membenci kebaikan dan menyukai kejahatan dan mereka
sangat ahli dalam memutar balikkan fakta.
4. Bisnis pengadilan.Mereka yang bertugas sebagai hakim
yang memutuskan perkara -perkara mengabaikan keadilan
demu keuntungan pribadi. Bukan hukum dan keadilan
yang menjadi dasar mreka memutuskan perkara
melainkan uang suap.
 Yesaya
Yesaya menyaksikan langsung penguasa Yerusalem
yang diperoleh dari hasil perampasan. Mereka
membuat kesepakatan busuk untuk memperkaya diri
dan menyingkirkan masyarakat kecil, bahkan mereka
dengan mudahnya merubah peraturan untuk
mendukung segala kejahatan mereka.Yesaya
menyampaikan kecaman atas tindakan mereka.

Tuhan akan mendatangkan hari


penghukuman atas mereka. Ketika tiba
waktunya, mereka akan akan dijadikan
tawanan, meringkuk dalam tahanan lalu
dibunuh bersama tahanan lain(Yes 3:3-4)
Teladan Sang Guru
 Yesus Dan Politik
Yesus Kristus adalah pendiri kristianitas, kepala dari
tubuh gereja, Tuhan Penyelamat dan guru bagi para
muridnya.
Yesus mengalami dan mungkin terpengaruh oleh situasi
politik pada zaman itu.
Hal yang mungkin paling jelas tentang keterlibatan
Yesus dalam dunia politik adalah pengenalan diri-Nya
sebagai mesias. Mesias adalah raja oramg Yahudi dan
penerus tahta Daud serta pembawa kebebasan.
Hal tersebutlah yang menjadikan Ia didakhwa, diadili
dan dijatuhi hukuman mati. Yesus hanyut dalam
kemesiasannya,. Artinya, Ia datang, hidup dan mati
hanya untuk satu tujuan yaitu menegakkan kerajaan
Allah.
Dalam misinya Yesus membebaskan orang-orang miskin
dan tertindas..
Yesus memang tidak terlibat dalam politik kekuasaan,
namuntidak bisa dikatakan bahwa Yesus tidak ikut
campur dalam dunia politik. Ia adalah bagian dari
kehidupan politik dan mengambil peran tertentu
didalamnya. Ia tampil sebagai tokoh pembebas,
terutama bagi kaum miskin dan tertindas.
 Politik Sosio-Religius
Model politik yesus adalah sosio-religius

Jalan Yesus ditempuh bukan melalui jalan


militer dengan mengangkat senjata tetapi
melalui jlan moralitas yaitu perubahan
hati atau pertobatan.
Yesus mengusulkan pemecahan masalah dengan jalan
damai yakni dengan mencintai musuh. Yesus tidak
menghendaki pembebasan hanya dari satu
penindasan tetapi secara radikal dari semua bentuk
penindasan. Ia mengkhendaki sebuah dunia baru,
dunia damai, dunia penuh kasih yakni Kerajaan Allah.

Bagi Yesus, pembebasan sejati terjadi bila martabat


manusia dihargai.Karena itu Ia meyuarakan
solidaritas. Yesus menentang politik tanpa kasih.
Tanpa kasih merupakan salah satu akar dari penindasan,
diskriminasi dan penderitaan.
ETIKA POLITIK GEREJA KATOLIK
 Gereja secara intitusi tidak terlibat langsung dalam
kekuasaan Negara. Gereja tidak memiliki suatu model
sistem politik dan ekonomi sendiri. Namun gereja
tidak mau bodoh dengan situasi politik di sekitarnya.
Gereja menolak untuk berada pada salah satu posisi
atau system politik/idiologi tertentu. Yang
diperjuangkan dan disuarakan gereja adalah soal nilai
Berikut beberapa nilai utama yang diperjuangkan gereja:
1. Martabat Pribadi Manusia
Dalam ensiklik populorum Progresio, Paus mengatakan
pembangunan sejati hanya dapat terjadi bila martabat pribadi
setiap orang dan hak-hak asasinya dihargai. Gereja harus
mewartakan kabar baik Tuhan, bahwa setiap orang diciptakan
menurut citra Allah, karenanya memiliki martabat luhur dan
kebebasan, dan melahirkan hak-hak kodrati yang tidak dimiliki
oleh makhluk yang lain
2. Hak Asasi Manusia
Paus Yohanes XXIII mengatakan bahwa setiap orang memiliki hak-
hak asasi yang harus dihormati, dan tidak boleh dikorbankan oleh
pihak manapun. Gereja memiliki tugas khusus untuk membela
hak-hak asasi mereka yang lemah dan tak berdaya. Berpihak
kepada mereka yang disebut dengan orang-orang kecil ini didasari
karena cinta Yesus kepada semua dan kemanusiaan. Karena itu ia
berpihak pada mereka yang tertindas, yang tidak memiliki sesuatu
untuk dibanggakan kecuali kemanusiaan mereka.
3. Kebebasan Beragama
Dignitate Humene menyatakan bahwa kebebasan
beragama termasuk dalam hak asasi pribadi yang tidak
bisa diganggu gugat oleh pihak manapun.
4. Martabat Perempuan
perempuan harus dihargai sebagai pribadi yang
bermartabat. Setiap orang harus dihargai, dihormati,
dan dicintai bukan karena kedudukan,status sosial,
pendidikan, keutamaan atau keberhasilannya, tetapi
karena ia adalah pribadi manusia.
5. Demokrasi
Paus mengatakan bahwa demokrasi yang otentik
hanyalah mungkin dalam negara yang ditata berdasarkan
hukum serta pengertian yang tepat tentang pribadi
manusia dan hak-hak asasi manusia. Dengan demikian
gereja katolik menolak pemberlakuan totaliter, setiap
bentuk totaliter merupakan penyangkalan terhadap
pribadi manusia dengan martabat luhur sebagai citra
Allah.
THANK YOU

GOD BLESS US

Anda mungkin juga menyukai