Anda di halaman 1dari 41

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :
Muthi’ah Nabillah
(NPM 1102014175)

Konsulen Pengampu :
dr. Budi M. Lumunon, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI


DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI - RS POLRI
MEI 2019
Identitas Pasien
 Nama : Ny. TN

 Umur : 25 tahun
 Alamat : Jl. Kp bintaro RT05/01 pesangrahan Jakarta selatan
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Ibu rumah tanga
 Status : Menikah
 Suku : Jawa
 Gol. Darah :O
 Masuk RS : 14 Mei 2019
 Nama Suami : Tn. O
 Alamat : Jl. Kp bintaro RT05/01 pesangrahan Jakarta selatan
 Pendidikan : S1
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
Keluhan utama
• Keluar air-air berwarna jernih sedikit kekuningan dari jalan lahir
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien dengan kehamilan pertama, mengaku hamil 20 minggu
• Keluar air-air berwarna jernih dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS.
• Keluar lender bercampur darah tanpa rasa nyeri sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit
• Mules hilang timbul.
• Cairan yang keluar dari jalan lahir berwarna bening dan
berbau anyir.
• Riwayat trauma, diuruturut, minum jamu, berhubungan intim
saat kehamilan, nyeri saat BAK dan demam disangkal,
• Terakhir kali USG dengan dokter dikatakan bahwa air ketuban
kurang dan plasenta letak rendah
• Riwayat keputihan (-)
 Riwayat Obstetri

Jenis Keadaan
Umur
Tahun Tempat Jenis Penolong Kelamin/ anak
No. kehamila Penyulit
partus Partus Persalinan Persalinan Berat Sekaran
n
Badan g

Saat
1.
ini

 Riwayat Perkawinan:
 Perempuan : Menikah pertama kali
 Laki- laki : Menikah pertama kali
 Usia saat menikah : Perempuan : 25 tahun,
 Laki-laki : 27 tahun,

Riwayat Haid
 Siklus haid : Teratur
 Lama haid : 5 hari
 Banyaknya darah : Sedang, 1-2X ganti Nyeri haid : Tidak ada
 Menarche usia : 12 tahun
 HPHT : 22 Desember 2018
 Taksiran Persalinan : 28 September 2019
Riwayat kontrasepsi
 Tidak menggunakan KB sebelumnya
Riwayat Antenatal Care :
 Rutin kontrol setiap bulan ke dokter kebidanan
 Riwayat penyakit terdahulu
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat paru-paru (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
 Riwayat penyakit liver
 Riwayat penyakit Diabetes militus (-)
 Riwayat penyakit epilepsi (-)
 Riwayat riwayat asma bronchial (-)
 Riwayat hipertensi sebelum kehamilan (-)
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tensi : 110 /70 mmHg
 Nadi : 20x/menit
 Respirasi : 83 x/menit
 Suhu : 36,5
Kepala normocephal

:
Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
:
Telinga tidak ditemukan kelainan

Hidung tidak ditemukan kelainan

Tenggorokka tidak ditemukan kelainan


n
Leher pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-)
Thoraks Jantung : S1S2 reguler tunggal, murmur (-), gallop (-)
: Paru-paru : suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing
Abdomen: (-)
Inspeksi : cembung, linea (-), striae (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas: Superior : edema (-/-), akral hangat
Inferior : edema (-/-), akral hangat, varises (-/-)
Status Obstetri

Pemeriksaan luar Inspekulo :


• Inspeksi : membesar • Tampak OUE menutup
simetris, striae (-), linea • Ketuban mengalir
(+). • Pemeriksaan lakmus :
• Palpasi : Merah berubah menjadi
Tinggi fundus uteri : biru
19cm, ballottement
externa, His (-)
• Auskultasi : Denyut
jantung janin : 147 kali
/menit
Pemeriksaan Dalam:
 Vulva : Tidak ada kelainan
 Vagina : Tidak ada kelainan
 Portio : Tebal lunak Pembukaan Belum ada
 Ketuban : Mengalir
Pemeriksaan Penunjang
USG : oligohidromnion
Lab 14/05/2019

a. Hemoglobin 11,3 mg/dl (12-14)

b. Hematokrit : 33% (37 – 43 %)

c. Leukosit : 16700 /mm3 (5.000-10.600)

d. Trombosit : 285.000 /mm3 (150.000-400.000)


Diagnosa Klinis
G1P0A0 Hamil 20 minggu belum inpartu, ketuban pecah dini pada
kehamilan premature, oligohidromnion, janin tunggal hidup intrauterine.
Hemoragik ante partum

Daftar Masalah
 Ketuban pecah dini pada kehamilan premature
 Oligohidramnion
 Hemoragik ante Partum etcausa Placenta Letak Rendah
Uraian Masalah
Hemoragik Ante
Ketuban Pecah Oligohidromnion partum ec
dini Plasenta letak
• prolaps tali pusat, rendah
• Deformitas janin • Placenta previa
• infeksi maternal
ataupun • Kompresi tali totalis
neonatal, pusat langsung • Placenta previa
• persalinan • Fetal distress marginalis
prematur • Placenta letak
• hipoksia karena rendah
kompresi tali
pusat,
• deformitas janin,
• Sectio ceasaria
Tatalaksana

Rencana
Rencana Diagnostik Medikamentosa
Penatalaksanaan
•Pemeriksaan •Non •IVFD RL + drip
laboratorium Medikamentosa: bricasma 1 mg
hematologi setiap •Bed rest •Klindamisin 3 x 300
24 jam •Terapi konservatif mg PO
•USG berupa observasi
tanda vital ibu,
his, DJJ, dan
rembesan selama
24 jam
•Hidrasi yang
cukup
•Pemeriksaan
hematologi/ 24
jam
Edukasi
Penjelasan tentang kondisi ibu, resiko komplikasi serta
penyakit yang dialami oleh ibu. Pemberian informasi
mengenai keadaan ketuban pecah dini dan rencana
yang akan diberikan.
Prognosis
 Quo ad Vitam : dubia ad malam
 Quo ad Functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam
DEFINISI

 Ketuban pecah dini atau yang sering disebut


dengan KPD adalah ketuban pecah spontan
tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban
pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)
atau sebelum 5 cm (multigravida)

 Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya


selaput ketuban sebelum persalinan. Bila
ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan prematur
KLASIFIKASI

KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum


adanya tanda – tanda persalinan spontan. Terminologi :
 Premature Rupture Of The Membrane (PROM) :
Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan
pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37 minggu.
 Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM)
: Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan
pada pasien yang umur kehamilannya < 37 minggu.
 Prolonged Premature Rupture Of The Membrane :
Pecahnya selaput ketuban selama ≥ 24 jam dan
belum terjadi onset persalinan.
 Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya
selaput ketuban dengan persalinan. Bervariasi dari 1 –
12 jam tergantung umur kehamilannya (semakin
kurang bulan, periode laten semakin lama ; 85 %
kehamilan cukup bulan dengan KPD memiliki periode
laten < 24 jam sedangkan 57 % kehamilan < 37
minggu dengan KPD memiliki periode laten > 24 jam).
ETIOLOGI
Inkompetensi Serviks

• Ketidakmampuan serviks uteri untuk


mempertahankan kehamilan.
• Inkompetensi serviks sering menyebabkan kehilangan
kehamilan pada trimester kedua.
• Berhubungan dengan kelainan uterus seperti septum
uterus dan bikornis.
• Terdiagnosa ketika terjadi penipisan serviks dan
membuka tanpa disertai rasa nyeri.
• Biasanya Ibu datang dengan keluhan perdarahan
pervaginam.

Polihidromnion

• Akumulasi berlebihan cairan amnion (> 2 liter),


• AFI (amnion fluid indeks) pada kehamilan cukup
bulan secara normal memiliki rentang antara 5,0 cm
dan 23,0 cm
ETIOLOGI
Infeksi Bakteri vaginosis

• infeksi diyakini merupakan salah satu penyebab


terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan
preterm.
3. Infeksibakterial
• Vaginosis Bakteri Vaginosis
adalah sindrom klinik akibat
pargantian laktobasilus penghasil H2O2 yang
merupakan flora normal vagina dengan bakteri
anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti gardnerella
vaginalis, yang akan menimbulkan infeksi.
• pemeriksaan pH vagina lebih dari 5,04 yang
normalnya nilai pH vagina adalah antara 3,8-4,5.

Riwayat KPD sebelumnya

• Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4


kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
• kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya
Trauma

• Hubungan Seksual selama kehamilan


trimeser ketiga, baik dari frekuensi
koitus >3x, penetrasi penis yang dalam
• Pemeriksaan dalam
• amnionsintesis

Kelainan Letak

• Hal ini biasanya disebabkan oleh


peningkatan massa plasenta dan
produksi hormon
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS

 Keluarnya cairan ketuban merembes


melalui vagina, cairan vagina
 berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak
 Tidak adanya his dalam satu jam
 Nyeri uterus, denyut jantung janin
yang semakin cepat serta
perdarahan pervaginam sedikit
(jarang terjadi)
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Penderita merasakan basah dari vaginanya atau
mengeluarkan banyak cairan dari jalan lahir.
 kapan keluar pertama kali? berbau? bagaimana
keluarnya? warnanya?
 Ketuban pecah dini biasanya terjadi pada saat
kandungan ibu berada pada usia dibawah 37 minggu.
 Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan
37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur
 Inspeksi
Pengamatan pada Introitus Vagina, biasa akan tampak
keluarnya cairan dari vagina, pemeriksaan ini akan makin jelas.
Inspeksi berlaku pada ibu yang baru saja mengalami pecah
ketuban, apabila ketuban baru pecah dan masih terlihat air
keluar dari introitus hal ini untuk mengetahui kapan waktu pecah
ketuban terjadi
 Pemeriksaan Inspekulo
Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD (Ketuban
Pecah Dini). Pemeriksaan Inspekulo dilakukan karena
pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher pada kasus KPD
dapat meningkatkan resiko infeksi pada ibu dan merangsang
kontraksi.
 Tampak cairan keluar dari OUE atau tergenang pada fornix posterior.
 Bila fundus uteri ditekan atau pasien diminta batuk atau melakukan
valsalva maneuver maka akan tampak cairan keluar dari OUE.
PEMERIKSAAN FISIS

 Pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital


 Periksa cairan yang keluar dari vagina, apakah benar
air ketuban? Bagaimana warna, konsentrasi, pH dan
bau cairan tersebut?
Pemeriksaan Lab
- Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari
urinalisa
- Tes lakmus
Pemeriksaan nitrazine (kertas lakmus) :
 pH sekret vagina ibu hamil : 4 – 4.5 → lakmus tidak
berubah warna (tetap merah).
 pH air ketuban : 7 – 7.5 → lakmus berubah warna
(biru) ; hati – hati karena darah (ber pH tinggi) juga
akan merubah lakmus menjadi warna biru.
 Tes Pakis (Uji Fern)
Teteskan cairan sampel di objek glass, keringkan →
amati dengan mikroskop ; akan tampak bentuk daun
pakis (karena konsentrasi protein dan NaCl yang tinggi)

Penegakkan diagnosis KPD dengan


Tes Nitrazine dan Uji Fern
ketepatannya 90 %
 Pemeriksaan USG
• Untuk melihat ada tidaknya oligohydramnion
 AFI (Amniotic Fluid Index)
 Menjumlahkan kedalaman vertikal dari kantong terbesar di 4 kuadran uterus.

 Cara : bagi abdomen menjadi 4 kuadran, jumlahkan 4 kedalaman


vertikalnya.

 Normal bila antara 5 – 24 cm (< 5 : oligohydramnion dan > 24 : hydramnion).

 Single Pocket
 Mengukur kedalaman vertikal 1 kantong saja

 Normal : 2 – 8 cm

 Untuk menentukan usia kehamilan


 Untuk melihat letak janin dan placenta
 Untuk menentukan berat badan janin
PENATALAKSANAAN

 Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu


 Mempertahankan kehamilan adalah pilihan yang lebih baik.

 Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu.


 Pada usia kehamilan 24-30 minggu dapat diberikan
kortikosteroid untuk pematangan paru
 Pada usia kehamilanantara 30-34 minggu, persalinan lebih
baik daripada mempertahankankehamilan dalam
menurunkan insiden korioamnionitis secara signifikan
 Persalinan lebih baik disbanding
mempertahankankehamilan
 Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 mingg
 mempertahankan kehamilanakan meningkatkan resiko
korioamnionitis dan sepsis
1. Konservatif
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas
ibu dan janin:
 menunda kelahiran yang akanmemberi cukup
waktu untuk profilaksis dengan kortikosteroid
prenatal.
b. Berikan kotikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin:
 Betametason 12mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12
jam,
 Deksmetason 6mg I.M. dalam 4 dosis setiap 6
jam.

c. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.

d. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan


terjadi persalinan preterm.
PENATALAKSANAAN

2. Aktif
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
a. Jika ketuban telah pecah > 24jam, berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi
b. Nilai serviks:
 Jika serviks sudah matang, lakukan induksi
persalinan dengan oksitoksin,
 Jika serviks belum matang, matangkan dengan
prostaglandin dan infus oksitosin, atau lahirkan
dengan seksio sesarea.
KOMPLIKASI

 KOMPLIKASI PADA IBU


- Korioamnionitis
Akibat jalan lahir telah terbuka, apalagi apabila
terlalu sering dilakukan pemeriksaan dalam
- Perdarahan postpartum
- Atonia uteri
- Dry labor
 KOMPLIKASI PADA BAYI
 Kurang bulan atau prematuritas
 Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang
bulan
 gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS)
yang disebabkan karena belum masaknya paru
 Sepsis Neonatorum
DISKUSI
Anamnesis
Teori Kasus
 Pasien merasa basah pada  Pasien datang dengan keluhan
vagina. keluar air-air dari jalan lahir
 Mengeluarkan cairan banyak  Riwayat keluar air ketuban dari
tiba -tiba dari jalan lahir. jalan lahir sejak 2 hari sebelum
 Warna cairan diperhatikan. masuk rumah sakit.
 Belum ada pengeluaran lendir  Cairan yang keluar jernih sedikit
darah dan berbau khas kekuningan
 Mules hilang timbul
 His belum teratur atau belum  Tidak ada riwayat keputihan
ada. selama kehamilan
 Riwayat keputihan  Ada riwayat keluar darah dari jalan lahir
3 hari SMRS
Pemeriksaan fisik

Teori Kasus
Tanda-tanda infeksi: Tidak ada tanda-tanda
 Suhu ibu >38o C infeksi:
 Nadi cepat  Suhu ibu 36,5o C
 Nadi 83 kali / menit
Pemeriksaan Inspekulo

Teori Kasus
 Pemeriksaan dengan  OUE menutup
spekulum tampak keluar
 Ketuban mengalir
cairan dari OUE
 Tampak cairan keluar dari  Cairan jernih, pH diperiksa
vagina dengan kertas Lakmus
 Cairan yang keluar diperiksa
berubah menjadi warna biru
warna, bau dan pHnya
 Pemeriksaan Dalam
Teori Kasus
Pemeriksaan dalam dilakukan : Pemeriksaan dalam dilakukan :
 Seminimal mungkin untuk mencegah  Saat pertama kali datang
infeksi. untuk menentukan apakah
 KPD sudah dalam persalinan. pasien sedang inpartu
 KPD yang dilakukan induksi  Selaput ketuban tidak dapat
persalinan. dievaluasi, mengalir

 Pemeriksaan Laboratorium

Teori Kasus
 Pemeriksaan leukosit untuk  Leukosit: 16700
mengetahui yanda-tanda infeksi  Pada pemeriksaan tes lakmus
 Kertas lakmus merah berubah terjadi perubahan warna
menjadi biru Merah berubah menjadi biru
 pH air ketuban adalah 7 – 7,5
 Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus
 Pemeriksaan leukosit untuk mengetahui  Pada pasien dilakukan USG dan
tanda-tanda infeksi didapatkan adanya oligohidramnion
 USG untuk melihat jumlah cairan ketuban dan placenta letak rendah
dalam kavum uteri  Pada pasien tidak dilakukan NST, his (-
 NST reaktif jika : )
1. Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin
dalam waktu 20 menit pemeriksaan yang
disertai adanya akselerasi paling sedikit
10-15 dpm,
2. Frekuensi dasar (baseline) denyut jantung
janin diluar gerakan janin antara 120-160
kali/menit dan
3. Variabilitasnya antara 6-25 dpm.
 Penatalaksanaan
Teori Kasus
 Pada usia kehamilan < 24 minggu  IVFD RL + Bricasma 1 mg
mempertahankan kehamilan  Diberikan antibiotik klindamisin 3
adalah pilihan yang lebih baik x 300 mg
 Tidak diberikan kortikosteroid < 24
minggu
 Berikan Antibiotik profilaksis

Anda mungkin juga menyukai