Anda di halaman 1dari 45

PEMENUHAN SUMBER DAYA MANUSIA

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

NAMA KELOMPOK :
1. IRFANI RIZQI 1610711099
2. VIDYA HANAN H 1610711100
3. DINI AULIA R 1610711109
4. SUCI TARMIRA 1610711111
5. SITI ANISATUR R 1610711113
6. DEWI ASTRI Y 1610711118

Kelas C
Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kerja
dalam Penanggulangan Bencana
Pengalaman Indonesia dalam dimana tuntutan tersebut
penanggulangan Bencana juga dalam rangka
yang sudah mendapat menghadapi Masyarakat
pengakuan dunia Ekonomi Asean (MEA) 2015.
memerlukan sebuah Kondisi ini harus disikapi
standar. Kebutuhan tenaga dengan profesionalitas
professional dan kompeten personel yg siap
untuk Penanggulangan berkompetisi dengan tenaga
Bencana menjadi hal yang dari luar negeri. Pendidikan
penting, dan pelatihan berbasis
standar kompetensi menjadi
keharusan.
Lulusan dari Pendidikan • Ada 3 komponen
dan pelatihan harus standar profesi.
siap untuk diuji Pertama, Standar
kompetensinya. Proses Kompetensi, seperti apa
ini untuk memastikan yg dibutuhkan
link and match antara pengguna. Kedua,
standar kurikulum, Acuan Modul Pelatihan.
proses diklat dan uji Ketiga, Uji Kompetensi
kompetensi keahlian oleh lembaga sertifikasi
dibidang PB
Pada saat terjadi bencana dibutuhkan
tenaga kesehatan yang tergabung
dalam suatu Tim yang meliputi:

• Tim Reaksi Cepat

• Tim Penilaian Cepat


(TimRHA)

• Tim Bantuan Kesehatan


Tim Reaksi Cepat

Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24 jam
setelah ada informasi kejadian bencana, terdiri dari:
a. Pelayanan Medik
1) Dokter Umum/BSB 1 orang
2) Dokter Sp. Bedah 1 orang
3) Dokter Sp. Anestesi 1 orang
4) Perawat Mahir
(Perawat bedah, gadar) 2 orang
5) Tenaga Disaster Victims
Identification (DVI) 1 orang
6) Apoteker/Ass.Apoteker 1 orang
7) Sopir Ambulans 1 orang
b. Surveilans Epidemiolog/Sanitarian 1 orang
c. Petugas Komunikasi 1 orang
Tim Penilaian Cepat (Tim RHA)

Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat


atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam, terdiri dari:

1. Dokter Umum : 1org


2. Epidemiolog : 1org
3. Sanitarian : 1org
Tim Bantuan Kesehatan

Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah


Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan
hasil kegiatan mereka di lapangan, terdiri dari :

1. Dokter Umum
2. Apoteker dan Asisten Apoteker
3. Perawat (D3/ S1Keperawatan)
4. PerawatMahir
5. Bidan (D3Kebidanan)
6. Sanitarian (D3 kesling/ S1Kesmas)
7. Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1Kesmas)
8. Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1Kesmas)
9. Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1Biologi)
Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang
tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis
bencana dan kasus yang ada, misal:
1. Gempa bumi
2. Banjir bandang/tanah longsor
3. Gunung meletus
4. Tsunami
5. Ledakan bom/kecelakaan industri
6. Kerusuhan massal
7. Kecelakaan transportasi
8. Kebakaran hutan
kebutuhan jumlah minimal SDM Kesehatan untuk penanganan
korban bencana berdasarkan:

1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 -20.000


orang
• Dokter umum : 4 orang
• Perawat : 10-20 orang
• Bidan : 8- 16 orang
• Apoteker : 2 orang
• Asisten Apoteker : 4 orang
• pranata laboratorium : 2 orang
• Epidemiologi : 2 orang
• Entomologi : 2 orang
• Sanitarian : 4-8 orang
• Ahli gizi : 2-4 orang
2. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000
orang dibutuhkan :
• bagi pelayanan kesehatan 24 jam
dibuttukan dokter 2 orang perawat 6 orang,
bidan 2, sanitarian 1 orang, gizi 1 orang,
asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1
orang
• bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan
dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1
orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang
3. Berdasarkan fasilitas rujukan/Ruma sakit,
dapat dilihat dalam rumus :
Pendayagunaan Tenaga
1. Distribusi
Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM
kesehatan untuk tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan. Pada
saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal
dari dalam/luar negeri diterima oleh kantor
kesehatan pelabuhan (KKP) yang akan
didistribusikan kepada
instansi yang
berwenang, dalam hal
ini Dinas Kesehatan.
2. Mobilisasi
Mobilisasi SDM kesehatan
dilakukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan SDM kesehatan pada
saat dan pasca bencana bila:
a. Masalah kesehatan yang timbul
akibat bencana tidak dapat
diselesaikan oleh daerah tersebut
sehingga memerlukan bantuan
dari daerah atau regional.
b. Masalah kesehatan yang timbul
akibat bencana seluruhnya tidak
dapat diselesaikan oleh daerah
tersebut sehingga memerlukan
bantuan dari regional, nasional
dan internasional
Langkah-langkah mobilisasi yang dilakukan :
1) Menyiagakan SDM kesehatan untuk ditugaskan ke
wilayah yang terkena bencana
2) Menginformasikan kejadian bencana dan meminta
bantuan melalui:
a) Jalur administrasi/Depdagri
Puskesmas  Camat  Bupati  Gubernur 
Mendagri
b) Jalur administrasi/Depkes
Puskesmas Dinkes Kab/Kota  Dinkes
Provinsi Depkes
c) Jalur rujukan medik
Puskesmas  RS Kab/Kota  RS Prov  RS
rujukan wilayah  Ditjen Bina Yanmed/ Depkes
Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan dalam Penanggulangan
Bencana Banjir
Sumber daya manusia kesehatan adalah seseorang
yang bekerja secara aktif dibidang kesehatan baik yang
memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan (Depkes, 2006).
Produktivitas kerja adalah bentuk keluaran dari hasil
kerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya
(Sedarmayanti, 2009). Kesiapsiagaan di dalam
mengantisipasi setiap bencana yang terjadi merupakan
salah satu bentuk dari produktivitas kerja dari sumber daya
manusia yang ada. Kesiapsiagaan sumber daya manusia
kesehatan merupakan suatu potensi dan sikap mental dari
sumber daya manusia kesehatan yang diproses melalui
kegiatan peningkatan kapasitas dan kemampuan, agar
dapat menanggulangi masalah kesehatan akibat
kedaruratan dan bencana secara efisien dari tahap tanggap
darurat sampai rehabilitasi secara berkesinambungan.
Seperti studi yang pernah dilakukan oleh perawat
kesehatan di Department of Health kota New York tahun
2002 yang mengungkapkan bahwa 90% perawat- perawat.
Pada saat kejadian bencana, banyak petugas kesehatan
masyarakat yang tidak bersedia datang kerja. Mereka
khawatir akan keselamatan diri dan keluarganya. Hal ini
menunjukkan kurangnya pengertian betapa pentingnya
peranan mereka pada masa bencana. Oleh sebab itu,
program pelatihan kesiapsiagaan kesehatan masyarakat
harus lebih efektif dan harus diarahkan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan tersebut diatas.
Pelatihan ini bekerjasama dalam ruang lingkup pendidikan
yang akan menghasilkan praktek pembelajaran yang baik
untuk orang dewasa (Parker et al., 2005).
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kesiapsiagaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan .
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas
kerja, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja
maupun yang berhubungan dengan lingkungan
organisasi dan kebijaksanaan pemerintah secara
keseluruhan. Menurut Balai Pengembangan
Produktivitas Daerah terdapat beberapa faktor utama
yang menentukan produktivitas tenaga kerja antara
lain sikap, motivasi, disiplin, etika, pendidikan,
keterampilan, manajemen dan sistem organisasi,
tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial,
lingkungan dan iklim kerja, sarana dan teknologi.
(Sedarmayanti, 2009).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan dalam
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
banjir terdiri dari 2 faktor yaitu faktor individu dan
faktor organisasi. Faktor individu yang mencakup umur,
jenis kelamin, lama pengalaman bekerja, pengetahuan,
keterampilan, pelatihan, kemampuan, kompetensi,
sikap, perilaku, motivasi, disiplin serta etos kerja.
Sedangkan faktor organisasi meliputi visi, misi, tujuan,
bentuk, dukungan sumber daya, sistem dan praktek
manajemen, kebijakan, kepemimpinan, informasi,
komunikasi, kompensasi, struktur dan desain
pekerjaan, budaya kerja), peraturan perundangan,
kebijakan pemerintah, lingkungan sosial budaya
(dukungan dari masyarakat/stakeholder), ekonomi
(dampak globalisasi, tingkat persaingan), politik.
Umur
Produktivitas kerja seseorang juga dipengaruhi
dengan faktor usianya. Seorang usia muda mampu
melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, bergerak lincah,
giat berkegiatan, kesemuanya ini karena didorong oleh
intensitas kerja organ-organ di dalam tubuhnya yang
masih besar dan cepat. Kondisi fisik merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap produktivitas.
Lain halnya dengan orang yang telah berusia
setengah abad keatas, yang dikarenakan kehebatan
kerja organ-organ dalam tubuhnya telah
mengendur/turun maka pekerjaan berat biasanya tidak
sanggup lagi dikerjakannya, gerakan dan kegiatan-
kegiatannya telah banyak menurun. Menurunnya
intensitas kerja organ- organ dalam tubuh orang tua
dikarenakan mengendurnya tonus otot (jaringan aktif)
Jenis Kelamin
Produktivitas kerja seseorang akan berbeda menurut
jenis kelaminnya. Seorang laki-laki dan seorang wanita
dengan berat badan yang sama akan memiliki kemampuan
aktivitasnya yang berbeda. Hal ini dikarenakan jaringan
tidak aktif dalam tubuh wanita lebih banyak dengan
demikian energi minimal yang digunakan untuk
menjalankan proses kerja tubuh pada wanita lebih rendah
dibanding laki-laki. Biasanya energi minimal yang
diperlukan wanita 10% lebih rendah daripada yang
diperlukan laki-laki.
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik
2/3 dari kemampuan fisik kekuatan otot laki-laki, tetapi
dalam hal tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki
Lama Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja yang diukur dari lamanya
bekerja sumber daya manusia kesehatan dalam
upaya penanggulangan bencana juga berperan
terhadap kesiapsiagaan sumber daya manusia
kesehatan yang bersangkutan. Semakin lama
bekerja tentunya pengalaman yang diperolehnya
semakin banyak dan tentunya dapat
meningkatkan produktivitas kerja dalam bentuk
kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kejadian
bencana yang akan terjadi.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan akumulasi hasil proses
pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non
formal yang memberikan kontribusi pada seseorang
didalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam
menyelesaikan dan melakukan pekerjaan. Dengan
pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi,seorang
sumber daya manusia mampu melakukan pekerjaan
dengan baik dan produktif
Pengetahuan dapat pula diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang petugas
kesehatan akan selalu menggunakan sarana radio
komunikasi, setelah mengetahui sarana komunikasi seluler
selalu tidak dapat digunakan pada awal kejadian bencana.
Keterampilan
Keterampilan berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan atau
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat teknik, seperti keterampilan
mengoperasikan perahu karet, keterampilan
mengoperasikan rumah sakit lapangan, dan
lain-lain. Dengan keterampilan yang dimiliki
seorang sumber daya manusia diharapkan
mampu menyelesaikan pekerjaan secara
produktif.
Pelatihan
Kegiatan pelatihan mempunyai tujuan tertentu, ialah
untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta yang
menimbulkan perubahan perilaku aspek-aspek kognitif,
keterampilan, dan sikap. Perbaikan dan peningkatan
perilaku kerja bagi tenaga kerja sangat diperlukan agar
lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan
diharapkan lebih berhasil dalam upaya pelaksanaan
program kerja organisasi/lembaga.

Pelatihan Pelatihan Pelatihan


Manajemen Teknik Teknik
Bencana Lapangan Penunjang

Gladi atau
Simulasi
Kemampuan
Kemampuan (abilities) terbentuk dari
sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh
seorang sumber daya manusia. Konsep ini
jauh lebih luas, karena dapat mencakup
sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan
keterampilan termasuk faktor pembentuk
kemampuan. Dengan demikian apabila
seseorang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi, diharapkan memiliki
kemampuan yang tinggi pula.
Kompetensi
Menurut Spencer and Spencer dalam
Yuniarsih, mengemukakan bahwa kompetensi
adalah bagian kepribadian yang mendalam dan
melekat kepada seseorang serta perilaku yang
dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan
tugas pekerjaan. Menurut Mulyasa dalam kutipan
Sutrisno, mengemukakan, kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
The Iceberg Models
Sikap
Sikap yaitu perasaan senang Menurut Balai
– tidak senang, suka – tidak Pengembangan
suka atau reaksi terhadap Produktivitas Daerah, salah
suatu rangsangan yang satu faktor utama yang
datang dari luar (Sutrisno, menentukan produktivitas
2009). Misalnya reaksi sumber daya manusia
terhadap perintah yang adalah sikap kerja, seperti
mendadak dan bekerja kesediaan untuk bekerja
diluar dari jam rutin. secara bergiliran (shift
work), dapat menerima
tambahan tugas dan
bekerja dalam satu tim
(Sedarmayanti, 2009).
Menurut Ravianto dalam kutipan Yuniarsih,
2008, menyatakan bahwa sikap kerja
akan mempengaruhi produktivitas. Hal ini
tentunya sangat dibutuhkan bagi sumber daya
manusia kesehatan yang bekerja pada unit
kerja penanggulangan bencana.
Perilaku

Menurut Notoatmodjo, Menurut Skiner seorang


2003, dari segi biologis, ahli psikologi yang dikutip
perilaku adalah suatu dalam Notoatmodjo, 2003,
merumuskan bahwa
kegiatan atau aktifitas perilaku merupakan
organisme (mahluk hidup) respons atau reaksi
yang bersangkutan. seseorang terhadap
Menurutnya, perilaku stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku
manusia pada hakikatnya ini terjadi melalui proses
adalah suatu kegiatan atau adanya stimulus terhadap
aktivitas manusia, baik yang organisme, dan kemudian
dapat diamati langsung, organisme tersebut
merespon,
maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
Perilaku dibagi menadi 2 yaitu
Perilaku tertutup Perilaku terbuka (Overt
(Covert Behaviour) Behaviour)

Respons seseorang Respons seseorang


terhadap stimulus terhadap stimulus
dalam bentuk dalam bentuk tindakan
terselubung atau nyata atau terbuka
tertutup (covert).
Motivasi

Pentingnya motivasi mereka bersedia bekerja


menyebabkan, giat dan berkeinginan
menyalurkan, dan untuk mencapai hasil
mendukung perilaku kerja yang maksimal.
manusia, supaya giat dan Kemampuan dan
antusias mencapai hasil kecakapan sumber daya
yang optimal. Organisasi manusia tidak ada artinya
bukan saja mengharapkan bagi organisasi jika
sumber daya manusia mereka tidak mau bekerja
yang mampu, cakap, giat
dan terampil, tetapi
yang terpenting
Tujuan motivasi

antara lain akan meningkatkan moral,


kepuasan kerja, produktivitas kerja, kestabilan,
kedisiplinan, menciptakan suasana dan
hubungan kerja yang baik, kreativitas,
tanggungjawab terhadap tugas-tugasnya
(Hasibuan, 2008).
Disiplin

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan


seseorang mentaati semua peraturan
organisasi dan norma-norma sosial yang
berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang
secara sukarela mentaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya.
Jadi, dia akan mematuhi/mengerjakan semua
tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.
Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku,
dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan
peraturan organisasi, baik yang tertulis
ataupun tidak tertulis. Jadi, seseorang akan
bersedia mematuhi semua peraturan serta
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik
secara sukarela maupun karena terpaksa.
Sumber daya manusia kesehatan yang bekerja
pada unit kerja penanggulangan bencana
harus mempunyai kedisplinan yang tinggi
sehingga selalu mempunyai kesadaran dan
selalu bersedia mematuhi dan menaati
norma-norma peraturan yang telah disepakati
di unit kerjanya, misalnya dalam pembagian
waktu kerja (shift work).
Etos kerja

Etos kerja adalah norma-norma yang bersifat


mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta
praktik-praktik yang diterima dan diakui
sebagai kebiasaan yang wajar untuk
dipertahankan dan diterapkan dalam
kehidupan kekaryaan para anggota suatu
organisasi.
Organisasi

Organisasi merupakan suatu tempat atau


lingkungan dimana sumber daya manusianya
akan memperoleh pengalaman kerja dan
kesempatan meningkatkan keterampilan.
Tanggung jawab peningkatan keterampilan
melalui pengalaman dan kesempatan akan
tergantung dari pimpinan organisasi
(Sedarmayanti, 2009).
Peraturan Perundangan, Kebijakan
Pemerintah

Dengan adanya berbagai perkembangan


Peraturan Perundangan dan Kebijakan
Pemerintah yang baru terkait penanggulangan
bencana, menuntut pemerintah daerah agar
lebih mempersiapkan di berbagai aspek
terkait upaya penanggulangan masalah
kesehatan akibat bencana, misalnya menggali
serta mengalokasikan pembiayaan yang
bersumber daerah dalam meningkatkan
kapasitas sumber daya manusianya.
Kemitraan, Dukungan dari
Masyarakat/Stakeholder

Upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan


masalah kesehatan akibat bencana tidak dapat
berjalan dengan sendirinya, dan harus
bekerjasama, terintergrasi dan didukung oleh
berbagai lintas sektor terkait misalnya Rumah
Sakit baik swasta dan pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, dan instansi pemerintah terkait
misalnya Departemen Sosial, Departemen
Perhubungan, Departemen Pekerjaan Umum dan
lain-lain yang tentunya mempunyai kebijakan
terkait penanggulangan bencana
Kondisi Ekonomi dan kondisi politik
memaksa pimpinan dan pemerintah
memberikan perhatian lebih besar kepada
upaya pengembangan para pegawainya.
Tampak nilai efisiensi tampil sebagai nilai
dengan pengaruh yang sangat besar.
Peningkatan nilai efisiensi berpengaruh
terhadap fungsi pengembangan melalui
peningkatan produktivitas sumber daya
manusia dalam pemerintahan (Gomes, 2003).
Daftar Pustaka
Buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan akibat Bencana yang mengacu kepada
standar internasional (Technical Guidelines of
Health Crisis Responses on Disaster) (2007) depkes

Anda mungkin juga menyukai