Anda di halaman 1dari 38

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 18 JULI – 25 SEPTEMBER 2016

oleh
Anisa Rahmayati 1102010025
Muhammad Rifki Faiz 1102012180
Nurin Pascarini Jusaim 1102012205

Pembimbing
Letkol CKM dr. Librantoro, Sp. JP (K)
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. S

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Umur : 66 tahun

 Status Pernikahan : Kawin

 Agama : Islam

 Tanggal Masuk RS : 1 Agustus 2016

 Tanggal Pemeriksaan : 4 Agustus 2016


Anamnesis Pasien

Keluhan Utama : Pusing

Riw. Penyakit Sekarang : Os datang dengan keluhan


pusing (+), nyeri ulu hati (+)

Riw. Penyakit Dahulu : Hipertensi

Riw. Penyakit Keluarga : Hipertensi dan Diabetes


Melitus

Alergi : Disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran Umum : Compos mentis

Tekanan Darah : 200/100 mmHg

Nadi : 89 x/menit

Pernafasan : Spontan, 18 x/menit

Suhu : 36oC

Kepala : Normocephal

Mata : CA -/-, SI -/- , RC +/+ , pupil isokor

Telinga : sekret -/-, darah -/-, nyeri tekan mastoid


-/-
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Hidung : bentuk simetris, sekret -/-, darah -/-

Mulut : gigi lengkap, hiperemis (-), lidah kotor (-)

Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

Thoraks : bergerak simestris dalam keadaan statis dan dinamis

Paru : suara vesikuler +/+, suara tambahan -/-

Jantung : Bunyi jantung I II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen : Bising usus (+) normal, Nyeri tekan (-)

Genitourinari : BAK normal

Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-)

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)


Pemeriksaan Penunjang
(Laboratorium)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Referensi Satuan

Hematologi

Hemoglobin 12.2 11.2 – 15.5 g/dl

Jumlah Leukosit 7.4 3.6 – 11 ribu/l


Jumlah
38 35 – 47 %
Hematokrit
Jumlah Trombosit 411 150 – 440 ribu/l

Fungsi Ginjal

Ureum 31 10 – 50 mg/dl

Creatinin 0.9 0.6 – 1.1 mg/dl

Kimia Darah

Glukosa Sewaktu 109 < 140 mg/dl


Pemeriksaan Penunjang
(EKG)
Pemeriksaan Penunjang
(EKG) lanj.
Daftar Masalah

 Hipertensi emergensi
 Dyspepsia
Rencana /Tatalaksana Medis
 Rawat ICU

 Perdipine IV staf 7 cc/ jam selanjutnya titrasi sesuai TD

 Valsartan 1x80 mg

 Bisoprolol 1x 5 mg

 Ranitidin inj. 2x1 amp

 Sukralfat Syr. 3xC1

 Cek Darah Rutin, Ureum, Creatinin, GDS

 Diet Rendah Garam


Diagnosis

 Diagnosis Primer : Hipertensi Emergensi

 Diagnosis Sekunder : Dyspepsia


Follow Up
2 Agustus 2016 (R. ICU)
S Keluhan pusing (-), nyeri ulu hati (-) Abd: BU (+), NTE (-)

O KU: TSS, Kes: CM Ekst: akral hangat, edema tungkai -/-


TD: 154/84 mmHg A Hipertensi St I
N: 58 kali/ menit Dyspepsia
P: 20 kali/ menit P IVFD RL 20 tpm
S: 36oC Pirdipine IV staf
Mata: CA -/-, SI -/- Valsartan 1x80 tpm
THT: DBN Bisoprolol 1x2,5 mg
Leher: pembesaran KGB (-) Amlodipin 1x5 mg
Paru: ves +/+, rh +/+, wh +/+ Ranitidine inj. 1 amp/12 jam
COR: BJ I II reg, G (-), M (-) Sukralfat Syr. 3xCI
Acc pindah ruangan
Follow Up
3 Agustus 2016 (R. Dahlia)
S Keluhan pusing (-), nyeri ulu hati (-) Ekst: akral hangat, edema tungkai -/-

O KU: TSS, Kes: CM A Hipertensi St I


TD: 150/90 mmHg Dyspepsia
N: 88 kali/ menit P IVFD RL 20 tpm
P: 18 kali/ menit Valsartan 1x80 tpm
S: 36,7oC Bisoprolol 1x2,5 mg
Mata: CA -/-, SI -/- Amlodipin 1x5 mg
THT: DBN Ranitidine inj. 1 amp/12 jam
Leher: pembesaran KGB (-) Sukralfat Syr. 3xCI
Paru: ves +/+, rh +/+, wh +/+ Catheter Urin Aff
COR: BJ I II reg, G (-), M (-) Mobilisasi duduk
Abd: BU (+), NTE (-)
Follow Up
4 Agustus 2016 (R. Dahlia)
S Keluhan pusing (-), nyeri ulu hati (-) Ekst: akral hangat, edema tungkai -/-

O KU: TSS, Kes: CM A Hipertensi St I


TD: 150/90 mmHg Dyspepsia
N: 70 kali/ menit P IVFD RL 20 tpm
P: 20 kali/ menit Valsartan 1x80 tpm
S: 36,7oC Bisoprolol 1x2,5 mg
Mata: CA -/-, SI -/- Amlodipin 1x5 mg
THT: DBN Ranitidine inj. 1 amp/12 jam
Leher: pembesaran KGB (-) Sukralfat Syr. 3xCI
Paru: ves +/+, rh +/+, wh +/+ Mobilisasi duduk
COR: BJ I II reg, G (-), M (-) Acc Rawat jalan
Abd: BU (+), NTE (-)
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
Defifnisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan
darah arteri yang persisten. Peningkatan tekanan darah
sistolik pada umumnya >140 mmHg atau tekanan darah
diastolik >90 mmHg (Depkes RI, 2006).
Epidemiologi Hipertensi
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun
2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau
riwayat minum obat hanya sebesar 9,5% (Kemenkes RI, 2013).

Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa


hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus
rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan
proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien
meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan Tekanan darah Tekanan darah
darah sistolik (mmHg) diastolic (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥160 atau ≥100

Tabel I. Klasifikasi Hipertensi (Chobanian dkk., 2004)


Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi merupakan suatu kelainan klinis ditandai
dengan tekanan darah yang sangat tinggi yaitu tekanan
sistolik >180 mmHg atau tekanan distolik >120 mmHg
yang kemungkinan dapat menimbulkan atau tanda telah
terjadi kerusakan organ.
Krisis Hipertensi
Hipertensi Emergensi Hipertensi Urgensi

Tekanan darah meningkat Tingginya tekanan darah


ekstrim disertai kerusakan tanpa adanya kerusakan
organ akut yang progresif, organ yang progresif
sehingga tekanan darah harus
sehingga tekanan darah
diturunkan segera (dalam
diturunkan dalam waktu
hitungan menit-jam) untuk
beberapa jam hingga hari
mencegah kerusakan organ
lebih lanjut
Etiologi Hipertensi
Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder

 Faktor Genetik  Penyakit Komorbid

 Faktor Lingkungan  Obat-obatan


Etiologi Hipertensi
(lanj.)
Tabel IV. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi (Depkes RI, 2006)
Penyakit Komorbid Obat
Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH
Estrogen (biasanya pil KB dengan
Hiperaldosteronisme primer kadar
Penyakit renovaskular estrogen tinggi)
Sindroma cushing NSAID, cox-2 inhibitor
Phaeochromocytoma Fenilpropanolamin dan analog
Koarktasi aorta Siklosforin dan takromilus
Penyakit tiroid atau paratiroid Eritropoietin
Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine)
Patofisiologi Hipertensi

 Tekanan
 Curah Jantung
Darah Sistolik

 Resistensi  Tekanan
perifer total Darah Diastolik
Patofisiologi Hipertensi (lanj.)
Manifestasi Klinis
Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit
kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan
epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika
diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan
dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).
Diagnosis Hipertensi Emergensi
(Anamnesis)
 Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.
 Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
 Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun.
 Gejala sistem syaraf (sakit kepala, pusing, perubahan mental,
ansietas)
 Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ).
 Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif
dan oedem paru, nyeri dada ).
 Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.
 Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
Diagnosis Hipertensi Emergensi
(Px Fisik)
 Pengukuran Tekanan Darah (baring dan berdiri)

 Mencari kerusakan organ sasaran (retinopati,


gangguan neurologi, gagal jantung kongestif )
Diagnosis Hipertensi Emergensi
(Px Penunjang)
Segera Lanjutan

 Darah  Sangkaan kelainan renal : IVP,


Renal angiography, biopsi
 Urine renal

 EKG  Menyingkirkan kemungkinan


tindakan bedah neurologi :
Spinal tab, CT Scan.
 Foto Thorak
 Bila disangsikan
Feokhromositoma : urine 24
jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic
Acid ( VMA ).
Diagnosis Banding HT Emergensi
- Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan
pembedahan.

- Ansietas dengan hipertensi labil.

- Edema paru dengan payah jantung kiri.


Tata Laksana Hipertensi
Terapi Non Farmakologis Terapi Farmakologis
 menurunkan berat badan jika  diuretik
kelebihan berat badan
 beta blocker (BB),
 mengadopsi pola makan yang kaya
dengan buah, sayur, dan produk  angiotensin converting
susu rendah lemak
enzyme inhibitor (ACEI)
 konsumsi garam yaitu tidak lebih dari
100 meq/L per hari  angiotensin receptor
blocker (ARB)
 melakukan aktivitas fisik dengan
teratur seperti jalan kaki 30  calcium channel blocker
menit/hari (CCB)
 membatasi konsumsi alkohol dan
menghentikan kebiasaan merokok
Terapi Antihipertensi Oral (1)
Terapi Antihipertensi Oral (2)
Antihipertensi Parenteral
Nama obat Onset Dosis Efek Samping

Sodium 1-2 menit 1-6 ug/kg/menit IV mual, muntah, keringat,


Nitroprusside hipotensi
Nitrogliserin 2-5 menit 5-100 ug/ menit IV sakit kepala, mual, muntah,
hipotensi
Diazolxide 1-2 menit 25-75 mg/ 5 menit hipotensi, shock, mual
IV muntah, distensi abdomen
Hydralazine 10-20 menit 10 – 20 mg i.v refleks takhikardi, MCI
10 – 40 mg i.m akut, eksaserbasi angina
Enalaprial 15-60 menit 0,625-1,25 mg/6 jam
IV
Phentolamine 11-2 menit 5-20 mg IV bolus
atau IM
Trimetaphan 1-5 menit 1-4 mg IV opstipasi, ileus, retensio
camsylate urine, hipotensi
Clonidine 5-10 menit 0,15 mg IV dalam 10 mengantuk, pusing, mulut
cc dekstrose 5% kering
Penanggulangan
Hipertensi Emergensi
 Rawat ICU

 Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD


sistolik tidak kurang dari 160 mmHg. Penurunan TD tidak
lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang didapat.

 Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada


awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya
perfusike ke otak, jantung dan ginjal.

 saat ini Nifedipin sublingual tidak digunakan lagi sebagai


terapi hipertensi emergensi/urgensi, karena penurunan
tekanan darah yang tiba-tiba
Komplikasi Hipertensi
 (stroke, transient ischemic attack)

 penyakit arteri koroner (infark miokard, angina)

 gagal ginjal

 demensia

 atrial fibrilasi

 penyakit arteri perifer


Prognosis
Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang efektif
survival penderita hanyalah 20% dalam 1 tahun.
Kematian sebabkan oleh uremia (19%), gagal jantung
kongestif (13%), cerebro vascular accident (20%), gagal
jantung kongestif disertai uremia (48%), infrak Miokard
(1%), diseksi aorta (1%).

Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat


yang efektif dan penanggulangan penderita gagal ginjal
dengan analisis dan transplantasi ginjal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai