Anda di halaman 1dari 11

BAYI TABUNG

KELOMPOK 2
Pengertian
Secara bahasa Fertilisasi In Vitro terdiri dari dua suku kata yaitu Fertilisasi dan In Vitro.
Fertilisasi berarti pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria, In Vitro berarti di luar
tubuh. Dengan demikian, fertilisasi in vitro berarti proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi di luar tubuh.

Bayi tabung adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk membantu proses kehamilan
bagi pasangan yang memiliki gangguan kesuburan.
METODE BAYI TABUNG
1. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri;
2. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;
3. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;
4. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;
5. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;
6. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim wanita lain (rahim sewaan);
7. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri lainnya.
Pada mulanya program fertilisasi in vitro ini dapat diterima olek khalayak
umum, namun mulai dipertentangkan. Banyak pihak yang pro dan kontra
dengan program ini, sedangkan persoalan lainnya pada bidang hukum,
dikarenakan belum tersedianya peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses
bayi tabung
HUKUM MENGENAI BAYI TABUNG
Pengertian anak sah diatur di dalam KUHP dan KHI yakni :
1. Pasal 250 KUH Perdata
“Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan
memperoleh si suami sebagai bapaknya”.
2. Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974
“Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari
perkawinan yang sah”.
3. Pasal 99 KHI dijelaskan bahwa Anak sah adalah :
“Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah dan hasil
pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut”.
KASUS BAYI TABUNG
Sepasang pasutri berinisial Tn.TH dan Ny.ES mengikuti program bayi
tabung di klinik dr. AG pihak klinik menjanjikan bisa melahirkan anak laki-laki
sesuai dengan permintaan klien. Namun, hal tersebut bisa dilakukan
dengan menambah sedikit biaya. Perjanjian itu disepakati tanpa ada bentuk
formalitas secara tertulis. Karena ketidakpuasanya klien, dr. AG di tuntut
karena kesalahan dokter menutupi hasil dari program bayi tabung yakni
bahwa bayi berjenis kelamin perempuan.
TANGGAPAN KASUS
MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NO. 36 TH. 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN

1. Pasal 60 Tenaga Kesehatan bertanggung jawab untuk:


“c. bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi”

Tanggapan : Menurut kelompok kami yang dilakukan oleh dokter dari kasus
tersebut melanggar pasal 60 Tenaga Kesehatan c,d,e karena:
a) Dokter meminta biaya tambahan kepada pasien dengan menjanjikan anak hasil
bayi tabung tersebut laki-laki.
b) Dokter tidak membicarakan yang sebenarnya kepada pasien mengenai embrio.
Sebagai dokter spesialis pastinya sudah paham betul mengenai mana embrio
laki-laki ataupun perempuan. Tetapi disini demi keuntungan pribadi
(mendapatkan uang lebih) dokter berani berbuat sedemikian.

2. Pasal 61
“Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan
langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya
terbaik untuk kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak
menjanjikan hasil.”
Tanggapan : Menurut pasal 61 tersebut dijelaskan bahwa tenaga
kesehatan harus melakukan upaya terbaik dengan tidak menjanjikan hasil.
Namun, seperti yang kita ketahui dokter telah menjanjikan hasil kepada
pasien berupa anak hasil bayi tabung adalah laki-laki.

Meskipun bukan perjanjian tertulis dan formal tetapi yang dilakukan oleh
dokter dan pasien termasuk perjanjian menurut:
1. Pasal 1313 KUHP
“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau
lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.”
2. Pasal 1320 KUHP
“Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.”

Anda mungkin juga menyukai