Anda di halaman 1dari 21

REFRAT

CENTRAL SEROUS CHORIORETINOPATHY

LYA ERMINA, S. KED. J510185129

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Central serous chorioretinopathy (CSCR) merupakan kelainan degenerasi
makula ke empat paling sering dijumpai setelah retinopati yang terkait usia,
retinopati diabetikum, dan oklusi vena retina.

CSCR juga merupakan kelainan retina yang sering menyebabkan


kebutaan.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa angka kejadian CSCR berada


pada rasio 10:100.000 pada laki-laki, dan CSCR 6 kali lebih sering terjadi
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

CSCR akut kebanyakan membaik secara spontan sekitar 2-3 bulan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

• Central serous chorioretinopathy adalah


suatu kelainan idiopatik pada bagian
chorioretinal yang ditandai dengan
adanya pelepasan lapisan serosa pada
bagian neural retina daerah makula.

Definisi • CSCR disebut juga


retinopathy/choroidopathy,
Central serous
merupakan
suatu kelainan idiopatik pada makula yang
ditandai adanya ablasi serosa dari
neuroepitelium retina sensoris yang
mengakibatkan akumulasi cairan subretina
tanpa disertai perdarahan subretina
maupun eksudat.
Epidemiologi
 Estimasi terbaik dari tingkat insiden berdasarkan populasi kohort
retrospektif dan studi kasus didokumentasikan di Olmsted
county, Minnesota, Amerika Serikat, yang mendokumentasikan
semua kasus baru CSCR dari tahun 1980 sampai tahun 2002.

 Hal ini dicapai melalui sistem catatan medis yang komprehensif


dengan kriteria standar yang digunakan untuk menentukan
CSCR.

 Tingkat insiden pada laki-laki lebih tinggi 6 kali dari pada


perempuan. Pada penelitian lain melaporkan umur rata-rata
penderita CSCR antara 41-45 tahun.

 Pada wanita dengan CSCR yang kronik prevalensi puncak rata-


rata umur penderita adalah usia 51 tahun.
Etiologi

Peningkata
n kortisol
endogen
Hormonal
Kehamilan
Penderita
pengguna
kortikosteroi
d
Faktor risiko

Stres emosional Hipertensi Personalitas tipe A


Kehamila
n
SLE Steroid
Patofisiologi

Vaskulo
pati
Ganggu
mengaki
an
batkan
Idiopatik pompa
kebocor
ionik dari
an
Manifestasi Klinis

Penglihatan
Visus menurun kabur mendadak Micropsia
dan buram

Distorsi Penurunan
penglihatan penglihatan
Skotoma sentral
warna
(metamorpopsia) (diskromatopsia)
Penegakkan Diagnosis

Status Pemeriksaan
Anamnesis Ophtalmolo
Penunjang
gi
Anamnesis Pemeriksaan Fisik

 Penglihatan kabur mendadak dan  Visus menurun bervariasi dari 20/20


buram – 20/200 terkoreksi dengan
 Distorsi penglihatan/ garis lurus hipermetropia atau mendekati
terlihat bengkok normal.
(metamorpopsia)  Status oftalmologis lain dalam batas
 Banyak hal yang dipikirkan/ normal
dicemaskan  Funduskopi :
 Refleks makula menurun,
 Micropsia (obyek terlihat lebih ditemukan edema makula,
kecil dari aslinya dibanding mata dimana makula terkesan terelevasi.
yang sehat).
 Penurunan penglihatan warna
(diskromatopsia)
 Skotoma sentral
Funduskopi

 Refleks makula menurun, ditemukan edema makula, dimana


makula terkesan terelevasi.
Fundus Florescein Angiography

 Selama fase awal perpindahan zat


kontras, bintik hiperfluoresens muncul
yang kemudian membesar secara
vertikal. Selama fase vena lambat,
cairan memasuki ruang subretina dan
naik secara vertikal (seperti kumpulan
asap) dari titik kebocoran sampai
mencapai batas atas lepasannya. Zat
kontras kemudian menyebar ke lateral
mengambil bentuk mushroom atau
payung, sampai keseluruhan area yang
lepas terisi ( Kanski, 1994 ).

Gambaran kumpulan-asap (smoke-stack)


Fundus Florescein Angiography

 Kadang-kadang dapat terlihat pada


bintik hiperfluoresens pertama yang
berangsur-angsur bertambah
ukurannya sampai seluruh ruang
subretina terisi.

Gambaran noda tinta (ink-blot)


OCT (Optical Coherence
Tomography)

 OCt, dapat menunjukkan adanya elevasi bagian neurosensoris dari


retina serta ablasi, maupun defisit dari RPE
Tes Amsler grid

 Menunjukkan area yang terkena dan pada pemeriksaan penglihatan


warna dengan ishihara didapatkan penurunan.
Diagnosis Banding

• Neovaskularisasi koroid pada degenerasi makula


• Cystoid macular edema
• Ablasi makula akibat ablasi retina / macular hole
• Idiopatik polypoidal choroidal vasculopathy (PCV)
• Abnormalitas RPE multifokal
• Ablasi epitel pigmen
• Inflamasi koroid dan defek optic disc pit
Penatalaksanaan

No
Steroid
Stress

Fotoko-
Anti
agulasi VEGF
laser
Prognosis

• Prognosis visus pada CSCR umumnya baik, kecuali pada


kasus yang kronis dan rekuren.

• Sebagian besar kasus CSCR, cairan subretina akan


mengalami resorbsi spontan dalam waktu 3-4 bulan, diikuti
dengan perbaikan visus yang dalam perjalanannya bisa
membaik hingga waktu 1 tahun.

• Beberapa kasus mengalami penurunan visus yang


menetap dan sekitar 40-50 % mengalami rekurensi.
BAB III
KESIMPULAN

 Central serous chorioretinopathy (CSCR) merupakan kelainan


degenerasi makula ke empat paling sering dijumpai setelah
retinopati yang terkait usia, retinopati diabetikum, dan oklusi vena
retina. CSCR juga merupakan kelainan retina yang sering
menyebabkan kebutaan.

 Manifestasi klinis yang paling sering pada CSCR adalah skotoma


sentral, atau penurunan penglihatan warna (diskromatopsia),
yang diikuti dengan distorsi penglihatan (metamorpopsia).

 Pada penderita simtomatis akan mengeluhkan penglihatan


kabur mendadak dan buram, mikropsia (obyek terlihat lebih kecil
dari aslinya dibanding mata yang sehat).
 Tatalaksana yaitu : Modifikasi faktor risiko (No stress, penggunaan
kortikosteroid), fotokoagulasi, dan anti VEGF (Vascular Endothelial
Growth Factor).

 Prognosis visus pada CSCR umumnya baik, kecuali pada kasus


yang kronis dan rekuren.

 Sebagian besar kasus CSCR, cairan subretina akan mengalami


resorbsi spontan dalam waktu 3-4 bulan diikuti dengan perbaikan
visus yang dalam perjalanannya bisa membaik hingga waktu 1
tahun.

Anda mungkin juga menyukai