Anda di halaman 1dari 51

ARTERIAL

DISEASE

Oleh : dr Wegig Perwiro Wibowo


ARTERIAL DISEASE
• PENDEKATAN UMUM TERHADAP PASIEN VASKULAR
• PRINSIP DASAR TERAPI ENDOVASKULAR
• CAROTID ARTERI DISEASE
• ABDOMINAL AORTIC ANEURYSM
• MESENTERIC ARTERY DISEASE
• RENAL ARTERY DISEASE
• AORTOILAC OCCLUSIVE DISEASE
• LOWER EXTREMITY ARTERIAL OCCLUSIVE DISEASE
• NONATHEROSCLEROTIC DISORDERS OF BLOOD VESSELS
PENDEKATAN UMUM TERHADAP PASIEN
VASKULAR

• Riwayat harus berdasarkan gejala saat ini yang berkaitan dengan


system vascular
– Riwayat Stroke atau TIA (Transient ischemic attack)
– Riwayat Coronary artery disease
– Riwayat Peripheral arterial disease
– Riwayat DM
– Riwayat Hipertensi
– Riwayat Merokok
– Riwayat Hiperlipid
• Pemeriksaan vascular mencakup
– Palpasi aorta abdominalis  untuk aneurisma aorta abdominalis abdomen
harus dilakukan palpasi  terdapat denyut ekspansil diatas umbilicus
– Pemeriksaan arteri karotis  harus di auskultasi untuk mengetahuia danya
bruit
– Pemeriksaan extremitas atas diperlukan ketika arteriovenous graft dipasang
pada pasien yang memiliki gejala nyeri lengan dengan berolahraga

– Puls examination pd extremitas bawah


• tekanan nadi femoralis biasanya teraba di tengah-tengah antara anterior
superior iliac spine dan pubic tubercle
• Arteri poplitea teraba di fossa poplitea dengan lutus flexi 45º  kaki di
topang di meja agar otot betis relax
• Tekanan nadi tibialis posterior teraba pada palpasi 2cm posterior ke
malleolus medial.
Evaluasi doagnostik noninvasive pasien vaskular

• ANCLE BRACHIAL INDEX (ABI)


– ABI < 0,9  peningkatan resiko infark miocard, meskipun mungkin
asimptomatik.
– Tekanan darah diukur pada kedua ekstremitas atas dengan tekanan
darah sistolik tertinggi sebagai denominator ABI
– Tekanan pada pergelangan kaki manset diletakkan diatas pergelangan
kaki  ukur kembalinya aliran darah tibialis posterior dan arteri dorsalis
• PULSE VOLUME RECORDING
– Manset yang di letakkan pada level yang berbeda di kaki mendeteksi
perubahan volume darah dan produksi PVR (Pulse volume recording) saat
terhubung ke pletysmograph.
• EVALUASI RADIOLOGI PADA PASIEN ULTRASONOGRAFI
VASKULAR
– Bentuk gelombang dopler dapat menunjukkan adanya penyakit
oklusif aterosklerotik jika bentuk gelombangnya adalah bifasik,
monofasik atau asimetris.
• CTA (Computed Tomography Angiography)
– Non invasive
– Metode kontras untuk system arteri tergantung infus intravena dari agen
kontras yang berbasin yodium
– CTA menggambarkan pada proses akhir dapat digunakan untuk
menunjukkan terdapat aneuisma dalam format yang menunjukkan
adanya thrombus, kalsium, lumen dan dinding luar.
• MRA (Magnetic Resonance Angiography)
– Tidak memerlukan kontras beryodium untuk memberikan
kekeruhan pada vessel.
• DIAGNOSTIK ANGIOGRAPHY
– Gold standart dalam pencitraan vascular  penggunaanya
menurunkan dengan cepat karena adanya perkembangan
modalitas gambaran non invasive seperti duplex arterial mapping,
CTA, MRA
– Aspek penting pada diagnostik angiografi adalah akses vascular
dan penempatan cateter
PRINSIP DASAR TERAPI ENDOVASKULAR

• Needles and Access


– Jarum digunakan untuk mencapai akses akses vascular
percutaneous
– Ukuran jarum yang digunakan tergantung diameter dari guide wire
yang digunakan  paling sering ukuran jarum 18-gauge
menggunakan guide wire ukuran 0.035-inci  biasanya pada arteri
femoralis
• Melalui femoral retrograde adalah teknik yang paling sering dilakukan untuk
mendapatkan arteri
• GuideWires
– Digunakan untuk introduce, position dan exchange kateter  guidwire
memiliki ujung yang kaku dan flexible
– 5 karakter guidewire  ukuran, panjang, kekakuan, pelapis, konfigurasi
tip
– Guidewires memiliki diameter transversal maksimum yang berbeda
mulai dari 0,011 sampai 0,038 inci
• Kateter
– Dilakukan untuk prosedur angiography
– Untuk melindungi balon dan stent
• Angioplasty Balloons
– Balon digunakan untuk menjalankan angioplasty pada stenosis
vascular menyebarkan stent dan untuk membantu ekspansi tambahan
setelah pemasangan stent yang sudah mengembang
• Hemostatic Sheaths
– Sheaths berfungsi melindungi dari cedera saat kateter dan wire
dimasukkan. (gambar 23-8)
– Sheats yang paling sering di gunakan untuk akses perkutan adalah
diameter 5-9-French
• Stent
– Vaskular stent digukanan setelah angioplasty dengan diseksi
dan elastisitas berkurang pada stenosis arterial yang sudah
tidak adekuat.
– Vaskular stent di klasifikasikan menjadi 2 kategori :
• Stent yang bida di perluas dgn balon
• Stent yang bias mengembang sendiri
PENYAKIT ARTERI KAROTIS
• Epidemiology and Etiology of Carotid Occlusive Disease
– Setiap tahuna da 700.000 orang amerika yang menderita
stroke baik baru ataupun berulang  85% adalah stroke
iskemik, 15% adalah stroke hemoragic
– Stroke hemoragic disebabkan oleh trauma kepala atau adanya
gangguan spontan permbuluh darah intracerebral
– Stroke iskemik disebabkan oleh adanya hipoperfusi dari oklusi
arterial atau menurunnya aliran yg disebabkan oleh stenosis arteri
proksimal, jaringan kolateral yang buruk
• Manifestasi Klinis cerebral iskemik
– Pasien dengan cedera cerebrovascular menunjukkan 3
kategori gejala  gejala ocular, deficit sensorik/motorik,
disfungsi kortikal tinggi.
• Evaluasi diagnosis
– Ultrasonografi duplex paling sering digunakan untuk alat
screening untuk evaluasi plak aterosklerotik dan stenosis pada
arteri carotis ekstrakranial
• Teknik angioplasty karotis dan stenting
– Stenting arteri karotis perkutan  alternative pada pasien dengan
bifurkasi (GAMBAR 23-2)
– Persiapan stenting karotis  pasien diberikan clopidogrel oral 3 hari
sebelum dilakukan tindakan  dilakukan diruang operasi dengan
ketersediaan angiografi  pasien ditempatkan pada posisi terlentang
– Untuk mendapatkan akses ke arteri karotis  transfemoral retrograde
merupakan yang paling umum dilakukan intervensi karotis
• Komplikasi Stenting Karotis
– Lebih sering terjadi emboli distal dibandingkan dengan endarterectomy
carotis
– Kejadian stenosis berulang pada stenting diperkirakan 10%-30%
– Bradikardi dan hipotensi terjadi pada 20% pasien yang menjalani
stenting
Aneurisma aorta abdominalis (aaa)
• Penyebab dan factor resiko
– Patogenesis penyakit aneurisma sorta abdominalis paling umum
adalah adanya proses degenerative pada dinding aorta
– Penyakit aterosklerotik, usia jenis kelamin(paling banyak pria),
riwayat merokok, riwayat keluarga, hipertensi, penyakit arteri
coroner, dan penyakit paru obstruktif kronis  terkait dengan
pengembangan penyakit AAA
• Manifestasi Klinis
– Sebagian besar AAA tidak menunjukkan gejala  biasanya
ditemukan bersifat incidental pada saat pemeriksaan pada nyeri
punggung belakang atau batu ginjal
• Evaluasi Diagnostik
• CT Scan  gold standart untuk penentuan kelayakan untuk dilakukan
repair endovascular  ukuran AAA dapat berbeda 1cm antara
pemeriksaan dengan USG atau dengan CT Scan
• Kelemahan menggunakan CT Scan Adalah resiko kontras nefropati
pada diabetes dan pada pasien dengan renal insufisiensi
• Perbaikan Bedah pada AAA
– Anastesi umum diperlukan untuk perbaikan AAA konfensional
– Sayatan trans abdominal garis tengah yang paling sering dilakukan
untuk operasi aneurisma aorta terbuka.
– Setelah abdomen dibuka small intentine dan colon transversu,
ditarik kembali untuk meletakkan retroperineum diatas AAA.
• Heparin kemudian diberikan secara intravena (100 IU/ Kg) diikuti oleh
penjepitan segmen proksimal dan distal aneurisma.
• Kantung aneurisma diatasnya dan retroperineum di tutup untuk
menutupi cangkok prostetik untuk memeinimalkan kontak usus
dengan graft
• Kemudian usus kecil dan usus besar di kembalikan ke rongga abdomen
diikuti dengan penutupan fasia dan kulit abdomen.
MESENTERIC ARTERY DISEASE

• Penyebab paling sering dari iskemik mesenterika adalah


aterosklerotik
• Iskemik mesenterika kronis berhubungan dengan kurangnya
suplai darah pada splanchnic yang disebabkan oleh penyakit satu
atau lebih arteri visceral : celiac trunk, arteri mesenterika
superior, IMA
• Mekanisme utama visceral iskemik yang melibatkan arteri
mesenterika
1. Iskemik mesenterika akut, dapat berupa embolik atau trombotik
2. Iskemik mesenterika kronis
3. Iskemik mesenterika non oklusif
• Perbaikan Bedah
– Iskemik embolik mesenteric akut
o Pada tahap awal alkukan resusitasi cairan dan antikoagulasi sistemik
dengan heparin  mencegah penyebaran thrombus lebih lanju
o Asidosis metabolic yang tidak merepon resusitasi cairan  koreksi
dengan natrium bikarbonat
o Berikan antibiotic yang tepat sebelum dilakukan pembedahan
o Operasi iskemik mesenteria akut ditentukan oleh penyebab oklusi
o Tujuan utama pembedahan pada iskemik embolik mesenteric 
mengembalikan perfusi arteri dengan menghilangkan embolus dari
pembuluh darah.
• Iskemik Trombotik Mesenterik Akut
o Biasanya melibatkan aterosklerotik yang parah  biasanya CA (celiac
artery) proksimal dan SMA (Superior mesenteric artery)  pasien
memerlukan rekonstruksi ke SMA (Superior mesenteric artery) untuk
mengembalikanaliran mesenterika.
• Iskemik mesenteric kronis
o Tujuan terapi adalah untuk merevaskularisasi sirkulasi mesenteric dan
mencegah perkembangan infark usus
o Dapat di terapi dengan melakukan endarterektomi trans aortic atau
bypass arteri mesenterika.
• Sindrom Kompresi Arteri Celiac
o Tujuan terapi adalah utuk melepaskan struktur ligamen yang
menekan CA proksimal dan untuk memperbaiki striktur persisten
dengan bypass grafting
• Treatment Endovaskular
– Iskemik Mesenterik Kronis
o Treatment endovascular pada stenosis arteri mesenteric merupakan
terapi yang kurang invasive untuk bedah terbuka terutama pada
pasien yang komorbiditasnya dengan resiko operasi yang tinggi
o Cocok pada pasien dengan penyakit berulang atau stenosis
anastomosis setelah revaskularisasi mesenterika terbuka
sebelumnya.
– Iskemik mesenteric Akut
o Terapi catheter directed thrombolytic adalah pengobatan yang
berguna untuk keadaanmesenteria akut  dimulai dengan
pemberian trombolitik intra arteri ke thrombus mesenterika saat
diagnostic angiografi  peluang berhasil lebih ebsar jika dilakukan
dalam 12 jam setelah onset gejala
• Iskemik Mesenterik Non oklusif
– Dilakukan dengan kateterisaasi arteri mesenterika diikuti infus
vasodilator seperti tolazoline atau papaverine
– Setelah diagnosis ditegakkan dengan anteriografi mesenterika
 papaverin diberikan intravena dengan dosis 30-60 mg/jam
 heparin intraena diberikan bersamaan untuk mencegah
thrombosis
– Pantau status hemodinamik pasien selama pemberian
papaverin  dapat terjadi hipotensi
RENAL ARTERY DISEASE
• Manifestasi Klinis
– Hipertensi renovaskular adalah yang paling umum terjadi pada penyakit oklusi
arteri renal
– Gambaran yang menunjukkan adanya hipertensi renovascular :
o Sistolik dan diastolic bruits abdomen bagian atas
o Hipertensi  diastolic lebih dari 115mmHg
o Hipertensi dengan onset yang cepat  usia > 50th
o Hipertensi yang sulit di atasi
o Insufisiensi ginjal
o Hipertensi bawaan
– Semua pasien hipertensi terutama dengan tekanan diastolic yang tinggi 
dianggap sebagai pasien renovaskular
• Indikasi Terapi
– Tujuan Terapi
o Meningkatkan control tekanan darah  mencegah kerusakan organ
o Meningkatkan fungsi ginjal
– Indikasi Terapi endovascular untuk penyakit arteri renal artery
oklusif meliputi 70% atau lebih stenosis dari satu atau lebih
arteri renal, atau satu dari kriteria berikut ini :
o Ketidak mampuan mengontrol hipertensi meskipun
mendapatkan anti hipertensi yang sesuai
o Insufisiensi ginjal kronis
o Gagal ginjal yang bergantung pada dialysis pada stenosis arteri
ginjal
• Tipe Repair Bedah
• Aortorenal bypass adalah perbaikan arteri renal oklusif yang
paling sering dilakukan
– Endarterektomi, transrenal atau transaortik  adalah alternative
untuk memotong lesi ostial pendek atau pada pasien multiple renal
arteries
– Endarterektomi transrenal dilakukan dengan sayatan longitudinal
transversal pada aorta yang meluas ke arteri ginjal yang sakit
– Setelah pengangkatan plak, arteriotomi ditutup dengan patch
prostetik.
AORTOILIAC OCCLUSIVE DISEASE
• Evaluasi Diagnostik
– Verivikasi iliac occlusive disease dilakukan biasanya dengan color
duplex scanning  menunjukkan adanya gelombang monofasik
• Disease Classification
– Berdasarkan pola penyakit aterosklerotik, aortoiliac occlusive
disease di klasifikasikan menjadi 3 jenis
• Tipe I : penyakit fokal yang mempengaruhi aorta distal dan arteri
iliaka proksimal
• Tipe II : penyakit aortoiliac difus diatas ligamentum inguinalis
• Tipe III : Penyakit occlusive multi segmen melibatkan arteri aortoiliac
dan infrainguinal.
• Terapi
– Tidak ada terapi yang efektif untuk aortoiliac disease.
– Sebagian besar pasien yang diberikan anti platelet 
meningkatkan fungsi endotel, adaptasi metabolic pada otot skelet
• Perbaikan Bedah
– Aortobifemoral bypass
- Kedua arteri femoralis dipastikan adekuat untuk anastomosis distal
- Abdomen kemudian di buka pada bagian tengah, usus kecil ditarik ke
kanan dan peritoneum posterior yang menutupi aorta di insisi
- Anastomosis aorta proksimal dari ujung ke ujung diperlukan pada
pasien dengan aneurisma aorta atau oklusi aorta total yang
memanjang hingga ke arteri renalis
• Iliofemoral Bypass
– Salah satu pilihan untuk pasiendengan oklusi unilateral dari arteri iliaka external
adalah iliofemoral grafting
LOWER EXTREMITY ARTERIAL OCCLUSIVE
DISEASE
• Evaluasi Diagnostik
– Diagnosa berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dikonfirmasi
dengan pencitraan
– Berbagai gejala dan tanda klinik berguna untuk membedakan kondisi
yang dapat hidup, terancam, dan iskemik irreversible yang disebabkan
oleh insufisiensi arteri
– Angiografi merupakan gold standart dengan menggunakan kontras
angiografi  dapat menentukan lokasi dan ukuran lesi dan gradient
tekanan pada lesi serta rencana tindakan
• Lower Extremity Occlusive Disease Classification
Terdapat 2 klasifikasi utama berdasarkan presentasi klinis :
o Klasifikasi Fontaine menggunakan 4 stages :
1. Fountaine 1 : ketika pasien tidak menunjukkan gejala
2. Fountaine 2 : ketika pasien memiliki klaudiakasio ringan
ringan (Iia) atau parah (IIb)
3. Fountaine 3 : ketika pasien memiliki ischemic rest pain
4. Fountaine 4 : ketika pasien menderita kehilangan
jaringan seperti ulserasi atau gangrene
• Klasifikasi Rutherford memiliki 4 grades dan 7 kategori
ACUTE LIMB ISCHEMIA
• Iskemik extremitas bawah akut bermanifestasi dengan 5Ps 
Pain, pallor, paresthesia, paralysis, pulslesness  sebagian ada
yang menambahkan yang ke 6 yaitu “Poikilothermia” atau
“perishing cold”
• Lokasi yang umum biasanya terdapat embolus di kaki adalah
bifurkasi femoralis  pasien mengeluh sakit pada kaki dan betis
• Pulslesness  kemungkinan ada penurunan sensasi
• Salah satu tujuan pengobatan Acute limb ischemia adalah
mencegah penyebaran thrombus  segera berikan anti
koagulasi setelah diagnosis di tegakkan
Surgical treatment untuk acute limb ischemia
• Embolectomy
– Lipat paha dibuka dengans ayatan vertical  memperlihatkan CFA
dan bifurkasinya
– Pada bifurkasi femoralis seringkali lokasi embolus terlihat jelas
dengan adanya denyut nadi femoralis proksimal yang teraba tetapi
menghilang pada bagian distal
– Arteri dijepit kemudian dibuka secara melintang diatas bifurkasi
– Trombus di ekstraksi melalui kateter embolektomi balon fogarty
– Perdarahan antegrade  menandakan bahwa seluruh bekuan
darah telah dihilangkan
Bypass Graft Tromboectomy
• Perbaikan bypass graft lebih tepat untuk kegagalan graft vena
akut karena cenderung lebih merespon terhadap trombolisis dan
memerlukan beberapa perbaikan seperti lisis katup, interposisi,
ekstensi
Chronic Limb Ischemia
Treatment Chronic limb ischemia
NonATEROSCHLEROTIC DISORDER OF BLOOD
VESSELS
Giant Cell Arteritis (Temporal Arteritis)
• Merupakan penyakit inflamasi pembuluh darah sistemik kronis
dengan banyak karakteristik yang mirip dengan Takayasu’s Disease
• Terdapat perbedaan antara giant cell arteritis dengan takayasu’s
disease yaitu presentasi, lokasi , dan terapi
• Sindrome klinos dimulai dengan fase prodromal  sakit kepala,
demam, malaise, dan myalgia
• Gold standart untuk diagnose adalah dengan biopsy arteri temporal 
menunjukkan temuan histologis sel raksasa berinti banyak dengan
infiltrate inflamasi perivascular yang padat.
Takayasu’s Arteritis
• Arteritis inflamasi kronis yang mempengaruhi pembuluh darah besar 
terutama aorta dan cabang-cabang utamanya
• Peradangan pembuluh darah kronis menyebabkan penebalan
dinding, fibrosis, stenosis, dan pembentukan thrombus
• Inflamasi akut dapat menghancurkan arteri dan menyebabkan
pembentukan aneurisma
• Gejala  demam, anoreksia, berat badan menurun, malaise,
arthralgia, malnutrisi
• Gold standart untuk diagnosis  angiografi yang menunjukkan
adanya penyempitan atau penyumbatan seluruh aorta
6 jenis Arteritis Takayasu yangdinilai berdasarkan tingkat keparahan
1. Tipe I : mempengatruhi aorta dan arc vessels
2. Tipe 2
- IIa : mempengaruhi aorta asenden, lengkung aorta
- IIb : mempengaruhi aorta asenden, lengkung aorta, cabang aorta, aorta
desenden thorax
3. Tipe 3 : mempengaruhi aorta decenden thorax, aorta abdominalis, dan atau
arteri ginjal
4. Tipe 4 : mempengaruhi aorta abdominalis dan atau arteri renalis
5. Tipe 5 : gabungan antara tipe IIb dan tipe 4
• Pada awalnya terapi hanya terdiri dari steroid saja, dengan agen cytotoxic
yang digunakan pada pasien yang tidak mencapai remisi
• Perawatanbedah hanya dilakukan pada stadium lanjut, dan bypass perlu di
tunda selama fase peradangan
Ehlers-Danlos Syndrome
• Adalah gangguan metabolism kolagen fibrilar, kerusakan spesifik
dapat ditemukan pada jalur collagen biosintetik yang menghasilkan
kelainan dengan bentuk yang berbeda secara klinis
• Dari IV tipe dasarkolagen dalam tubuh  tipe dominan adalah tipe III
 yang berkontribusi pada integritas structural, kekuatan menarik,
berperan dalam agregasi platelet dan pembentukan thrombus
• Pasien tidak menunjukkan gejala yang khas
• Pada pemeriksaan 36 pasien, penulis melaporkan tingkat kematiannya
adalah 44% sebelum dilakukan tindakan bedah apapun
• Ruptur arteri, aneurisma, deseksi aorta akut dapat terjadi pada arteri
utama lokasi rupture yang paling sering adalah rongga abdomen
• Perbaikan bedah sulit dilakukan karena dinding yang rapuh dan
lunakligasi merupakan satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan
Marfan’s Sindrome
• Kerusakan terjadi pada fibrin  protein dasar pada microfibrillar apparatus yang berfungsi
sebagai backbone untuk elastin
• Gejala Fisik terlihat :
o Perawakan tinggi
o Anggota tubuh yang panjang (dolichostenomelia)
o Jari-jari panjang (arachnodactyly)
o Hiperekstensibilitas sendi
o Kelainan dinding dada
o Scoliosis
• Gejala Okular terlihat :
o Kornea pipih
o Sublukasi lensa
o Miopia
• Pada perbaikan bedah memerlukan penggantian aortic root composite valve graft
• Operatif dilakukan pada aneurisma yang besarnya lebihd ari 5,5cm
Kawasaki’s Disease
• Kawasaki’s disease pertama kali di jabarkan pada tahun 1967, sebagai
sindrom kelenjar getah bening mukokutan yang terjadi pada anak-anak
• Aktivasi imun dengan kontribusi sitokin, elastasis, growth factor,
metalloproteinase diyakini sebagai mekanisme peradangan dan
pembentukan aneurisma
• Aneurisma arteri coroner  ciri penyakit ini yang menunjukkan panarteritis
dengan nekrosis fibrinoid yang terlihat secara histologis.
• Anteriografi coroner dapat menunjukkan oklusi, rekanalisasi, dan stenosis
local selain aneurisma multiple.
• Terapi dengan menggunakan intravenous gamma globulin dan aspirin
kemungkinan besar akan lebih berhasiljika dimulai dalam 10 hari pertama.
• 20% pasien yang tidak di terapi akan mengalami lesi arteri coroner
Polyarteritis Nodosa
• Adalah proses peradangan sistemik yang ditandai dengan inflamasi
nekrotikans pada arteri berukuran sedang atau kecil yang menyumbat
pembuluh darah terkecil
• berkembang secara subakut, dengan gejala konstitusional yang berlangsung
selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
• Gejala umum : intermitten, demam ringan, malaise, penurunan berat badan,
myalgia
• Karena pembuluh darah berukuran sedang terletak di dalam dermis bagian
dalam, manifestasi pada kulit terjadi dalambentuk livo reticularis, nodul,
ulserasi, iskemik digital
• Diagnosis  biopsy  terdapat infiltratseluler pleomorfik dan nekrosis
transmural segmental yang mengarah ke arah aneurisma
• Terapi  steroid dan agen sitotoksik
Fibromuscular Displasia (FMD)
• FMD adalah vasculopathy dengan etiologi yang belum pasti yang ditandai
dengan keterlibatan arteri segmental
• Secara histologis proliferasi jaringan fibrosa, hyperplasia sel otot,
kerusakan serat elastis bergantian dengan penipisan mural
• Yang paling sering terkena adalah pada arteri berukuran sedang, termasuk
arteri karotis, ginjal, vertebral, subclavian, mesenterika dan iliaka.
• Gejala FMD umumnya adalag gejala sekunder akibat stenosis arteri 
secara klinis tidak dapat dibedakan dengan yang disebabkan oleh penyakit
aterosklerotik
• Perbaikan bedah arteri renalis untuk FMD memiliki hasil jangka panjang
yang baik dan di sarankan untuk lesi berulang setelah angioplasty
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai