Anda di halaman 1dari 41

 LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan instutusi pelayanan


kesehatan. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang merupakan bagian dari sistim
pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Manajemen keperawatan di indonesia jika
diperhatikan pelayanan keperawatan sebagai mana
yang sedang berlangsung dibanyak rumah sakit di
indonesia saat ini, secara jujur haruslah diakui
bahwa manjemen keperawatan belum mendapat
perhatian yang cukup.
Mengantisipasi manajemen keperawatan
di masa mendatang, kemampuan pra menejer
keperawatan perlu ditingkatkan terutama
yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan
staff, pengarahan dan pengawasan.
Berdasarkan hasil observasi di ruangan
Jantung di dapat masalah manajemen
keperawatan, oleh sebab itu Mahasiswa dan
perawat mencarikan alternatif penyelesaian
permasalahan yang sedang dihadapi
sehingga pelayanan menjadi lebih optimal.
Pengertian
manajemen

Tujuan
manajemen Konsep, Filosofi,
keperawatan dan Tujuan
Manajemen
Keperawatan

Prinsip Manajemen
Manajemen
Keperawatan
Operasional/P
elayanan

Prinsip Manajemen
Keperawatan
•Planning
•Organizing
Fungsi
•Staffing
manajemen
•Directing
•controlling
Man

marketing Money

Material Method
Di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukit tinggi khususnya di
ruangan Jantung dalam melaksanakan manajemen keperawatan
menggunakan Metode Modular.
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan
primer. Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik
perawat profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam
memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang
perawat profesional. Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan
dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang
perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak
masuk dalam perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan
waktu follow up care.
Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase

D III 4 44,4%

S-1 Kep 5 55,6%

Total 9 100%

Berdasarkan tabel dapat dilihat lebih dari separoh yaitu 55,6%


yang berpendidikan S-1 Keperawatan dan yang berpendidikan D
III keperawatan terdapat sebanyak 44,4%.
Umur Frekuensi Persentase

21-30 3 33,3%

31-40 2 22,2%

41-50 4 44,4%

Total 9 100%

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa mayoritas perawat berumur 41 – 50


tahun sebanyak 44,4%, berumur 21 – 30 tahun terdapat sebanyak 33,3%,
dan paling sedikit berumur 31 – 40 tahun terdapat 22,2
 Persentase kuesioner kepala ruangan
Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 5 83,3%
Tidak 1 16,7%
Total 6 100%

 Fungsi Perencanaan : di dapat karu menjawab ya


sebanyak 83,3% pertanyaan dalam menjalankan
fungsi Perencanaan manajemen di ruangan dan
menjawab tidak sebanyak 16,7%
Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 4 100%
Tidak 0 0%
Total 4 100%

 Fungsi Pengorganisasian: di dapat karu


menjawab ya sebayak 100% pertanyaan dalam
menjalankan fungsi manajemen di ruangan.
Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 4 100%
Tidak 0 0%
Total 4 100%

 Fungsi Pengarahan: di dapat karu menjawab


ya sebanyak 100% pertanyaan dalam
menjalankan fungsi manajemen pengarahan
Kriteria Jawaban Frekuensi Persentase
Ya 4 100%
Tidak 0 0%
Total 4 100%

 Fungsi Pengendalian: di dapat karu menjawab


ya sebayak 100% pertanyaan dalam
menjalankan fungsi manajemen di ruangan.
YA

TIDAK

100

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa perawat menggunakan


metode SBAR saat melakukan komunikasi via telepon dalam
melaporkan kondisi pasien sebanyak 100%
33.33
YA

TIDAK
66.67

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa perawat


menggunakan metode TBAK saat menerima instruksi via
telepon sebanyak 66,67%
33.33
YA

TIDAK
66.67

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa perawat melakukan


double check pada obat LASA dan High Alert sebanyak 66,67%
33.33
YA

TIDAK
66.67

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa perawat selalu mencuci


tangan 6 langkah sebelum dan sesudah tindakan aseptik sebanyak
66,67%
33.33
YA

TIDAK
66.67

 perawat selalu mencuci tangan 6 langkah sebelum dan


sesudah terkontaminasi dengan cairan tubuh sebanyak
66,67%
33.33
YA

TIDAK
66.67

Berdasarakan Diagram di
dapatkan bahwa perawat selalu
melakukan assesment resiko jatuh
pada pasien baru sebanyak
66,67%
22.22
YA

TIDAK
77.78

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa perawat selalu


memasang tanda resiko jatuh sebanyak 66,67%
44.45 YA

TIDAK
55.55

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa ada


identifikasi kondisi medis pasien sebanyak 55,55%
22.22
YA

TIDAK
77.78

 Berdasarakan Diagram di dapatkan bahwa pengetahuan


perawat tentang EWSS sebanyak 22,22%
N Tanggal Hasil
o

1 16 Agustus 2019  Wawancara langsung karu mengatakan ruangan tidak mempunyai


visi misi tersendiri tetapi mengacu pada visi misi rumah sakit.

 Ruangan jantung belum mempunyai indikator mutu ruangan,


indikator mutu ruangan saat ini hanya mengacu pada indikator
mutu instalasi non bedah

 Karu juga mengatakan bahwa metode yang di gunakan di


ruangan adalah metode modular. Sehingga dalam pelaksanaan
perawat di bagi per pasien.

2 16 Agustus 2019 Karu mengatakan pre dan post conference belum berjalan
maksimal, Karu selalu megkaji tingkat ketergantungan pasien,
karu memberikan bimbingan dan melakukan penilaian kinerja
peawat pelaksana, rapat ruangan diadakan sewaktu-waktu
tergantung situasi karena terkendala susahnya mengumpulkan
staf diwaktu tertentu karena adanya kepentingan pribadi, sudah
terdapat SOP untuk pelayanan keperawatan. Adapun rencana
pendidikan dan pelatihan untuk tahun 2020 belum ada tetapi
untuk program pendidikan dan pelatihan 2019 sudah
terlaksana.
N Tanggal Hasil
o

1 17  Perawat mengatakan tidak


Agustus selalu melakukan pengkajian
2019 risiko jatuh, pagar tempat tidur
dan kunci roda tempat tidur
pasien jarang dilakukan
pengecekan.

 Perawat tidak melakukan


identifikasi kondisi medis
pasien secara berkala
20

ya

tidak

80

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa


sebagian besar perawat (80%) tidak melakukan cuci
tangan 6 langkah sebelum melakukan tindakan aseptik
pada pasien.
0

ya

tidak

100

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa semua


perawat (100%) Melakukan cuci tangan 6 langkah setelah
terkena cairan tubuh pasien.
20

ya

tidak

80

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat


bahwa sebagian besar perawat (80%) tidak
melakukan cuci tangan 6 langkah setelah
kontak dengan pasien
20

ya

tidak

80

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa


sebagian besar perawat (80%) tidak melakukan cuci
tangan 6 langkah setelah kontak dengan lingkungan
pasien.
20

ya

tidak

80

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa


sebagian besar perawat (80%) tidak melakukan
identifikasi kondisi pasien secara berkala.
10

ya

tidak

90

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa


sebagian besar perawat (90%) tidak Melakukan identifikasi
pasien dengan benar menggunakan 2 identitas (nama,
tanggal lahir dan no. Rekam medis).
ya

tidak
60

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa


sebagian besar perawat (60%) Melakukan
penerapan metode SBAR saat melakukan
komunikasi melalui telepon dalam melaporkan
kondisi pasien
40
ya

tidak
60

 Berdasarakan diagram diatas dapat dilihat bahwa


kurang setengah perawat (40%) selalu melakukan
assesment risiko jatuh pada setiapyang baru
masuk ruangan rawat inap.
0

ya

tidak

100

Berdasarakan diagram diatas dapat


dilihat bahwa semua perawat (100%)
tidak melakukan pemasangan tanda
pin atau stiker resiko jatuh pada setiap
pasien beresiko jatuh.
10

ya

tidak

90

Berdasarakan diagram diatas dapat


dilihat bahwa 90% perawat tidak selalu
memasang pagar tempat tidur,
mengunci tempat tidur saat
meninggalkan pasien beresiko jatuh.
N Data Masalah
o
1. Kuesioner Belum optimalnya metode SBAR TBAK saat
Hasil kuesioner perawat menggunakan metode SBAR saat melakukan komnkasi via telepon dalam
melakukan komunikasi via telepon dalam melaporkan kondisi melaporkan kondisi pasien di ruangan rawat
pasien sebanyak 100% inap Jantung RSUD Dr. Dr. Achmad Mochtar
perawat menggunakan metode TBAK saat menerima instruksi via Bukittinggi
telepon sebanyak 66,67%

Wawancara :
Kepala Ruangan mengatakan penggunaan metode SBAR TBAK
diruangan jantung kurang terlaksana dengan baik , khususnya
pendokumentasian komunikasi SBAR di catatan perkembangan
pasien terintegrasi

Observasi :
Dari hasil observasi bahwa sebagian besar perawat (60%)
Melakukan penerapan metode SBAR saat melakukan komunikasi
melalui telepon dalam melaporkan kondisi pasien.
2 Kuesioner Belum optimalnya penatalaksanaan
Hasil kuesioner perawat pelaksana selalu melakukan resiko jatuh pasien di ruangan rawat
assesment resiko jatuh pada pasien baru sebanyak inap Jantung RSUD Dr. Achmad
66,67% Mochtar Bukittinggi
Perawat selalu memasang tanda resiko jatuh
sebanyak 66,67%
Wawancara :
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana Perawat
tanggal 17 Agustus perawat mengatakan tidak
melakukan pengkajian risiko jatuh, pagar tempat
tidur dan kunci roda tempat tidur pasien jarang
dilakukan pengecekan.
Observasi :
Dari hasil observasi perawat selalu melakukan
assesment resiko jatuh pada pasien baru sebanyak
40%. Tidak dilakukan pemasangan tanda atau stiker
resiko jatuh pada pasien beresiko jatuh tinggi.
Pemasangan handle tempat tidur, rem tempat tidur,
sebanyak 10%.
3 Kuisioner : Tidak adanya identifikasi kondisi medis
Dari hasil kuesioner perawat pelaksana di dapatkan bahwa pasien khusunya diruangan HCU di
tidak ada identifikasi kondisi medis pasien sebanyak 44,4% ruangan rawat inap Jantung RSUD Dr.
dan pengetahuan tentang EWSS sebanyak 22,22%. Achmad Mochtar Bukittinggi
Wawancara :
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana, perawat tidak
ada melakukan identifikasi kondisi medis pasien.
Observasi :
Dari hasil observasi sebagian besar perawat (80%) tidak
melakukan identifikasi kondisi medis pasien secara berkala.
Perawat yang dinas diruangan HCU hanya menggunakan
lembar observasi dan implementasi pasien tidak ada
menggunakan lembar identifikasi kondisi medis pasien
seperti EWSS
Diagnosa Keperawatan Manajemen Keperawatan
1. Belum optimalnya metode SBAR TBAK saat
melakukan komnkasi via telepon dalam
melaporkan kondisi pasien di ruangan rawat
inap Jantung RSUD Dr. Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi
2. Belum optimalnya penatalaksanaan resiko jatuh
pasien di ruangan rawat inap Jantung RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi
3. Tidak adanya identifikasi kondisi medis pasien
khusunya diruangan HCU di ruangan rawat inap
Jantung RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
N Masalah B C E F G H I J K L M N
o
.
1 Belum optimalnya metode SBAR 5 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2
. TBAK saat melakukan komnkasi via 3
telepon dalam melaporkan kondisi
pasien di ruangan rawat inap
Jantung RSUD Dr. Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi
2 Belum optimalnya penatalaksanaan
. resiko jatuh pasien di ruangan 4
4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3
rawat inap Jantung RSUD Dr. 1
Achmad Mochtar Bukittinggi
3 Tidak adanya identifikasi kondisi 4 5 3 5 3 5 4 3 3 3 3 5 4 1
. medis pasien khusunya diruangan 6
HCU di ruangan rawat inap Jantung
RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai