Anda di halaman 1dari 6

BAB III

HASIL KEGIATAN

A. INDIKATOR MUTU AREA KLINIS

1. Kematian Pasien di IGD kurang dari 8 jam

Interpretasi :
Riset kematian pasien di IGD adalah kematian pasien yang terjadi dalam periode ≤ 8
jam sejak pasien datang ke IGD. Tujuan Kematian Pasien di IGD kurang dari 8 jam
tujuannya terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan
nyawa pasien gawat darurat .

Jumlah pasien yang meninggal dalam periode < 8 jam sejak pasien datang :
jumlah seluruh pasien yang ditangani di IGD x 1000/1000 dengan target 20%. Pasien
yang datang ke IGD dengan kondisi Death Of Arrival (DOA ) tidak termasuk dalam
pemantauan ini.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator bulan
Januari sampai Maret 2019 belum mencapai target dimana masih diatas 20% yaitu
sebanyak 58,89%. Beberapa hal yang diduga menyebabkan indikator ini belum
tercapai adalah pasien datang sebagai pasien rujukan dari RS lain dalam kondisi
sudah berat dengan komplikasi. RSUD Dr. Achmad Mochtar sebagai RS rujukan BPJS
Lanjut tingkat 2 sehingga banyak pasien dirujuk dengan kondisi yang sudah
mengalami prburukan karena tidak tertatalaksana dari RS yang merujuk.
Untuk selanjutnya, indikator ini terus dipantau secara rutin setiap bulan oleh
IGD, dengan terus melaksanakan kegiatan peningkatan dengan metoda PDSA.
Menyikapi hal tersebut RSUD Dr. Achmad Mochtar bersama Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien melakukan antara lain koordinasi dengan RS yang melakukan
rujukan agar mempertimbangan kondisi pasien sebelum dilakukan rujukan. Jika
memang RS perujuk tidak mampu merawat pasien agar dapat disegerakan merujuk
pasien, jangan menunggu perburukan kondisi pasien baru dilakukan rujukan, selain
itu peningkatan ketrampilan danpendidikan tenaga medis dan keperawatan dalam
melakukan tatalaksana pasien gawat darurat juga dilakukan peningkatan dengan
melakukan pelatihan-pelatihan kegawat daruratan seperti BTCLS, ACLS dan
sebagianya, agar tenaga pemberi layanan di IGD lebih mampu memberikan
tatalaksana terbaik pada pasien gawat darurat.
Follow up akan dilakukan saat pelaporan selanjutnya pada laporan triwulan
kedua pada Juli 2019. Diharapkan pada peroide terebut bisa mencapai target <20%,
dan berharap kejadian kematian pasien IGD < 8 jam dapat dibawah target < 20%.

2. Kelengkapan asesmen gawat darurat medis pasien di IGD

Interpretasi

Riset Kelengkapan asesmen awal medis pasien di IGD. Assesmen adalah proses
yang terus menerus dan dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari
keadaan fisik pasien, psikologis, sosial dan riwayat kesehatan pasien sebagai bahan
analisis informasi dan data untuk mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan
pelayanan medis yang dilakukan saat pasien baru pertama masuk pelayanan IGD.
Tujuan adalah Tergambarnya pemahaman dan kedisiplinan tenaga medis dalam
melakukan pengkajian /assesmen awal pada saat pasien masuk IGD.

Tanpa didukung suatu sistem asesmen pasien yang baik dan benar, maka
penegakkan diagnosis tidak akan berhasil. Sehingga kelengkapan asesmen pasien
harus dipastikan dan dipatuhi untuk dilaksanakan.
Formula yang dipakai dalam riset ini Jumlah assesmen awal medis IGD yang
lengkap setelah pasien masuk IGD : Jumlah pasien baru di IGD yang diambil sebagai
sampel X 100%dengan target ≥85%.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator dari januari
– Maret 2019, pada bulan Januari dan Februari 2019 terlihat capaian belum
memenuhi target yang ditetapkan, namun secara total capaian triwulan 1 sebanyak
87,01 % sudah mencapai target yang hendak dicapai dari nilai capaian 85%. Pada
bulan Januari dan Februari 2019 capaian belum tercapai hal ini disebabkan
Beberapa hal yang diduga menyebabkan indikator ini belum tercapai adalah beban
kerja staf medis di IGD yang berlebih karena jumlah SDM yang kurang, belum
optimalnya komitmen staf medis IGD dalam melengkapi asesmen, belum optimalnya
sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan asesmen IGD, dan belum berjalannya
sistem penghargaan dan sangsi yang jelas bagi staf medis IGD jika tidak melengkapi
asesemen awal. Untuk selanjutnya, indikator ini terus dipantau secara rutin setiap
bulan oleh IGD, dengan terus melaksanakan kegiatan peningkatan dengan metoda
PDSA.
dilakukansosialisasi dan evaluasi terhadap kegitan pengisian asesemen awal
medis di IGD, serta dengan bertambahnya tenaga staf medis (dokter jaga IGD)
dengan rekrutmen dokter umum sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 13
orang, maka pada bulan Maret 2019 terlihat terjadinya pencapaian target >85%
dimana setelah tenaga medis di IGD mendapatkan pembekalan sosialisasi dan
memahami pentingnya asesmen awal medis di IGD sehingga bulan Maret 2019
terlihat kepatuhan staf medis melakukan pengisian asesemen awal yang lengkap.
Rekomendasi yang diusulkan oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien antara
lain adalah melakukan penguatan komitmen pada seluruh staf medis di IGD dalam
melengkapi asesmen, resosialisasi tentang pentingnya kelengkapan asesmen, dan
menerapkan sistem penghargaan dan sangsi yang jelas bagi staf medisIGD.
Follow up akan dilakukan saat pelaporan triwulan kedua diharapkan
pencapaian target ≥85% bisa dipertahankan dan dapat ditingkatkan dengan stabil
dan bahkan bisa mencapai 100%.

3. Kerusakan sampel darah pemeriksaan Hematologi 1 pasien di IGD

Interpretasi :

Riset Kerusakan sampel darah pemeriksaan Hematologi 1 pasien di IGD adalah


Terjadinya lisis atau pembekuan darah yang tidak sesuai dengan sampel darah yang
baik pada pemeriksaan laboratorium Hematologi 1. Tujuan dalam pemantauan
indikator mutu ini adalah Efektivitas dan efisiensi pelayanan laboratorium di IGD
sehingga terjadi peningkatan kualitas kerja dan menimbulkan kenyamanan pada pasien
serta menurunkan pembiayaan dari penggunaan alat bahan pemeriksaan laboratorium
khususnya hematologi 1 di IGD.

Berdasarkan data diatas terlihat capaian untuk triwulan 1 tahun 2019 sebanyak
12,23% dari target 10%. Ini menunjukkan bahwa masih belum efektif dan efisien dalam
pengambilan dan pemeriksaan laboratorium hematologi 1 di IGD. Dari study yang
dilakukan ditemukan bahwa pengambilan sampel darah pasien IGD dilakukan oleh
tenaga keperawatan, bukan oleh tenaga plabotomi ( laboratorium) dimana perawat
secara kompetensi bukan mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, tidak
memahami proses, jumlah dan cara yang tepat dalam mengambil darah sesuai
kebutuhan pemeriksaan hematologi 1. Kadang darah terlalu sedikit, terlalu banyak,
tidak dilakukan pengocokan tabung dengan baik. Sehingga saat dilakukan pemeriksaan
oleh petugas laboratorium darah sering mengalami kerusakan seperti lisis ataupun
beku, bahkan sampel tidak cukup.

Berdasarkan hal tersebut, maka Komite Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi merencanakan bersama bagian terkait untuk dilakukan
analisa mengapa pengambilan darah di IGD dilakukan oleh perawat bukan petugas
labor. Setelah berkoordinasi dengan bagian laboratorium didapatkan informasi bahwa
keterbatasan tenaga laboratorium sehingga tidak dapat langsung mengambil contoh
darah hematologi 1 pasien di IGD.

Berdasarkan hal tersebut diatas KMKP mengajukan pada pihak manajemen


untuk dilakukan analisa pemenuhan kebutuhan tenaga laboratorium sehingga
permasalahan capaian indikator mutu dapat tercapai dan kenyaman pasien dapat
tercapai serta dapat menekan pembiayaan dari penggunaan alat laboratorium yang
digunakan.

Follow up akan dilakukan saat pelaporan triwulan kedua diharapkan


pencapaian target <10% bisa capai dan dapat ditingkatkan dengan stabil dan
bahkan bisa mencapai 0%.

4. Ketidakpatuhan pendokumentasian asesmen nyeri pasien di IGD

Interpretasi :

Riset Ketidakpatuhan pendokumentasian asesmen nyeri pasien dengan keluhan


nyeri di IGD. Tujuan dari riset ini adalah untuk melihat ketidakpatuhan perawat dalam
pendokumentasian asesmen nyeri pada pasien di IGD dalam mengatasi rasa nyeri
pasien dimana dimensi mutunya adalah kenyamanan pasien. Tanpa didukung suatu
sistem asesmen nyeri pasien yang baik dan benar, maka penegakkan diagnosis tidak
akan berhasil dan kenyaman pasien tidak dapat dipenuhi. Sehingga kelengkapan
asesmen nyeri pasien oleh perawat di IGD harus dipastikan dan dipatuhi untuk
dilaksanakan.
Formula yang dipakai dalam riset ini Jumlah status pasien IGD yang tidak ada
dokumen asesmen nyeri : Jumlah seluruh status pasien yang datang ke IGD x 100%
dengan target 10%. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator
bulan Januari – Maret 2019 dimana capaian 16,58% dari target <10%.
Beberapa hal yang diduga menyebabkan indikator ini belum tercapai adalah
beban kerja perawat di IGD yang berlebih karena jumlah SDM yang kurang, belum
optimalnya komitmen perawat IGD dalam melengkapi asesmen nyeri pasien, belum
optimalnya sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan asesmen nyeri pasiendi IGD,
dan belum berjalannya sistem penghargaan dan sangsi yang jelas bagi personel IGD.
Untuk selanjutnya, indikator ini terus dipantau secara rutin setiap bulan oleh
KMKP dan IGD, dengan terus melaksanakan kegiatan peningkatan dengan metoda
PDSA. Rekomendasi yang diusulkan oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
antara lain adalah melakukan penambahan tenaga perawat IGD, penguatan
komitmen pada seluruh perawat IGD dalam melengkapi asesmen nyeri pasien di IGD
, resosialisasi tentang pentingnya kelengkapan asesmen nyeri pasien , dan
menerapkan sistem penghargaan dan sangsi yang jelas bagi perawat IGD dalam
melakukan pendokumentasian nyeri pada pasien di IGD.
Follow up akan dilakukan saat pelaporan triwulan kedua diharapkan
pencapaian target <10% bisa capai dan dapat ditingkatkan dan bahkan bisa
mencapai 0%.

Anda mungkin juga menyukai