Anda di halaman 1dari 51

REFERAT

ABSES LEHER DALAM


Pembimbing: dr. Yulvina, Sp. THT-KL(K)

Tiara Nadya Putrianda


1810211029

Departemen Ilmu THT-KL RSUP Persahabatan


Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
2019
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan
Kompleksitas
Anatomi

Lokasi yang Abses Leher


Dalam Dalam Pemahaman Mencegah Morbiditas
= Menantang Mengenai Penyakit dan Mortalitas
dalam Diagnosis
dan Terapi
Kesulitan
Akses Regio
Abses
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Abses Leher Dalam

Definisi
• Abses yang melibatkan regio leher dalam
yang terbentuk di dalam ruang potensial di Epidemiologi
antara fascia leher dalam sebagai akibat
penjalran infeksi dari berbagai sumber
• Abses peritonsil 32 %,
Sumber infeksi submandibula 26 %,
• Infeksi gigi parafaring 18 %, retrofaring
• Infeksi mulut 12 %
• Infeksi tenggorokan
• Infeksi sinus paranasal
• Infeksi telinga tengah
• Infeksi leher
Anatomi
Fascia Leher

Fascia
Lapisan
cervicalis
superficialis
superficialis
Fascia Leher
Fascia
Anatomi Leher
cervicalis Lapisan media
Dalam
Spasium profunda
Leher Dalam
Lapisan
profunda
Anatomi
Spasium Leher Dalam
Spasium Spasium
parafaring submandibula

Spasium Spasium
retrofaring
carotis
Fascia Leher
Anatomi Spasium
Leher Dalam prevertebra Spasium
Spasium pretrakea
Leher Dalam
Danger
space Spasium
Pretonsil
Spasium
mastikatorius
Spasium
Spasium Parotis
Temporal
Anatomi

Potongan Horizontal Anatomi


Leher Dalam

Hansen J, Netter F, Machado C, Craig J, Perkins J. Netter's clinical anatomy. 2nd ed. Philadelphia: Saundres, an imprint of Elsevier; 2011.
Anatomi

Potongan Sagital Anatomi Leher


Dalam

Hansen J, Netter F, Machado C, Craig J, Perkins J. Netter's clinical anatomy. 2nd ed. Philadelphia: Saundres, an imprint of Elsevier; 2011.
Etiologi
Bakteri Bakteri lain

• Streptococcus • Peptostreptococcus
• Eschericiae coli
• Beta hemolitikus grup A = S. • Haemophilus influenza
pyogenes • Neisseria
• Alfa hemolitikus= S. viridans
• S. pneumonia Cordesmayer dkk.

• Staphylococcus aureus • 26,7% abses leher  Streptococcus


viridans
• Bakteri Anaerob (Bacteriodes • 16,7% abses leher  Staphylococcus
oralis dan melaninogenicus) epidermidis dan Staphylococcus aureus
• Fusobacterium nucleatum • Gram negatif  Eschericia coli, Klebsiella
oxytoca,dan Haemophilus influenza
• Campuran
Etiologi
Asmar dikutip Murray, dkk Advocia dkk.
• 90% polimikrobia (minimal 5 bakteri)
• 70,6% dari 263 pasien abses leher dalam
• Kultur bakteri aerob ditemukan pada pada dewasa  berasal dari infeksi gigi
semua kasus
• Kultur bakteri anaerob ditemukan Penyebab secara umum
pada > 50% kasus
• Infeksi tonsil, faring, gigi, glandula saliva
Sejarah • Prosedur bedah untuk melepaskan
suspension wire
• Sebelum penggunaan antibiotik secara • Trauma cavum oris dan faring
luas, 70% abses leher disebabkan • Instrumentasi: esofagoskopi & bronkoskopi
karena penyebaran infeksi tonsil dan • Aspirasi benda asing, limfadenitis cervical,
faring kista ductus tiroglosus, abses Bezold,
• Saat in, tonsilitis  penyebab utama laringopiokel
abses leher dalam pada anak-anak
Patofisiologi

Infeksi cavum
oris
Infeksi
menyebar ke Abses Leher
Inflamasi leher
Infeksi wajah leher dalam
melalui sistem
dalam
Supurasi Dalam
limfatik

Infeksi bagain
superficial leher

Menyebar secara
langsung ke spasium
leher dalam lainnya
Patofisiologi

Manifestasi
Klinis
Efek Massa
Abses leher • Nyeri
Dalam • Disfagia
• Kesulitan bernapas

Faktor Pencetus Abses Leher Dalam


Patofisiologi
Menyebar ke carotid sheath  trombosis vena
Contoh Penyebaran
sentral, endokarditis bakterial subakut, emboli
Infeksi
pulmonal, trombosis a. Carotis, insufisiensi
dari Tonsilitis
cerebrovascular

Tonsilitis yang Menyebar ke Menyebar ke


Abses
tidak ditangani ruang faring ruang faring
peritonsilar
dengan baik lateral posterior

Menyebar ke
dada Sepsis Kematian
(mediastinitis)
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Secara Umum

Nyeri Kesulitan Bernapas Disfagia

Pergeseran dinding
Leher Asimetris Massa Leher
lateral faring

Fluktuasi pada
Trismus Tortikolis
perabaan leher

Defisit neurologis Demam Takipnea


Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
• Mencari infeksi dan spasium leher mana
• Onset saja yang terlibat  Px Kepala-Leher
komprehensif
• Nyeri • Yang ditemukan:
• Durasi • Demam
• Riwayat operasi gigi • Nyeri tekan
• ISPA • Leher asimetri
• Riwayat trauma leher/cavutas oral • Massa leher  pergeseran dinding
• Kesulitan bernapas lateral faring
• Disfagia • Defisit neurologis
• Stantus imunosupresi dan • Takipnea
imunokompromais • Trismus
• tortikolis
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaaan Gram,
Darah Diastase Kultur dan
Kimia Darah Sensitivitas Pencitraaan
Lengkap Perdarahan Antibiotik

Untuk Foto Polos,


Pemberian
Leukositosis kepentingan
Antibiotik
Mandible
operasi Series

Kultur darah
Pemindai
diindikasikan
CT
pd Sepsis

MRI

USG
Pemeriksaan Penunjang
Foto Cervical Lateral Mandible Series
• Pembengkakan jaringan lunak di sekitar
regio prevertebra • Menunjukkan infeksi gigi
• Dapat nampak • Infeksi gigi molar II&III mandibula
• benda asing radioopak •  akses lansung ke ruang
submandibula (abses
• Udara subkutan submandibula)
• Air fluid levels
• Erosi badan vertebra
Foto Polos Toraks
• Tanda proses retrofaring  penebalan
jaringan lunak prevertebra C6 lebih
dari 14 mm pada anak-anak dan 22 • Evaluasi mediastinum:
mm pada orang dewasa yang • Emfisema subkutan,
mengindikasikan adanya proses pneumomediastinum, pneumonia)
retrofaring
Pemeriksaan Penunjang
Gold Standard
Pemeriksaan
Radiologi
Pemindai CT
Dengan Kontras
Mampu mengevaluasi
• Cakupan abses
• Lokasi
• Batas
• Hubungan Antara Infeksi
dengan Struktur
Neurovaskular
Pemindai CT Dengan Kontras

Abses nampak sebagai Abses juga nampak


lesi densitas rendah sebagai air fluid level
dengan rim enhancement dengan lokulasi

Sensitivitas Pemindaian
CT 95% dan spesifisitas
80%
Pemindai CT Dengan Kontras

Abses Peritonsilar Abses


Sinistra Parafaring
Murray A. Deep Neck Infections: Background, History of the Procedure, Problem [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 12 August 2018].
Pemindai CT Dengan Kontras

Abses Parafaring
dengan Rim
Enhancement
Murray A. Deep Neck Infections: Background, History of the Procedure, Problem [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 12 August 2018].
Pemeriksaan Penunjang

USG
MRI
• Dapat memberikan gambaran terhadap • Dapat membedakan
jaringan lunak
flegmon dan abses
• Dapat memberi informasi yang baik terkait
regio abses leher dalam yang terlibat • Memberikan informasi
• Oleh pertimbangan biaya dan waktu  tentang kondisi pembuluh
tidak dipilih sebagai pilihan pertama untuk darah di sekitar abses
pencitraan kasus abses leher dalam
• Pemandu untuk aspirasi
Arteriografi jarum halus
• Dapat digunakna bila terdapat keterlibatan • Tidak dapat memberikan
pembuluh carotis dan jugular
detail anatomi
Tata Laksana
Suportif:
antinyeri,
antipiretik
Medikamentosa

Antibiotik

Krikotioridotomi

Jalan Napas

Trakeostomi

Non-Medikamentosa Cairan

Insisi Drainase
Medikamentosa

Antibiotik empiris diberikan


Antibiotik diberikan secara sebelum pemeriksaan
intravena Kultur&Sensitivitas (didasarkan
pola resistensi)

Regimen yang dapat digunakan


Antibiotik empiris mencakup
gram positif, negatif, aerob, • Klindamisin
• Ampisilin-sulbactam
anaerob, dan bakteri penghasil
• cefuroxime
enzim beta laktamase
Medikamentosa

Kultur dapat diperoleh Hasil Kultur&Sensitivitas


dari abses maupun  menentukan antibiotik
darah yang sesuai

Modifikasi antibiotik Pemberian Antibiotik


setelah hasil keluar dilakukan hingga pasien
diperlukan membaik.

Tanda pasien membaik: Setelah pasien membaik


• Demam turun  lanjutkan Antibiotik
• Tidak demam 48 jam secara oral
Non-Medikamentosa
Jalan Napas Insisi drainase
• Dilakukan pada pasien dengan
• Prioritas utama penanganan komplikasi yang sedang berjalan
abses leher dalam • Tidak membaik dengan antibiotik i.v
• Pada kegawatdaruratan  selama 48-72 jam
intubasi, trakeostomi,
krikotiroidotomi Pendekatan Insisi Drainase
• Eksposur adekuat & mencegah
keterlibatan jaringan sekitar saat
Cairan proses drainase
• Pendekatan transcervical
• Status cairan perlu • Pendekatan transoral (retrofaring)
diperhatikan • Dipandu USG
Pembagian Abses Leher Dalam

Abses Abses
Peritonsil Retrofaring

Abses Abses
Parafaring Submandibula

Angina
Ludovici
Abses Peritonsil
Abses Peritonsil Manifestasi Klinis
• Abses di area sekitar tonsil
• Terjadi akibat tonsilitis akut atau infeksi • Odinofagia
kelenjar mukus weber di kutub atas tonsil • Otalgia
Patofisiologi • Foetor ex ore
• Terjadi karena daerah superior fossa • Muntah
tonsilaris = jaringan ikat longgar  • Hot-potato voice
berpotensi untuk penumpukan pus • Trismus
• Awal penyebaran  permukaan tonsil • Pembengkakan palatum mole
hiperemis  supurasi  pembengkakan
peritonsil  mendorong uvula ke sisi • Teraba fluktuasi
kontralateral iritasi m. Pterigoid interna  • Uvula yang membengkak dan
trismus. terdorong ke sisi kontralateral
• Pecah abses pneumonia aspirasi • Tonsil hiperemis dan membengkak
Abses Peritonsil
Medikamentosa
• Antibiotik golongan penisilin atau klindamisin
• Obat simtomatik
• Kumur dengan cairan hangat
• Kompres dingin pada leher
Non-medikamentosa
• Insisi dan drainase
• Insisi pada daerah lunak (pertangahan garis
yg menghubungkan dasar uvula dengan
Molar III Maksila) diikuti tonsilektomi
• A’ chaud = bersamaan dengan drainase
• A’ tiede = 3-4 hari setelah drainase
• A’ froid = 4-6 minggu setela drainase
Insisi Abses Peritonsil
Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta: 2007
Abses Retrofaring

Abses Retrofaring Etiologi


• Abses di ruang retrofaring • ISPA yg menyebabkan
• Ditemukan pd usia < 5 tahun adenitis retrofaring
• Trauma dinding belakang
Patofisiologi faring o/ benda asing seperti
• Ruang retrofaring pd usia < 5 tahun duri ikan
berisi limfonodi untuk menampung • Adenoidektomi
lairan limfe dari hidung, sinus • Intubasi endotrakea dan
paranasal, nasofaring, faring, tuba
Eustachius, dan telinga tengah
endoskopi
(berpotensi terjadi penyebaran • Tuberkulosis vertebra
infeksi). cervicalis
Abses Retrofaring
Manifestasi Klinis Pemeriksaan fisik

• Disfagia • Benjolan di belakang faring,


• Odinofagia biasanya unilateral
• Mukosa terlihat bengkak dan
• Demam hiperemis
• Kaku leher
• Bila terjadi Sumbatan Jalan Napas Foto Rontgen Leher Lateral
 sesak napas
• Bila inflamasi sampai mengenai • Pelebaran ruang retrofaring > 7 mm
laring  stridor pada anak dan dewasa
• Abses juga dapat menimbulkan • Pelebaran ruang retrotrakeal
sumbatan yang menganggu • > 14 mm pada anak
resonansi suara  perubahan suara • > 22 mm pada dewasa
Abses Retrofaring
Non-Medikamentosa
Tata Laksana
• Pungsi dan insisi abses melalui
• Medikamentosa laringoskop
• Dilakukan pada posisi berbaring
• Non-Medikamentosa Tredelnburg
• Pus yang keluar setelah insisi
Medikamentosa harus segara dihisap untuk
mencegah aspirasi
• Dapat dilaukan dengan anestesi
• Antibiotik cakupan luas lokal maupun umum.
yang diberikan secara • Pasien dirawat inap hingga tanda
dan gejala infeksi membaik
parenteral
Abses Parafaring
Abses Parafaring Manifestasi klinis
• Abses di ruang parafaring
• Trismus
• Indurasi daerah sekitar angulus mandibula
Patofisiologi • Demam tinggi
• Ruang ini dapat mengalami infeksi secara • Pembengkakan dinding lateral faring
langsung sehingga menonjol ke arah medial
• Tusukan jarum (terkontaminasi bakteri
saat menembus lapisan otot) saat Komplikasi
tonsilektomi
• Penyebaran dari infeksi lainnya • Dapat menyebar secara hematogen,
limfogen ke daerah sekitarnya 
• Limfadenitis • Mediastinitis
• Infeksi gigi, tonsil, faring • Endoflebitis, tromboflebitis
• Infeksi hidung, sinus paranasal, • Peradangan intrakranial, septikemia
mastoid, vertebra cervicalis
Abses Parafaring
Medikamentosa Insisi dari luar
• Antibiotik dosis tinggi parenteral
terahadap bakteri aerob dan • Dilakukan dg insisi pada
anaerob lokasi 2,5 jari di bawah
dan sejajar mandibula
Non-Medikamentosa
• Eksplorasi dilakukan
• Insisi dan Drainase Abses bila secara tumpul hingga
tidak terdapat perbaikan setelah mencapai ruang parafaring
pemberian antibiotik 24-48 jam
• Insisi dilakukan:
• Bila nanah terdapat di
• Dari luar
dalam selubung karotis 
insisi dilanjutkan vertikal
• intraoral
Abses Parafaring
Insisi intraoral

• Dilakukan pada dinding


lateral faring
• Eksplorasi dg menembus m.
Constrictor faring superior ke
dalam ruang parafaring
anterior
• Insisi intraoral dilakukan bila
perlu dan dapat menjadi
Insisi Abses tambahan terhadap insisi
Parafaring eksternal
Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta: 2007
Abses Submandibula
Abses Submandibula Etiologi
• Abses di ruang submandibula
• Ruang submandibula: • Penyebaran infeksi:
• Ruang sublingual • Gigi
• Ruang submaksila • Dasar mulut
• Ruang submental • Faring
• Ruang submaksila lateral • Kelenjar air liur
• Limfonodi submandibula
Patofisiologi
• Ruang leher dalam
• Penyebaran dari infeksi di daerah lainnya
kepala dan leher
Abses Submandibula
Manifestasi Klinis Medikamentosa
• Demam • Antibiotika dosis tinggi
• Nyeri leher terhadap bakteri aerob &
• Pembengkakan di bawah anaerob i.v
mandibula atau di bawah lidah
• Fluktuasi Non-medikamentosa
• Trismus
• Insisi dan drainase abses
Terapi • Insisi dilakukan pada tempat
• Medikamentosa paling berfluktuasi setinggi os.
Hyoid
• Non-Medikamentosa
Angina Ludovici
Angina Ludovici Manifestasi Klinis
• Infeksi ruang submandibula berupa
selulitis • Nyeri tenggorok dan leher
• Ditandai dengan pembengkakan • Pembengkakan daerah
seluruh ruang submandibula yang submandibula yg tampak
keras (tidak terbentuk abses) hiperemis dan keras pada
perabaan
Etiologi • Dasar mulut membengkak 
mendorong lidah ke belakang
• Infeksi gigi
atas
• Infeksi dasar mulut
• Sumbatan jalan napas
• Oleh bakteri gram aerob dan sehingga sesak terjadi
anaerob
Angina Ludovici
Medikamentosa
• Antibiotik dosis tinggi untuk bakteri
aerob dan anaerob secara
pareneteral
Non-medikamentosa
• Eksplorasi untuk dekompresi
• Evakuasi pus dan jaringan
nekrosis
• Insisi dilakukan setinggi os hyoid
(3-4 jari di bawah mandibula
secara horizontal) Insisi Angina Ludovici

Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta: 2007
Komplikasi
Komplikasi Abses
Peritonsil
• Pecahnya abses
Perdarahan dan aspirasi ke
paru
• Penyebaran ke ruang
parafaring  asbes parafaring
• Penajalran ke mediastinum 
mediastinitis
• Penyebaran ke kranial 
Komplikasi Abses Leher trombus sinus cavernosus,
Dalam Secara Umum meningitis, dan abses otak
Komplikasi

Komplikasi Abses Retrofaring


• Penyebaran ke ruang parafaring  abses
parafaring
• Mediastinitis
• Obstruksi jalan napas
• Pneumonia aspirasi (bila terjadi pecah abses
spontan)
• Abses paru

Komplikasi Angina Ludovici


• Sumbatan Jalan Napas
• Penjalaran abses ke ruang leher dalam
lainnya
• Sepsis
Prognosis

Prognosis abses leher


dalam baik bila didiagnosis
secara dini dan ditangani
secara optimal
BAB 3 KESIMPULAN
Kesimpulan

• Bila didiagnosis
Abses Leher Dalam Diagnosis Dini dan dini dan
Tata Laksana Awal ditatalaksana
• Abses yang melibatkan regio leher awal dg baik
dalam yang terbentuk di dalam ruang prognosis baik
potensial di antara fascia leher dalam • Bila tidak
sebagai akibat penjalaran infeksi dari
berbagai sumber: • Antibiotik • Insisi ditatalaksana
• Infeksi gigi, mulut, tenggorokan, sinus dengan baik 
paranasal, telinga tengah, dan leher
• Suportif dan penyebaran ke
Drainase ruang leher
Non- dalam  sepsis
Medikamentosa
Medikamentosa
 kematian
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai