Jejas Sel
Reversibe Irreversibe
l l
Peruba Rada
Radan Kematian sel
han ng
g (nekrotis/apo
morfol Kroni
Akut ptesis)
ogi k
Mekanisme
Pemulihan
Perubahan jaringan
parut
1. Pengaruh agen terhadap perubahan sel
2. Adaptasi sel dan jejas sel
3. Kematian sel
4. Radang akut dan kronik
5. Pemulihan jaringan dan pembentukan jaringan parut
Pengaruh agen terhadap mekanisme
perubahan sel
Deprivasi Oksigen
Bahan kimia
Agen infeksius
Reaksi imunologi
Defek genetik
Ketidakseimbangan nutrisi
Agen fisik
Penuaan
Page 9
Hipoksia / defisiensi oksigen
Iskemia: terhentinya suplai darah
dalam jaringan akibat gangguan
aliran darah arteri /
berkurangnya drainase vena.
Defisiensi oksigen juga dapat
disebabkan oleh oksigen darah
yg tidak adekuat, seperti pada
anemia atau keracunan CO
Page 10
Zat tak berbahaya (glukosa atau garam), jika
konsentrasinya cukup banyak → merusak keseimbangan
osmotik → mencederai/ kematian sel
O2 tekanan tinggi bersifat toksik
Racun → kerusakan serius pd tingkat selular dg merubah
permeabelitas membran, homeostasis osmotik, / keutuhan
enzim atau ko faktor → kematian organ
Bahan berpotensi toksik di lingkungan: polusi udara,
insektisida CO2, asbes, etanol
Obat terapeutik pd pasien yg rentan / pd pemakaian yg
tidak tepat
Page 11
Virus
Riketsia
Bakteri
Fungi
Protozoa
Cacing
Page 12
Walaupun sistem imun melindungi tubuh
dalam melawan benda asing, reaksi imun yg
disengaja/ tidak disengaja dapat
menyebabkan jejas sel & jaringan.
Contoh: reaksi anafilaksis terhadap protein
asing atau suatu obat.
Penyakit autoimun disebabkan: hilangnya
toleransi dg respons terhadap antigen sendiri.
Page 13
Perubahan patologis yg mencolok, seperti
malformasi kongenital
Contoh: sindroma Down
Perubahan patologis yg tak kentara, seperti
substitusi asam amino tunggal pada
hemoglobin S anemia sel sabit.
Perubahan “sepele” yg sering terjadi pada
DNA
contoh: beberapa kesalahan metabolisme
saat lahir akibat defisiensi enzimatik
kongenital.
Page 14
Insufisiensi kalori-protein
Defisiensi vitamin
Nutrisi berlebih
contoh: - obesitas ↑ risiko DM tipe 2;
- diet kaya lemak hewani
berpengaruh pd perkembangan
aterosklerosis, kerentanan terhadap
banyak gangguan, termasuk
kanker
Page 15
Trauma
Temperatur yg ekstrim
Radiasi
Syok elektrik
Perubahan mendadak pada
tekanan atmosfer
Page 16
Proses penuaan sel (senescence)
intrinsik menimbulkan perubahan
kemampuan perbaikan dan
replikasi sel & jaringan
Perubahan tersebut menyebabkan
penurunan kemampuan berespon
terhadap rangsang & cidera
eksogen → kematian organisme
Page 17
ADAPTASI SEL DA JEJAS SEL
Adaptasi Sel
Penambahan jumlah sel untuk merespon hormon dan
faktor pertumbuhan lain
Terjadi pada jaringan yang mempunyai sel yang mampu
membelah atau mempunyai persediaan cukup sel punca
Hiperplasia dibagi mjd :
Fisiologik (hormonal & kompensatorik)
Cth: proliferasi epitel kelenjar payudara pd perempuan
saat masa pubertas dan kehamilan (hormonal)
Patologik
Cth : hiperplasia pd endometrium karea terjadiya
gangguan estrogen dan progesteron pada siklus haid
Melisutnya ukuran sel dan organ,
akibat suplai nutrien yang kurang atau
tidak/kurang digunakan.
Dikaitkan dengan menurunya sintesa
blok pembangunan sel dan
meningkatnya kerusakan organel sel.
Menyebabkan penurunan fungsi sel,
tetapi sel atrofi tidak mati.
Penambahan ukuran sel dan organ sering merespon terhadap
beban kerja yang bertambah
Diindukusi oleh faktor pertumbuhan yang dihasilkjan oleh
akibat stress mekanik atau stimulus lain.
Terjai pada jaringan yang tidak mampu melakukan pembelahan
sel
Akibat peningkatan sintesis organel dan protein struktural.
Hipertrofi dibagi menjadi:
○ Fisiologik, terjadi karena peningkatan kebutuhan
fungsional.Cth : sering mengangkat barang berat —> sel
otot skelet hipertrofi karena peningkatan beban kerja
Patologik, terjadi karena rangsangan hormonal spesifik. Cth
: pada penderita hipertensi, jantung mengalami
pembesaran mengalami kompensasi.
Perubahan fenotipe sel yang telah
beriferensiasi
Sering karena akibat iriotasi kronik sehingga
sel lebih mampu menghadapi stres
Biasanya diinduksi melalui jalur deferensiasi
sel punca yang berubah
Dapat mengakibatkan fungsi yang ↓atau ↑
kecenrungan transformasi menjadi ganas
Contoh:
Pada perokok, epitel silindris bersilia pada
trakea dan bronkus digantikan menjadi epitel
pipih bertingkat.
Jejas Reversibel
mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi
oksidatif dan pembentukan ATP oleh mitokondria. Penurunan
ATP (dan peningkatan AMP secara bersamaan) merangsang
fruktokinase dan fosforilasi, menyebabkan glikolis aerobik.
Glikogen cepat menyusut, dan asam laktat dan fosfat
anorganik terbentuk sehingga menurunkan PH intrasel.
Manifestasi awal dan umum pada jejas hipoksit non letal
ialah pembengkakan sel akut. Ini disebabkan oleh :
Kegagalan transportasi aktif dalam membran dari pada ion Na
+, ion K+-ATPase yang sensitif-ouabain, menyebabkan
natrium masuk kedalam sel, kalium keluar dari dalam sel dan
bertambahnya air secara isosmotik.
Peningkatan beban osmotik intrasel karena penumpukan
fosfat dan laktat anorganik, serta nukleusida purin.
Jejas Ireversibel
Jejas ireversibel ditandai oleh valkuolisasi keras
metokondria, kerusakan membran plasma yang luas,
pembengkakan lisosom, dan terlihatnya densitas
mitokondria yang besar dan amort. Jejas membram
lisosom disusul oleh bocornya enzim ke dalam sitoplasma,
dan karena aktivasinya terjadi pencernaan enzimatik
komponen sel dan inti.
Ada dua peristiwa yang penting pada jejas ireversibel.
Depresi ATP dan kerusakan membran sel, yaitu:
Depresi ATP. Peristiwa awal pada jejas sel yang berperan
pada konsekuensi hipoksia iskemik yang fungsional dan
struktural, dan juga pada kerusakan membran, walaupun
demikian, masalah menimbulkan pertanyaan apakah hal
ini sebagai akibat atau penyebab ireversibilitas.
Kerusakan membran sel. Jejas ireversibelberhubungan
dengan defek membran sel fungsional dan struktural.
Kematian sel apoptosis dan nekrosis
Merupakan mekanisme yang mengatur
kematian sel dgn tujuan mengeliminasi sel
yang tidak diinginkan dan sel rusak yang
tidak dapat diperbaiki, dengan reaksi tubuh
seminimal mungkin
Ditandai dengan degrasi enzmatik proten dan
DNA diawal degan kaspaseda dgn pengenalan
dan pembuangansel mati oleh fagosit
Diawali melalu 2 jakur utama
◦ jalur mitokondria
◦ Jalur reseptor kematian
Jenis kematian sel yang dihubungkan dengan
hilangnya integritas membran dan bocornya
isi sel, terutama akibat pengaruh enzim yang
merusak sel yang mengalami jejas fatal
Nekrosis ditandai dengan adanya perubahan
pada sitoplasma dan inti sel yang mengalami
jejas
Tipe-tipe Morfologik Nekrosis Jaringan
• Secara makroskopik dan dengan
pemeriksaan mikroskop apat dikenali
beberapa bentuk nekrosis bentuk-
• bentuk berikut:
– Nekrosis koagulasi
– Nekrosis liquefaktif (mencair)
– Nekrosis lemak
– Nekrosis kaseosa (perkejuan)
Nekrosis Koagulasi
• Tidak hanya terjadi denaturasi protein,
namun juga berkaitan dengan hambatan
• enzim-enzim litik.
Sel tidak mengalami lisis, dengan
• demikian kerangka luar sel relatif utuh.
Inti menghilang dan sitoplasma yang
mengalami asidifikasi menjadi eosinofilik
Nekrosis Liquefaktif
•Ditandai oleh larutnya jaringan akibat lisis enzimatik
•Sel-sel yang mati.
•Proses ini biasanya terjadi di otak sewaktu terjadi
pelepasan enzim-enzim otokatalitik dari sel-sel yang
mati.
•Nekrosis likuefaktif juga terjadi pada peradangan
purulen
•akibat efek heterolitik leukosit polimorfonuklear pada
pus.
•Jaringan yang mengalami likuefaksi menjadi lunak,
mudah mencair, dan tersusun oleh sel-sel yang
mengalami disintegrasi dan cairan.
Nekrosis Lemak
•Terjadi akibat enzim-enzim lipolitik pada
jaringan lemak.
•Proses ini biasanya terjadi pada nekrosis
pankreatik akut dan merupakan pelepasan
lipase pankreas ke jaringan peripankreas.
•Lipolisis ditandai oleh hilangnya kontur sel-sel
lemak
•Asam-asam lemak yang dibebaskan dari sel
mengikat natrium, kalium dan kalsium.
Nekrosis Kaseosa (Perkejuan)
• Memiliki baik gambaran nekrosis koagulasi
maupun likuefaktif.
•
Biasanya nekrosis ini terjadi di bagian tengah
granuloma tuberkolusa, yang mengandung bahan
• seperti keju yang putih atau kekuningandan
merupakan asal nama nekrosis tipe ini.
• Secara histologis, rangka luar sel tidak lagi utuh,
tetapi sebaliknya jaringan juga belum mencair.
Sisa-sisa sel tampak sebagai bahan amorf
bergranula halus.
Radang kronik dan akut
INFLAMASI
•
Inflamasi akut :
– Berlangsung relatif singkat (beberapa menit – hari),
ditandai eksudasi cairan dan protein plasma serta
• akumulasi neutrofil yang menonjol bila gagal
Inflamasi kronis :
– Berlangsung lama, ditandai adanya limfosit dan
macrophage disertai proliferasi pembuluh darah
(angiogenesis), fibrosis dan kerusakan jaringan.
Pola morfologi inflamasi akut
1. Serous inflammation
1. Fibrinous inflammation
2. Suppurative or purulent
inflammation
3. Ulcer
SEROUS INFLAMMATION
Ditandai melubernya cairan relatif mengandung sedikit protein.
Dibentuk dari serum atau hasil sekresi mesothel rongga tubuh
(misal: peritoneum, ruang pleura). Tergantung dari derajat
beratnya jejas.
Misal:
– Luka bakar
– Infeksi virus.
FIBRINOUS INFLAMMATION
Jejas yang lebih berat permeabilitas vaskuler lebih
besar molekul lebih besar misal Fibrinogen dapat
melintasi barier pembuluh darah fibrin berada di
ruang ekstraseluler.
Misal: Meningen, perikard, pleura
SUPPURATIVE or PURULENT INFLAMMATION
• Ditandai dengan produksi nanah (pus) dalam jumlah
banyak tdr neutrophil, sel-sel nekrotik, cairan
edema.
•
Misal: Infekfi bacteri Staphylococcus
ULCER
•
Defek lokal, atau exkavasi, permukaan organ atau
jaringan yang diproduksi oleh sloughing (shedding)
• jaringan keradangan nekrotik
Misal: mukosa rongga mulut, permukaan saluran
cerna.
INFLAMASI KRONIK