“ANTIJAMU
R”
Disusun Oleh : Kelompok 5
Kelas : S1.2-1
PENGERTIAN ANTIJAMUR
2. Blastomikosis
• Ketokonazol per oral 400 mg sehari selama 6-12 bulan.
• trakonazol dengan dosis 200-400 mg sehari
• Amfoterisin B sebagai cadangan untuk penderita yang tidak dapat
menerima Ketokonazol.
3. Kandidiasis
Pengobatan: Amfoterisin B. Flusitosin diberikan bersama Amfoterisin B
4. Koksidioidomikosis
Penyakit Adanya kavitis (ruang berongga) tunggal di paru merupakan cirri
khas penyakit kronis Koksidioidomikosis.
Pengobatan : Amfoterisin B secara intravena, Ketokonazol, dan
Itrakonazol.
INFEKSI JAMUR
5. Kriptokokosis
Pengobatan :
• Amfoterisin B dengan dosis 0,4-0,5 mg/kg BB perhari secara intravena.
• Penambahan Flusitosin mengurangi pemakaian
Amfoterisin B (0,3 mg/kg BB).
• Flukonazol bermanfaat untuk terapi supresi pada penderita AIDS.
7. Mukomikosis
Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk mukornikosis paru kronis.
8. Parakoksidioimikosis
• Ketokonazol 400 mg/hari selama 6-12 bulan
• Pada keadaan yang berat diberikan terapi awal Amfoterisin B.
9. Sporotrikosis
larutan jenuh Kalium Iodida (1 g/ml) dengan dosis 3 sampai 40 tetes sehari yang
dicampur dengan sedikit air
ANTI JAMUR INFEKSI SISTEMIK
4. TERBINAFIN
1.GOL. IMIDAZOL
3. KASPOFUNGIN 6. FLUSITOSIN
ANTI JAMUR INFEKSI
SISTEMIK
KETOKONAZOL
Mekanisme kerja obat ini adalah dengan masuk ke
dalam sel jamur kerusakan dinding sel. 1.GOLONGAN IMIDAZOL
Golongan Imidazol
Imidiazol merupakan obat antijamur
spectrum luas dan resistensinya jarang
1. Golongan kelas terapi: antifungi gol. azol timbul. Yang termasuk dalam golongan
2. Dosis: Dewasa satu kali 200-400mg sehari, ini :
anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari. Isokonazol Mikonazol Ekonazol
3. Indikasi: Histoplasmosis paru, tulang, sendi,
dan jaringan lemak. Kriptokokus
nonmeningeal, parakoksidioidomikosis, Triazol Ketokonazol Itrakonazol
dermatomikosis, kandidiasis
( mukokutan, vaginal, oral). Tiokonazol Flukonazol Klotrimazol
4. Kontra indikasi: Penggunaan ketokonazol
dengan terfenadin, astemizol atau sisaprid
Bifonazol
menyebabkan aritmia ventrikel jantung.
5. Efek samping mual dan muntah. sakit kepala,
vertigo, gusi berdarah, Hepatotoksisitas
nekrosis hati pada penggunaan jangka
panjang, ginekomastia pada pasien pria dan
haid tidak teratur bagi wanita.
6. Bentuk dan kekuatan sediaan yang ada
dipasaran: Tablet 200mg, krim 2% dan
shampo 2%.
ANTI JAMUR INFEKSI
SISTEMIK
3. Dosis
Infeksi jamur sistemik (melalui injeksi
intravena). Dosis awal 1 mg selama 20-30
2.AMFOTERISIN B
menit dilanjutkan dengan 250 mikrogram/kg
perhari, dinaikan perlahan sampai 1 mg/kg
perhari, pada infeksi berat dapat dinaikan
sampai 1.5 mg/kg perhari.
Amfoterisin B dihasilkan oleh Sterptomyces
4. Sediaan nodosus.Untuk infeksi jamur sistemik,
• Serbuk lofilik mgn 50 mg, dilarutkan dg amfoterisin B diberikan melalui infuse secara
aquadest 10 ml lalu ditambahkan ke perlahan-lahan.
lardextroa 5% = kadar 0,1 mg/ml 1. Indikasi : pengobatan infeksi jamur
• Lar elektrolit, asam/ mengandung seperti
pengawet tdk boleh digunakan sebagai • koksidioidomikosis
pelarut mengendapkan amfoterisin B • Parakoksidoidomikosis
• Untuk injeksi selalu dibuat baru • Aspergilosis
• kromoblastomikosis dan kandidosis,
5. Efek Samping Blastomikosis
Demam, sakit kepala, mual, turun berat badan,
muntah, lemas, diare, nyeri otot dan sendi, 2. Kontra Indikasi :
kembung, nyeri ulu hati, gangguan ginjal, • Pasien yang memiliki riwayat
kelainan darah, gangguan irama jantung, hipersensitif / alergi
gangguan saraf tepi, gangguan fungsi hati, • Gangguan fungsi ginjal
nyeri dan memar pada tempat suntikan. • Ibu hamil dan menyusui
• Pada pasien yang mengonsumsi obat
antineoplastik
ANTI JAMUR INFEKSI
SISTEMIK
3. KASPOFUNGIN
Adalah anti jamur sistematik dari suatu kelas baru yang
disebut eiknokandin.
1. Indikasi :
• Kandidiasis invasif,termasuk kandidemia pada pasien
neutropenia atau non-neutropenia
• Kandidiasis esofagus
• Kandidiasis orofarings
• Aspergilosis invasif yang sudah refakter terhadap anti
jamur lainnya.
2. Efek samping : Demam, mual, muntah
3. Dosis : Dewasa pada hari pertama dengan dosis
tunggal 70 mg IV dilanjutkan dosis tunggal dengan 50 mg
sehari.
4. TERBINAFIN
terbinafin merupakan suatu derivat alilamin sintetik dengan struktur mirip naftitin.
1. Indikasi : darmofitosis terutama onikomikosis, pada pengobatan kandidiasis kutaneus
dan tinea versikolor,terbinafin dikombinasikan dengan golongan imidazol ataau triazol
Terbinafin bersifat kertofilik dan fungisidal.
2. Efek samping : gangguan saluran cerna, sakit kepala , hepatotoksisitas, sindroma
stevens johnson atau nekrolisis epidermal toksik dapat terjadi,namun sangat jarang.
5. KALIUM IODIDA 6. FLUSITOSIN