Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN

GAWAT
DARURAT
ASUHAN
KEPERAWATAN
HIPOGLIKEMI
Disusun Oleh :

– Rudyah Anggis S (P1337420417004)


– Restika Ayu S. (P1337420417028)
– Intan Dwi W. (P1337420417052)
– Nelly Anggi A. (P1337420417078)
– Moh Rafli I. A. (P1337420417102)
Definisi Hipoglikemi
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl
( Aina Abata, 2014).

Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa
jenis yakni:

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:


– Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas
sehingga terjadi hiperinsulin.
– Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
– Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
– Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolism
Menurut Setyohadi(2012) dan thompson (2011)
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

– Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL.


– Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan
adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
dan rasa lapar.
– Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
– Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
– Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
– Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
Etiologi

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:


– Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
– Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula
darahnya
– Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
– Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan
glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
– Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula
darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga
dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
– Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja
cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
– Aktifitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan
menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
– Minum alkohol tanpa disertai makan.
– Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
– Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang
bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat
bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
– Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin
menjadi lambat.
– Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
– Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada
di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum
glukosa yang baru menggantikannya.
– Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
– Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
– Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah
merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
Patofisiologi

– Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung


pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa
terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus
menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat
dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa
darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
– dehidrasi
– kehilangan elektrolit
– asidosis
Pathways
Manifestasi Klinik

– Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga


menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
– Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung
saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi
jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat,
kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan
menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa,
tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Penatalaksanaan

Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam
perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,
pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian
glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian
40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya
8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit)
Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

– Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau
segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan
sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah
makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami
episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar
glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan
dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN PRIMER
Airway
– Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret
yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
– Chin lift/ Jaw thrust
– Suction
– Guedel Airway
– Instubasi Trakea
Breathing
– Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
– Beri oksigen
– Posisikan semi Flower
Circulation
– Menilai sirkulasi / peredaran darah
– Cek capillary refill
– Auskultasi adanya suara nafas tambahan
– Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
– Cek Frekuensi Pernafasan
– Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
– Cek tekanan darah
– Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi
fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai
dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
PENGKAJIAN SEKUNDER
Data dasar yang perlu dikaji adalah :

Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose
sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o Pemakaian parenteral nutrition
o Sepsis
o Enteral feeding
o Pemakaian Corticosteroid therapi
o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o Kanker
DATA FOKUS :
Data Subyektif:
– Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
– Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
– Rasa lapar (bayi sering nangis)
– Nyeri kepala
– Sering menguap
– Irritabel
Data obyektif:
– Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
– Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan
koma
– Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe


Data subyektif :
1. Riwayat penyakit dahulu
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan
faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea
pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma.
1. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama,
takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis,
kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
1. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang
1. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan
abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat),
urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
1. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat
badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
1. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi,
mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma),
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
1. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
1. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
1. Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
1. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
1. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa
darah.
Pemeriksaan penunjang hipoglikemia

– Gula darah puasa


Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya
antara 70- 110 mg/dl.
– Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
– HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena
pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
– Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.
– Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan
metabolisme, dan kurang asupan makanan.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Intervensi mandiri: 1. Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat
nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan keperawatan…X24 jam diharapkan jalan 1. Auskultasi bunyi nafas tambahan : penumpukan secret berlebihan di jalan nafas.
nafas nafas normal dengan kriteria hasil : ronchi, wheezing. 2. Posisi memaksimalkan ekspansi paru dan
1. Frekuensi dan irama nafas dalam 2. Berikan posisi nyaman untuk menurunkan upaya pernapasan.
batas normal (16-20x/mnt) mengurangi dispnea. 3. Mencegah obtruksi atau aspirasi. Penghisapan
2. Tidak ada sputum 3. Bersihkan secret dari mulut dan dapat diperlukan bila klien tak mampu
3. Klien mampu mengeluarkan trakea : lakukan penghisapan sesuai mengeluarkan sekret sendiri.
sputum secara efektif keperluan. 4. Mengoptimalkan keseimbangan cairan dan
4. Anjurkan asupan cairan adekuat membantu mengencerkan secret sehingga
5. Ajarkan batuk efektif mudah di keluarkan.
Intervensi kolaborasi : 5. Fisioterapi dada/back massage dapat membantu
6 .kolaborasi pemberian oksigen menjatuhkan secret yang ada di jalan nafas.
7. kolaborasi pemberian broncodilator 6. Meringankan kerja paru untuk memenuhi
sesuai indikasi. kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
7. Broncodilator meningkatkan ukuran lumen
percabangan trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Intervensi mandiri: 1. Agar pasien lebih kooperatif
serebral b.d disfungsi system keperawatan selama…x24 jam 1. Jelaskan kepada pasien 2. Perubahan tekanan CSS merupakan
saraf pusat akibat diharapkan gangguan perfusi tentang tindakan yang akan potensi resiko herniasi batang otak
hipoglikemia jaringan cerebral normal dilakukan 3. aktivitas seperti ini akan meningkatkan
dengan kriteria hasil : 2. Pertahankan posisi tirah baring intra thorak dan abdomen yang dapat
1.Tingkat kesadaran dengan posisi kepala head up meningkatkan TIK
komposmentis 3. Bantu pasien untuk berkemih, 4. Pengkajian kecenderungan adanya
2. 2 .Disorientasi tempat, membatasi batuk, muntah, perubahan tingkat kesadaran dan potensial
waktu, orang secara tepat mengejan, anjurkan pasien napas peningkatan TIK sangat berguna dalam
3. 3. TTV dalam batas normal dalam selama pergerakan menentukan lokalisasi
(suhu 35,5ºC – 37,5ºC, nadi 4. Pantau status neurologis 5. Perubahan pada frekuensi jantung
60-100 x/menit, tekanan darah dengan teratur mencerminkan trauma/tekanan batang otak
120/80 mmHg) 5. Pantau TTV
3. Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan Intervensi Mandiri: 1. Untuk mengetahui status nutrisi
dari kebutuhan tubuh yang keperawatan selama…x24jam 1. Kaji status nutrisi pasien pasien saat ini
b.d perubahan metabolism, diharapkan perubahan nutrisi 2. Jaga kebersihan mulut, 2. Untuk memberikan rasa nyaman klien
dan kurang asupan makanan kurang dari kebutuhan tubuh anjurkan untukmelakukan dan meningkatkan nafsu makan.
dapat teratasi dengan krireria oral hygiene 3. Untuk mengetahui makanan yang
hasil : 3. Kaji makanan kesukaan dan disukai klien agar klien mau makan
1. Intake nutrisi tercukupi makanan yg tidak disukai 4. Untuk mengetahui adanya
2. Makan habis 1 porsi klien penurunan dan kenaikan berat badan
3. BB normal 1. Monitor berat badan klien klien.
secara rutin. 5. Nutrisi yang tepat sesuai anjuran ahli
Intervensi kolaborasi : gizi dapat memenuhi kebutuhan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi asupan yang dibutuhkan tubuh
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.

Anda mungkin juga menyukai