GAWAT
DARURAT
ASUHAN
KEPERAWATAN
HIPOGLIKEMI
Disusun Oleh :
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa
jenis yakni:
Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam
perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,
pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian
glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian
40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya
8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit)
Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
– Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau
segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan
sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah
makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami
episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar
glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan
dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PRIMER
Airway
– Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret
yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
– Chin lift/ Jaw thrust
– Suction
– Guedel Airway
– Instubasi Trakea
Breathing
– Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
– Beri oksigen
– Posisikan semi Flower
Circulation
– Menilai sirkulasi / peredaran darah
– Cek capillary refill
– Auskultasi adanya suara nafas tambahan
– Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
– Cek Frekuensi Pernafasan
– Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
– Cek tekanan darah
– Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi
fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai
dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
PENGKAJIAN SEKUNDER
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose
sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o Pemakaian parenteral nutrition
o Sepsis
o Enteral feeding
o Pemakaian Corticosteroid therapi
o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o Kanker
DATA FOKUS :
Data Subyektif:
– Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
– Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
– Rasa lapar (bayi sering nangis)
– Nyeri kepala
– Sering menguap
– Irritabel
Data obyektif:
– Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
– Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan
koma
– Plasma glukosa < 50 gr/
1. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Intervensi mandiri: 1. Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat
nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan keperawatan…X24 jam diharapkan jalan 1. Auskultasi bunyi nafas tambahan : penumpukan secret berlebihan di jalan nafas.
nafas nafas normal dengan kriteria hasil : ronchi, wheezing. 2. Posisi memaksimalkan ekspansi paru dan
1. Frekuensi dan irama nafas dalam 2. Berikan posisi nyaman untuk menurunkan upaya pernapasan.
batas normal (16-20x/mnt) mengurangi dispnea. 3. Mencegah obtruksi atau aspirasi. Penghisapan
2. Tidak ada sputum 3. Bersihkan secret dari mulut dan dapat diperlukan bila klien tak mampu
3. Klien mampu mengeluarkan trakea : lakukan penghisapan sesuai mengeluarkan sekret sendiri.
sputum secara efektif keperluan. 4. Mengoptimalkan keseimbangan cairan dan
4. Anjurkan asupan cairan adekuat membantu mengencerkan secret sehingga
5. Ajarkan batuk efektif mudah di keluarkan.
Intervensi kolaborasi : 5. Fisioterapi dada/back massage dapat membantu
6 .kolaborasi pemberian oksigen menjatuhkan secret yang ada di jalan nafas.
7. kolaborasi pemberian broncodilator 6. Meringankan kerja paru untuk memenuhi
sesuai indikasi. kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
7. Broncodilator meningkatkan ukuran lumen
percabangan trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Intervensi mandiri: 1. Agar pasien lebih kooperatif
serebral b.d disfungsi system keperawatan selama…x24 jam 1. Jelaskan kepada pasien 2. Perubahan tekanan CSS merupakan
saraf pusat akibat diharapkan gangguan perfusi tentang tindakan yang akan potensi resiko herniasi batang otak
hipoglikemia jaringan cerebral normal dilakukan 3. aktivitas seperti ini akan meningkatkan
dengan kriteria hasil : 2. Pertahankan posisi tirah baring intra thorak dan abdomen yang dapat
1.Tingkat kesadaran dengan posisi kepala head up meningkatkan TIK
komposmentis 3. Bantu pasien untuk berkemih, 4. Pengkajian kecenderungan adanya
2. 2 .Disorientasi tempat, membatasi batuk, muntah, perubahan tingkat kesadaran dan potensial
waktu, orang secara tepat mengejan, anjurkan pasien napas peningkatan TIK sangat berguna dalam
3. 3. TTV dalam batas normal dalam selama pergerakan menentukan lokalisasi
(suhu 35,5ºC – 37,5ºC, nadi 4. Pantau status neurologis 5. Perubahan pada frekuensi jantung
60-100 x/menit, tekanan darah dengan teratur mencerminkan trauma/tekanan batang otak
120/80 mmHg) 5. Pantau TTV
3. Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan Intervensi Mandiri: 1. Untuk mengetahui status nutrisi
dari kebutuhan tubuh yang keperawatan selama…x24jam 1. Kaji status nutrisi pasien pasien saat ini
b.d perubahan metabolism, diharapkan perubahan nutrisi 2. Jaga kebersihan mulut, 2. Untuk memberikan rasa nyaman klien
dan kurang asupan makanan kurang dari kebutuhan tubuh anjurkan untukmelakukan dan meningkatkan nafsu makan.
dapat teratasi dengan krireria oral hygiene 3. Untuk mengetahui makanan yang
hasil : 3. Kaji makanan kesukaan dan disukai klien agar klien mau makan
1. Intake nutrisi tercukupi makanan yg tidak disukai 4. Untuk mengetahui adanya
2. Makan habis 1 porsi klien penurunan dan kenaikan berat badan
3. BB normal 1. Monitor berat badan klien klien.
secara rutin. 5. Nutrisi yang tepat sesuai anjuran ahli
Intervensi kolaborasi : gizi dapat memenuhi kebutuhan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi asupan yang dibutuhkan tubuh
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.