Anda di halaman 1dari 19

DIFTERI DEWASA

Dr. dr. Arina Widya Murni, Sp.PD-Kpsi FINASIM


RIWAYAT HIDUP
Dr.dr. Hj. ARINA WIDYA MURNI SpPD-KPsi FINASIM

TTL : Padang Panjang, 9 Maret 1970


Jabatan : Kepala Sub Bagian Psikosomatik
Bagian Penyakit Dalam FK UNAND
Direktur YanMedKep RS UNAND
Alamat : Komplek Cemara II Blok LL 10
Gn Pangilun Padang
Telp/email: 08126740742
arina_widya_murni@yahoo.com
Suami : dr Eng Rendy Thamrin
Staf pengajar FT Unand
Anak : 3 orang
Riwayat Pendidikan :
S1 Dokter Umum, FK Unand, tamat 1997
Sp1 Sp Penyakit Dalam , FK Unand, tamat 2006
Sp2 Konsultan Psikosomatik, FKUI, tamat 2010
S3, Biomedik FK Unand, 2017
2
Organisasi : ICPM, ACPM, IDI, PAPDI, PDKI
DEFINISI

Infeksi akut yang terjadi secara lokal pada membran


mukosa atau kulit

Disebabkan basil Gram (+) Corinebacterium


diphteriae dan C. ulcerans

Ditandai terbentuknya eksudat berbentuk membran


pada tempat infeksi

Diikuti gejala umum oleh eksotoksin yang diproduksi


basil
EPIDEMIOLOGI

USA

• sebelum vaksinasi (1920) 200.000 kasus pertahun,


• setelah vaksinasi: 1000 kasus pertahun

Angka mortalitas 5-10%, Pada usia < 5 tahun dan >


40 tahun kematian mencapai 20%.

Pada keadaan sepsis mortalitas mencapai 30-40%


Faktor risiko

Kepadatan
penduduk

Pasien Hygiene dan


immunicompromised sanitasi buruk

Fasilitas
kesehatan yang Mobilisasi
kurang

Imunnisasi tidak
lengkap
PATOGENESIS

Langsung: droplet
pernafasan dan sekret
nasofaring. Difteri kulit:
kontak dengan eksudat dan
sekret saluran nafas
Penderita
dan karier

Debu, baju, benda


terkontaminasi
Patogenesis

Saluran pernafasan Reaksi inflamasi lokal ,


atas, Kulit, Saluran kerusakan jaringan,
genital, Mata nekrosis 

Fibrin, Infiltrasi sel darah Membran dapat


Eksotoksin putih  patchy exudat  menyebar ke
awalnya dapat terkelupas bronkial 
obstruksi

Nekrosis meluas  eksudat


fibrosa (pseudo membran):
jar. Nekrotik, fibrin, sel
epitel, sel leukosit, sel
eritrosit  sulit terkelupar
 perdarahan
GEJALA DAN TANDA

Inkubasi: 2-5 hari (1-10 hari)

Gejala awal: umum, tidak spesifik  ISPA


• Demam
• Malaise
• Sakit tenggorokan
• Sakit kepala
• Limfadenopati saluran nafas dan pseudomembran
• Suara serak, disfagia
• Dispnea, stridor pernafasan, mengi, batuk
Gejala dan Tanda

Buffalo humps: adenopati mukosa leher


+ pembengkakan leher

Difteri kulit: ulkus ditutupi membran


abu-abu

Miokarditis: pansistolik gallop, fibrilasi


atrium

Kelainan sistem saraf: paralisis


bilateral
ETIOLOGI

Corynebacterium dyphtheriae
(klebsloeffler)

Gram positif pleomorfik tersusun berpasangan


(palisade), tidak bergerak, tidak membentuk spora,
aerobik, memproduksi eksotoksin.

Bentuk spt palu, diameter 0,1-1 mm


DIAGNOSIS
Isolasi C. Diphteriae dalam media kultur (tellurite atau Loeffler)
atau identifikasi toksin

Diagnosis awal cepat (presumtive diagnosis): pewarnaan gram:


basil gram (+), tak berkapsul, berkelompok, tak bergerak

Lab: leukositosis moderat, trombositopenia

Miokarditis: troponin I, kelainan EKG

Radiologi: hiperinflasi
DIAGNOSIS BANDING

Difteri nasal anterior Difteri fausial Difteri laring


• Korpus alienum • Tonsilofaringitis • Laringotrakeobronk
pada hidung • Mononukleosis itis
• Common cold infeksiosa • Croup
• Sinusitis • Kandidiasis mulut spasmodik/npnspas
• Herpes zoster modik
pada palatum • Aspirasi benda
asing
• Abses
retrofaringeal
• Papiloma laring
KLASIFIKASI
(Coyle dan Lipsky)

 Corynebacterium ulcerans
 C. pseudotuberculosis (C. ovis)
 C. pyogenes (haemolyticum)
 C. aquaticum
 C. pseudodiphtheriticum (C. hofmanni)
 C. urealyticum (grup D2)
 C. jeikeium (grup E)
TATALAKSANA

Perawatan umum Pengobatan khusus

• Isolasi, pencegahan • Menetralisir toksin


universal, droplet • Membunuh basil
precaution difteri
• Bedrest 2-3 minggu,
mobilisasi bertahap
• Diet lunak, cair
• Fisioterapi bila terjadi
paralisis
Anti toksin

Sedini mungkin begitu diagnosis


ditegakkan, didahului uji sensitivitas

• Difteri nasal/fausial ringan: 20.000-40.000


unit iv dalam 60 menit
• Sedang: 40.000-60.000 U
• Berat (bullneck dyphtheria): 80.000-120.000
Antibiotik
 Penisilin prokain 1.200.000 unit/hari im, 2 kali,
selama 14 hari
 Eritromisin: 2 gram perhari peroral, dosis terbagi 4
kali/hari
 Preparat lain: amoxicillin, rifampisin, klindamisis
KOMPLIKASI:

Virulensi
Dipengaruhi
oleh:

Waktu timbul Luas


penyakit sampai membran
pemberian toksin

Jumlah toksin
KOMPLIKASI

 Pseudomembran: gagal nafas,  Disfungsi saraf kranial dan


edem jaringan, nekrosis neuropati perifer, kelumpuhan
 Miokarditis, dilatasi jantung, totalneuritis optik
aneurisma mikotik,  Septikemia/syok
endokarditis  Artritis septik, osteomielitis
 Gangguan irama, blok  Metastasis infeksi ke tempat
jantung yang jauh
 Pneumonia bacterial secunder  Kematian
PENCEGAHAN

 Vaksinasi: DTaP, Tdap, DT, dan Td

 Kontak erat :
 Booster dan melengkapi pemberian vaksin

 Kemoprofilaksis: penisilin prokain 600.000 unit i.m/hari


atau eritromisin 40 mg/kgBB/ hari selama 7 – 10 hari

Anda mungkin juga menyukai