Anda di halaman 1dari 10

Tugas Ilmu Resep

Skrining Klinis
Kelompok 3
Anggota : Rena Fitriani Rahayu
Reni Sri Rahmawati
Sandi Hasanul Furkon
Sari Aprianti
Sela Novelia Dwi
Sidiq Alimul Hakim
Sinta Bella
Tandang Nuralim
Tasya Agustin
Tasya Nurul Afifah
Thifal Aqilah Durriyah
Valenda Gustomi
Widy Annisa Kemala
Skrining Resep
Skrining Resep atau biasa dikenal dengan
Pengkajian Resep merupakan kegiatan apoteker
dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi
pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis
sebelum resep diracik.
Tujuan apoteker melakukan skrining resep yaitu
untuk menjamin keamanan (safety) dan
kemanjuran (efficacy) dari obat dalam resep
ketika digunakan pasien serta memaksimalkan
tujuan terapi.
Skrining secara klinis
Pertimbangan klinis meliputi :
1. Ketepatan indikasi dan dosis obat,
2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat,
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi,
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi,
efek samping obat, manifestasi klinis
lain),
5. Kontra indikasi,
6. interaksi
 Ketepatan indikasi dan dosis obat
Tepat indikasi, tidak semua pasien
memerlukan intervensi obat, ketepatan indikasi
penggunaan obat apabila ada indikasi yang
benar ( sesuai dengan diagnosa dokter) untuk
penggunaan obat tersebut dan telah terbukti
manfaat terafeutiknya. Contoh : pasien dengan
diagnosa TB Paru diberikan obat dengan
komposisi Rifampisin, Ethambutol dan INH.
Dosis obat, umumnya didasarkan pada sifat
farmakokinetika dan farmakodinami obat serta
kondisi pasiennya. Tepat pemberian dosis
adalah jumah obat yang diberikan berdadalam
range terapi.
 Aturan, cara dan lama penggunaan obat
cara penggunaan obat berpedoman kepada
penggunaan obat rasional yang mengacu prinsip :
- Ketepatan diagnosa
- ketepatan indikasi penggunaan obat
- ketepatan pemilihan obat
- ketepatan dosis, dan lama pemberian
- ketepatan pemberian informasi kepada pasien
mengenai cara penggunaan obat dan
penyimpanannya.
Cara pemberian informasi obat kepada
pasien/masyarakat harus mudah
dimengerti,singkat tetapi jelas.
sedangkan lama pemberian berdasarkan pada
sifat penyakit (akut atau kronis, kambuh berulang
dan sebagainya).
 Duplikasi dan/atau polifarmasi
Polifarmasi adalah kata yang digunakan
untuk pengobatan yang berlebihan
dibandingkan dengan yang diindikasikan
secara medis. Obat-obatan yang dimaksud bisa
obat-obatan yang diresepkan atau obat-obatan
yang dijual bebas. Polifarmasi dikategorikan
sebagai penggunaan obat yang berlebihan,
polifarmasi dapat dicegah apabila konsumen
memebekali dirinya dengan informasi yang
memadai tentang obat-obatan.
Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi,
efek samping, manifestasi klinis lain)
Reaksi obat yang tidak diinginkan menurut
WHO adalah suatu respon dari obatyang
bersifat bahaya dan tidak diinginkan, terjadi
dalam dosis normal digunakan pada manusia,
sebagai profilaksi, diagnossis, atau terapi
atau dalam modifikasi fungsi fisiologis.
Reaksi obat yang tidak diinginkan disebut
juga degan kontraindikasi, hal ini bisa
menyebabkan alergi, efek samping, dan
gejala yang tidak diinginkan lainnya.
 Interaksi
Interaksi adalah suatu jenis tindakan yang
terjadi ketika dua atau lebih objek
mempengaruhi atau memiliki efek satu sama
lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai