“Terapi Hidrokortison pada Pasien

dengan Multipel Trauma”

THARISA KURNIA

- 71 2017 021-
Konteks : Tujuan :
Peran hidrokortison dosis
Untuk menguji efektivitas
stres (stress-dose) pada
terapi hidrokortison pada
penanganan pasien trauma
pasien trauma.
saat ini belum diketahui.
DESAIN
Penelitian HYPOLYTE (Hydrocortisone Polytraumatise)
terkontrol plasebo, double-blind, acak, multisenter.

WAKTU
Perancis, November 2006 hingga Agustus 2009

PA S E I N
150 pasien dengan trauma berat
 Latar Belakang ...
Trauma berat adalah salah satu penyebab utama
kematian dan morbiditas di dunia. Angka
keseluruhan pneumonia post traumatik mencapai
insidensi 40-60%

Hidrokortison dapat mengurangi respon inflamasi

tanpa imunosupresi, mengembalikan respon imun
adekuat terhadap infeksi.

“Terapi dengan hidrokortison dosis stres akan

mengurangi prevalensi pneumonia nosokomial,
yang merupakan penyebab pertama infeksi pada
pasien trauma.”
 Metode Penelitian

Inklusi :
Pasien dengan multipel trauma yang berusia lebih dari 15 tahun 3 bulan
dan diprediksi memerlukan ventilasi mekanik selama lebih dari 48 jam.

Eklusi :
Pasien dengan riwayat insufisiensi adrenal, imunosupresi, terapi
kortikosteroid sebelumnya dalam 6 bulan, atau hamil
 Intervensi

Pasien secara acak diberikan infus intravena kontinyu dimulai 36 jam

sejak onset trauma segera setelah selesai uji kortikotropin singkat.

• hidrokortison (200 mg/hari selama 5 hari, selanjutnya 100 mg pada hari

keenam dan 50 mg pada hari ketujuh)

• plasebo

Terapi dihentikan jika pasien mengalami respon adrenal yang sesuai.

 Hasil
Hasil utama penelitian merupakan
kejadian pneumonia nosokomial
dalam 28 hari randomisasi
Hasil sekunder adalah durasi
ventilasi mekanik dan lama tinggal
di ICU, angka kematian, infeksi lain,
dan kegagalan organ, serta durasi
pemakaian vasopresor pada hari ke-
28.
Pasien Pertama
Hasil
1.
Dari 150 pasien yang masuk,
1 pasien dieksklusi karena membatalkan persetujuan; 149 sisanya
dianalisis

Sebanyak 113 pasien (76%) 36 pasien (24%) memiliki

mengalami insufisiensi fungsi kortikosteroid yang
kortikosteroid (56 pada kelompok normal (17 pada kelompok
hidrokortison dan 57 pada hidrokortison dan 19 pada
kelompok plasebo) kelompok plasebo)
2.

Median injury severity score

29 (rentang interkuartil [IQR] 22-23) 27 (IQR 22-38) pada

pada kelompok hidrokortison kelompok plasebo
3.
Sebanyak 44 pasien (62%)pada kelompok hidrokortison dan 50
pasien (65.8%) pada kelompok plasebo mendapat injeksi bolus
etomidate dosis tunggal sebelum inklusi.

Dari 94 pasien yang mendapat etomidate, 79 (84%) memiliki

kriteria insufisiensi kortikosteroid dibandingkan dengan 33
dari 55 (62%) yang tidak mendapat etomidate (P = .01).

Waktu median antara cedera dan pemberian obat

penelitian yaitu 25 jam (IQR 20-33 jam).
Hasil Primer
 Kurva Kaplan-Meier untuk Pneumonia Nosokomial.

73 (hidrokortison) → 26 pneumonia nosokomial

74 (plasebo) → 39 pneumonia nosokomial

Estimator Kaplan-Meier pada hari ke-28 sebesar 36.6% pada kelompok

hidrokortison dan 51.6% pada kelompok plasebo dengan penurunan
absolut pada kelompok hidrokortison sebesar -15%
 Pasien dengan Penyakit Kritis terkait Insufisiensi Kortikosteroid
yang datang dengan Traumatic Brain Injury.

• 67 pasien mengalami traumatic brain injury (32 hidrokortison dan 35 plasebo);

• 46 tidak mengalami traumatic brain injury (24 hidrokortison dan 22 plasebo).
Kurva Kaplan-Meier untuk Durasi Ventilasi Mekanik
Hasil Sekunder
2. Rerata (SD) hari tanpa ventilasi mekanik yaitu 16 (8)
hari pada kelompok hidrokortison dan 12 (9) hari pada
kelompok plasebo

Dari 73 pasien (4.1%) pada kelompok

hidrokortison dan 11 dari 76 pasien (14.5%) pada
kelompok plasebo berkembang cedera paru akut
atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)

Rerata (SD) lama tinggal di ICU yaitu 18 (15) hari pada

kelompok hidrokortison dan 24 (16) hari pada kelompok
plasebo, dengan rerata penurunan absolut pada
kelompok hidrokortison yaitu –6 hari
2. 6 dari 73 pasien (8.2%) meninggal pada kelompok
hidrokortison dan 4 dari 76 (5.3%) meninggal pada
kelompok plasebo

7 dari 76 pasien (9.2%) pada kelompok plasebo

dan tidak ada dari 73 pasien pada kelompok
hidrokortison mengalami hiponatremia

1 pasien (1.4%) pada kelompok hidrokortison yang

mengalami trauma abdomen, dan tidak ada pada
kelompok plasebo, berkembang perforasi ileum dengan
perdarahan gastrointestinal.
Ulasan.
 Terapi hidrokortison menurunkan kejadian pneumonia
nosokomial dalam 28 hari pada pasien trauma

Pada dosis stres, kortikosteroid dapat meningkatkan aktivitas

neutrofil, meningkatkan pergerakan sel dendritik dengan
menjaga fungsi monosit, menjaga fungsi interleukin 12, dan
melemahkan respon inflamasi yang besar yang dapat
menyebabkan sepsis pada pasien trauma.
 Terdapat mortalitas lebih besar dua kali lipat pada kelompok
yang diterapi steroid akibat hipertensi intrakranial atau
perdarahan refrakter

Hidrokortison meningkatkan volume darah, meningkatkan

tonus vaskuler, meningkatkan reaktivitas endothel terhadap
vasopressor, dan menurunkan waktu pengembalian syok.
Kesimpulan
Kesimpulannya, dosis stres hidrokortison selama 7
hari berhubungan dengan penurunan angka
pneumonia nosokomial pada hari ke-28 bersamaan
dengan penurunan kebutuhan ventilasi mekanik dan
lama tinggal di ICU pada pasien trauma. Efek dan
keamanan terapi kortikosteroid dengan dosis stres
hidrokortison harus dikonfirmasi pada pasien trauma
dan diteliti di populasi ICU yang lain, terutama pada
pasien TBI.
Terima
End
Kasih