Anda di halaman 1dari 27

OBAT-OBAT PADA SISTEM

KARDIOVASKULER

MAKHDALENA, M. FARM., APT


BANDAR LAMPUNG, 16/9/2019
 OBAT-OBAT PADA SISTEM KARDIOVASKULER:
- Glikosida Jantung
- Antiaritmia
- Antiangina
- Antihipertensi
- Diuretika
- Vasodilator Perifer
- Antikoagulan
- Antihiperlipidemia
1. GLIKOSIDA JANTUNG
 Glikosida jantung adalah obat yang digunakan untuk terapi gagal
jantung.
 Digoksin adalah glikosida jantung yang paling banyak
digunakan.
 Efek digoksin pada pengobatan gagal jantung:

A. Inotropik positif (meningkatkan kontraksi otot jantung)


B. Kronotropik Negatif (mengurangi frekuensi denyut jantung)
C. Mengurangi aktivasi saraf simpatis
A. DIGOKSIN
Waktu paruh: panjang (36–48 jam), diberikan 1 x sehari.
Eliminasi: melalui ginjal
 Pemanjangan waktu paruh pada gangguan fungsi ginjal (3,5-5 hari pada
gangguan fungsi ginjal lanjut).
 Klirens obat menurun pada usia lanjut  dosis diturunkan pada
gangguan fungsi ginjal dan lansia.
 Hipokalemia dapat memicu terjadinya toksisitas digitalis. Perhatian
khusus harus jika menggunakan diuretika bersama dengan glikosida
jantung agar terhindar dari hipokalemia.
 Toksisitas ini dapat diatasi dengan menghentikan penggunaan digoksin
dan mengoreksi kondisi hipokalemia dengan pemberian diuretika hemat
kalium atau, jika diperlukan diberikan suplemen kalium (atau pada
anak, dapat diberikan makanan yang kaya akan kalium).
MEKANISME KERJA DIGOKSIN
Peningkatan Kontraktilitas Miosit Jantung melalui Peningkatan Kadar Kalsium
Intraselular
 Menghambat enzim Na-K-ATPase  jumlah natrium di dalam sel . Natrium calcium
exchanger (Penukar Natrium-Kalsium) kemudian mencoba untuk mengeluarkan
natrium dan membawa masuk kalsium. Konsentrasi tinggi kalsium di dalam sel dapat
mengaktivasi protein contractile (aktin dan myosin)  meningkatkan inotropi
mengurangi kecepatan konduksi.

Inhibisi Konduksi Atrioventrikular


 Menghambat beberapa konduksi atrioventrikular yang melindungi ventrikel dari
rangsangan berlebih saat atrium sedang mengalami aritmia.

Reduksi Reuptake Katekolamin


 Mengurangi reuptake katekolamin (noradrenalin & dopamin) di ujung terminal saraf 
pembuluh darah lebih sensitif terhadap katekolamin endogen atau eksogen.

Mempengaruhi Aktivitas Listrik Jantung


 Mempengaruhi aktivitas listrik jantung dalam meningkatkan kemiringan
(slope) depolarisasi fase 4, memendekkan waktu potensial aksi dan
mengurangi pote diastolik maksimal.
A. DIGOKSIN
 Indikasi:
Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama fibrilasi atrium)
 Interaksi:
Digoksin dapat diabsorpsi bila diberikan bersama kolestiramin, kolestipol,
kaolin/pektin atau karbo-adsorbens pemberian digoksin harus berjarak
paling sedikit 2 jam sebelum atau sesudah pemberian obat-obat di atas.
Pemberian bersama kinidin menaikkan kadar digoksin plasma sampai sekitar
70-100%.
Verapamil, suatu antagonis kalsium menunjukkan interaksi yang sama dengan
kinidin.
 Efek Samping
Anoreksia, mual muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit
kepala, rasa capai, mengantuk, bingung, pusing; depresi; delirium, halusinasi;
aritmia, blok jantung; rash yang jarang; iskemi usus; ginekomastia pada
pemakaian jangka panjang; trombositopenia.
 Dosis: oral, untuk digitalisasi cepat: 1-1,5 mg/24 jam dalam dosis
terbagi; bila tidak diperlukan cepat: 250 - 500 mcg sehari (dosis lebih
tinggi harus dibagi).
 Dosis penunjang, 62,5–500 mcg sehari tergantung pada fungsi ginjal, dan
pada fibrilasi atrial, pada respon denyut jantung. Dosis penunjang
biasanya berkisar 125–250 mcg/hari (pada usia lanjut 125 mcg/hari).
 Pada keadaan gawat darurat/akut, dosis muatan diberikan secara infus
intravena, 250–500 mcg dalam 15–20 menit, diikuti dengan sisanya
dalam dosis terbagi tiap 4-8 jam (tergantung dari respon jantung) sampai
total dosis muatan 0,5–1 mg tercapai. Bila memungkinkan dilakukan
monitoring kadar plasma digoksin, sampel darah diambil paling sedikit 6
jam setelah suatu dosis diberikan.
B. DIGITOKSIN
Indikasi:
gagal jantung, aritmia supraventrikular, terutama fibrilasi atrium
Dosis:
 Penunjang, 100 mcg sehari atau 2 hari sekali; bila perlu dapat
dinaikkan sampai 200 mcg sehari
2. ANTIARITMIA
 Antiaritmia: aritmia supraventrikel (verapamil), aritmia supraventrikel
maupun aritmia ventrikel (disopiramid), dan aritmia ventrikel (misal
lidokain).
A. Aritmia Supraventrikel
Obat-obat untuk aritmia supraventrikel meliputi adenosin, glikosida
jantung, dan verapamil.
1. Adenosin
 Merupakan obat pilihan untuk mengatasi takikardia supraventrikel
paroksismal. Masa kerja pendek sekali (waktu paruhnya hanya 8-10
detik, tapi lebih lama bila diberikan bersama dipiridamol),
 Penggunaan pada anak. Adenosin tidak bersifat inotropik negatif
sehingga tidak menyebabkan hipotensi. Karena itu dapat digunakan
pada anak dengan fungsi jantung yang terganggu atau aritmia pasca
operasi.
2. Glikosida jantung
 Digoksin PO memperlambat respons ventrikel pada kasus fibrilasi
dan fluter atrium. Digoksin infus intravena jarang efektif untuk
mengendalikan kecepatan ventrikel secara cepat..
3. Verapamil
 Biasanya efektif untuk takikardia supraventrikel. Pemberian
intravena awal dapat diikuti dengan dosis oral; hipotensi dapat
terjadi pada pemberian dosis yang lebih besar.
 Obat ini tidak boleh digunakan pada anak dengan aritmia, tanpa
pertimbangan dokter spesialis jantung; beberapa aritmia supra-
ventrikel pada anak dapat dipacu oleh verapamil dengan akibat
yang membahayakan.
ADENOSIN
Indikasi:
 mengembalikan dengan cepat takikardia supraventrikel
paroksismal ke ritme sinus, membantu diagnosis takikardia
supraventrikel kompleks yang luas maupun yang sempit.
Dosis:
 Injeksi IV cepat ke dalam vena sentral atau vena perifer yang
besar, 3 mg selama 2 detik dengan pantauan jantung; bila perlu
diikuti dengan 6 mg setelah 1-2 menit, dan kemudian 12 mg
setelah 1-2 menit lagi.
VERAPAMIL HIDROKLORIDA
Indikasi:
 hipertensi.
Dosis:
 hipertensi, 240-480 mg sehari dalam 2-3 dosis terbagi. Injeksi
intravena lambat selama 2 menit (3 menit pada usia lanjut), 5-10
mg (sebaiknya dengan pemantauan ECG); pada takiaritmia
paroksimal jika perlu 5 mg lagi setelah 5-10 menit.
 Angina, 80-120 mm 3 kali sehari; Hipertensi, 40 mg 3 kali sehari
untuk penderita dengan respon meingkat seperti pada penderita
usia lanjut dan penurunan fungsi hati; Aritmia, penderita yang
mendapat digitalis: 240-320 mg dalam 3-4 dosis bagi; Penderita
yang tidak mendapat digitalis: 240-480 mg dalam 3-4 dosis bagi.
B. Aritmia supraventrikel maupun aritmia ventrikel
 Pemberian beta-bloker secara intravena seperti esmolol atau
propanolol dengan cepat dapat mengendalikan kecepatan
ventrikular.
 Obat-obat yang termasuk golongan antiaritmia supraventrikel dan
ventrikel adalah amiodaron, beta-bloker, disopiramid, flekainid,
prokain-amid, propafenon dan kinidin.
Amiodaron
 T ½ sangat panjang (sampai berminggu-minggu)  pemberian
sekali sehari (tapi dosis besar dapat menyebabkan mual bila tidak
diberikan dalam dosis terbagi).
 Diperlukan waktu berminggu-minggu atau beberapa bulan untuk
mencapai kadar tunak (steady state) obat ini dalam plasma; hal ini
terutama penting bila ada interaksi dengan obat lain.
Beta bloker
Sotalol digunakan untuk aritmia ventrikel.
Disopiramid intravena digunakan untuk mengendalikan aritmia yang terjadi setelah infark
miokard (termasuk aritmia yang tidak responsif terhadap lidokain), tapi obat ini mengganggu
kontraktilitas jantung.

Disopiramid oral bermanfaat, tetapi efek antimuskariniknya membatasi penggunaannya pada


pasien glaukoma sudut sempit atau hipertrofi prostat.

Flekainid termasuk dalam kelas yang sama dengan lidokain. Obat ini mungkin berguna untuk
gejala aritmia ventrikel yang serius, juga diindikasikan untuk takikardia yang melibatkan nodus
AV dan untuk fibrilasi atrium paroksismal

Prokainamid intravena dapat digunakan untuk mengatasi aritmia ventrikel.

Propafenon: profilaksis dan pengobatan aritmia ventrikel, beberapa aritmia supraventrikel.


Memiliki aktivitas seperti beta bloker lemah (oleh karena itu harus hati-hati bila digunakan
pada penyakit paru obstruktif–dikontraindikasikan bila berat).

Kinidin dapat mengurangi aritmia supraventrikel dan ventrikel. Kinidin sendiri dapat
menyebabkan gangguan ritme dan harus digunakan di bawah supervisi dokter spesialis jantung.
Obat ini sekarang jarang digunakan.
AMIODARON HIDROKLORIDA
 Dosis:
oral, 200 mg 3 kali sehari selama 1 minggu, 200 mg 2 kali sehari selama 1
minggu berikutnya; dosis penunjang biasanya 200 mg sehari atau dosis
minimal yang diperlukan untuk mengendalikan aritmia.
Infus intravena via kateter vena sentral, 5 mg/ kg bb selama 20-120 menit
dengan pantauan EKG; maksimal 1,2 g dalam 24 jam.

DISOPIRAMID
 Indikasi:
aritmia ventrikel, terutama setelah infark miokard; aritmia
supraventrikel.
 Dosis:
Oral, 300-800 mg sehari dalam dosis terbagi.
Injeksi intravena lambat, 2 mg/kg bb selama paling sedikit 5 menit sampai
maksimal 150 mg dengan pantauan EKG, segera diikuti dengan 200 mg
oral, kemudian 200 mg tiap 8 jam selama 24 jam atau infus intravena 400
mcg/kg bb/jam, maksimal 300 mg dalam jam pertama dan 800 mg sehari.
KINIDIN
 Indikasi: supresi takikardia supraventrikel dan aritmia ventrikel (lihat
di atas).
 Dosis: oral, kinidin sulfat 200-400 mg 3-4 kali sehari.
Catatan: kinidin sulfat 200 mg = kinidin bisulfat 250 mg.

PROKAINAMID HIDROKLORIDA
 Indikasi: aritmia ventrikel, terutama setelah infark miokard,
takikardia atrium.
 Dosis: Injeksi intravena lambat, kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit,
100 mg dengan pantauan EKG, diulang dengan interval 5 menit sampai
aritmia teratasi; maksimum 1 g.
 Infus intravena, 500-600 mg selama 25-30 menit dengan pantauan EKG,
diikuti dengan penunjang dengan kecepatan 2-6 mg/menit, kemudian
bila perlu secara oral seperti di atas, dimulai 3-4 jam setelah infus.
C. Aritmia Ventrikel
 Obat-obat untuk aritmia ventrikel adalah lidokain, meksiletin,
dan fenitoin.
 Lidokain (lignokain) relatif aman bila diberikan sebagai injeksi
intravena yang diberikan dengan lambat dan harus menjadi pilihan
utama dalam keadaan darurat.
 Meksiletin diberikan sebagai injeksi intravena yang diberikan secara
lambat bila lidokain tidak efektif; obat ini mempunyai kerja yang serupa.
Efek yang tidak diinginkan pada sistem kardiovaskular dan SSP
membatasi dosis yang dapat ditoleransi; mual dan muntah dapat
menyebabkan dosis efektif tidak dapat diberikan secara oral.
 Morasizin adalah obat baru untuk profilaksis dan pengobatan aritmia
ventrikel yang serius dan mengancam jiwa pada pasien yang kondisinya
sudah stabil dengan pemberian morasizin.
FENITOIN NATRIUM
 Dosis: aritmia, injeksi intravena lewat kateter vena sentral, 3,5-5 mg/kg
bb pada kecepatan tidak lebih dari 50 mg/menit, dengan pemantauan
tekanan darah dan EKG; ulangi sekali lagi jika perlu.
LIDOKAIN HIDROKLORIDA (Lignokain hidroklorida)
 Indikasi:
aritmia ventrikel, terutama setelah infark miokard.
 Dosis:
Injeksi IV, pada pasien tanpa gangguan sirkulasi yang berat, 100 mg
sebagai bolus selama beberapa menit (50 mg pada pasien dengan BB lebih
ringan atau pasien dengan gangguan sirkulasi yang berat), segera diikuti
dengan infus 4 mg/menit selama 30 menit, 2 mg/menit selama 2 jam,
kemudian 1 mg/menit; kadarnya dikurangi lagi bila infusnya dilanjutkan
lebih dari 24 jam (pantauan EKG dan supervisi dokter ahli jantung).
MEKSILETIN HIDROKLORIDA
Indikasi: Aritmia ventrikel, terutama setelah infark miokard.
Dosis:
 oral, dosis awal 400 mg (mungkin ditingkatkan sampai 600 mg
jika analgesik opioid juga diberikan), setelah 2 jam diikuti dengan
200-250 mg 3-4 kali sehari.
 Injeksi IV, 100-250 mg dengan kecepatan 25 mg/menit dengan
pantauan EKG diikuti dengan infus 250 mg dalam larutan 0,1%
selama 1 jam, 125 mg/jam untuk 2 jam, kemudian 500 mcg/menit.
3. ANTI ANGINA
 Obat yang digunakan untuk menanggulangi serangan akut angina
pektoris dan profilaksisnya meliputi:
 1. Nitrat Organik
2. Antagonis kalsium lihat antihipertensi
3. Beta-bloker

 Angina stabil biasanya disebabkan oleh plak aterosklerosis pada arteri


koroner, sedangkan angina tidak stabil biasanya disebabkan oleh ruptur
plak dan dapat terjadi pada pasien dengan riwayat angina stabil atau
pada pasien yang sebelumnya menderita penyakit arteri koroner tanpa
gejala.
 Ciri-ciri angina tidak stabil adalah angina yang baru terjadi dan
langsung berat atau angina stabil yang sebelumnya ada dan tiba-tiba
memburuk.
A. NITRAT ORGANIK
Senyawa nitrat merupakan vasodilator koroner yang poten, manfaat
utamanya adalah mengurangi alir balik vena sehingga mengurangi
beban ventrikel kiri.
Mekanisme: terjadi pelepasan prostasiklin (PGI2) dari endotelium
yang bersifat vasodilator. Pada keadaan endotelium mengalami
kerusakan seperti aterosklerosis dan iskemia, efek ini hilang. Atas
dasar ini, NO dapat menimbulkan vasodilatasi dan mempunyai efek
antiagregasi trombosit.
Efek samping senyawa nitrat: sakit kepala, muka merah, dan
hipotensi postural, dapat membatasi pelaksanaan terapi, terutama
pada angina yang berat atau pada pasien yang sangat sensitif
terhadap efek nitrat.
Gliseril trinitrat sublingual merupakan salah satu obat yang paling
efektif untuk mengurangi gejala angina dengan cepat. Namun, efeknya
hanya 20-30 menit. Pada pemberian pertama, biasanya diberikan tablet
300 mcg. Bentuk semprot aerosol merupakan cara lain untuk mengurangi
gejala-gejala angina dengan cepat bagi pasien yang kesulitan untuk
melarutkan sediaan sublingual.
 Indikasi:
profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.
 Dosis:
-sublingual, 0,3-1 mg, bila perlu diulang.
-Oral profilaksis angina, 2,6-2,8 mg 3 kali sehari atau 10 mg 2-3 kali
sehari.
-Infus intravena, 10-200 mcg/menit.
Isosorbid dinitrat secara sublingual aktif dan merupakan sediaan yang lebih
stabil bagi pasien yang hanya kadang-kadang memerlukan nitrat. Senyawa ini
juga efektif secara oral untuk profilaksis. Walaupun mula kerjanya lebih lambat,
tetapi efeknya dapat bertahan beberapa jam.
 Indikasi: profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.
 Dosis:
- Sublingual, 5-10 mg.
- Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160
mg, sampai 240 mg bila diperlukan.
- Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin
diperlukan.

 Gliseril trinitrat atau isosorbid dinitrat dapat diberikan secara intravena, bila
bentuk sublingualnya tidak efektif pada pasien nyeri dada akibat infark
miokard atau iskemia yang berat. Pemberian intravena juga bermanfaat dalam
pengobatan gagal ventrikel kiri akut.
Isosorbid Mononitrat
 Indikasi:
profilaksis angina; tambahan pada gagal jantung kongesif.
 Dosis:
Dosis awal 20 mg 2-3 kali sehari atau 40 mg 2 kali sehari (10 mg 2 kali
sehari pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya); bila
perlu sampai 120 mg sehari dalam dosis terbagi.

PENTAERITRIOL TETRANITRAT
 Indikasi:
profilaksis angina
 Dosis:
Oral, 60 mg 3-4 kali sehari.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai