Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH STABILITAS OBAT

PENGARUH REAKSI OKSIDASI TERHADAP STABILITAS OBAT

KELOMPOK 6
1. Farah Diah Rahmayanti 052211031
2. Aliyah Diana Kurnia 052211032
3. Afrida Ridantika Zaharni 052211033
4. Evony Prawaningrum 052211034
5. Putri Indah AI 052211035

JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan


sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat
(identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008). Suatu obat
dapat dikatakan stabil jika kadarnya tidak berkurang dalam penyimpanan,
adapun ketika obat berubah warna, bau dan bentuk serta terdapat cemaran
mikroba maka dapat disimpulkan bahwa obat tersebut tidak stabil (Fitriani,
2015). Stabilitas obat dibagi menjadi stabilitas secara fisika dan secara kimia.
Stabilitas kimia suatu obat merupakan factor yang menentukan lamanya waktu
suatu obat untuk mempertahankan integritas kimia dan potensinya seperti yang
tercantum pada etiket dalam batas waktu yang telah ditentukan baik buruknya
sediaan yang dihasilkan. Secara reaksi kimia, zat aktif dapat terurai karena
beberapa factor diantaranya adalah oksigen (oksidasi), air (hidrolisa), suhu
(oksidasi), cahaya (fotolisis), karbondioksida (turunnya pH larutan), sesepora
ion logam sebagai katalisator reaksi oksidasi. Jadi jelasnya factor luat juga
mempengaruhi ketidakstabilan kimia seperti suhu, kelembaban udara dan
cahaya (Attwood dan Florence, 2011).

Suatu reaksi oksidasi akan berbentuk proses penguraian yang umumnya


tidak memiliki atau sangat rendah keefektifannya dan bersifat toksik. Reaksi
yang berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang nyata dalam
sifat bahan seperti rasa, bau, dan penampilannya (Voight,1994). Suatu zat
dapat disebut dengan teroksidasi bila zat tersebut melepaskan electron, jika
suatu zat teroksidasi maka diperoleh atom atau radikal elektronegatif. Bentuk
penguraian oksidatif akan terjadi yaitu autooksidasi yang melibatkan proses
berantai radikal bebas. Autooksidasi yaitu reaksi bahan apapun dengan oksidasi
molekuler. Radikal bebas terbentuk pada reaksi yang menyangkut pembelahan
homolitik suatu ikatan kovalen, sehingga atom – atom yang terlibat untuk
menahan suatu electron dari ikatan kovalen. Obat mungkin akan terdegradasi
menjadi subtansi toksik. Degradasi obat mungkin akan membuat obat berubah
bentu secara estetika sehingga obat tidak dapat digunakan. Terjadinya
degradasi obat selalu disertai dengan kinetika kimia yang meliputi laju reaksi
dan mekanisme reaksinya. Laju reaksi menggambarkan seberapa cepat reaktan
terpakai dan produk terbentuk (Lachman,1994).

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh reaksi oksidasi terhadap stabilitas obat ?

C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh reaksi oksidasi terhadap
stabilitas obat
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui contoh reaksi oksidasi terhadap
stabilitas obat
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana terjadinya reaksi oksidasi
terhadap stabilitas obat

DAFTAR PUSTAKA BAB I

Attwood, D., & Alexander, T. Florence. (2011). Physicochemical Principles of


Pharmacy, 2 nd edition, 81, 89-94, Pharmaceutical Press, London

Fitriani, Y.N., INHS. Cakra., Yuliati, N., Aryantini. D., (2015). Formulasi and
Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan
Suspending Agent CMC Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi
Sains Dan Terapan. Volume 2. Nomor 1.

Joshita. D, MS. (2008). Kestabilan Obat, Program S2 Ilmu Kefarmasian,


Departemen Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan
oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai