Anda di halaman 1dari 16

STABILITAS OBAT

RESKI AMELIA 105131110520


Stabilitas dapat didefinisikan sebagai tolak ukur dimana suatu
produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang
periode penyimpanan serta saat penggunaan, sifat, dan
karakteristiknya sama dengan saat suatu sediaan dibuat (Depkes RI,
1995).
Terdapat kriteria untuk penerimaan stabilitas, antara lain :

Sifat
Sifat Fisika
Efektivitas
Sifat
Mikrobiologi
Sifat
Sifat Kimia
Toksisitas
Sifat Fisika
Setiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang
tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan.
Sifat Kimia
Sifat fisik awal, termasuk penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi dan
kemampuan untuk disuspensikan.
Sifat Mikrobiologi
Zat antimikroba yang ada akan mempertahankan efektifitas dalam batas
yang ditetapkan, perlu adanya sterilisasi terhadap pertumbuhan mikroba.
Sifat Efektivitas
Efek terapi yang ditimbulkan tidak berubah selama usia guna sediaan

Sifat Toksisitas
Ketidakterjadinya peningkatan bermakna dalam toksisitas selama usia guna
sediaan
JENIS-JENIS STABILITAS MENURUT
FARMAKOPE INDONESIA IV
1. Stabilitas kimia 3. Stabilitas mikrobiologi
Setiap saat aktif 2. Stabilitas fisika sterilitas atau resistensi terhadap
mempertahankan Mempertahankan sifat fisika pertumbuhan mikroba
keutuhan kimiawi dan awal termasuk penampilan, dipertahankan sesuai dengan
potensi yang tertera pada kesesuaian, disolusi dan persyaratan yang dinyatakan. Zat
etiket dalam batas yang kemampuan untuk di anti mikroba yang ada
dinyatakan dalam suspensika mempertahankan efektivitas dalam
spesifikasi. batas yang ditetapkan.

5. Stabilitas Toksikologi
4. Stabilitas terapi Tidak terjadi peningkatan bermakna
Efek terapi tidak berubah dalam toksisitas selama usia guna.
selama usia guna (shelf Misal: pembentukan senyawa
life) sediaan epitetrasiklin dan anhidrotektrasiklin
dalam suspensi tetrasiklin.
KINETIKA REAKSI OBAT
studi tentang laju perubahan dan
cara di mana tingkat perubahan
dapat terjadi sebagai akibat adanya
pengaruh konsentrasi reaktan, dan
produk dan spesi kimia lainnya
termasuk faktor-faktor seperti
pelaru, tekanan dan suhu.

KINETIKA REAKSI KIMIA


Aplikasi kinetika:
Stabilitas
Inkompatibilitas
Disolusi
Absorpsi
Distribusi
Aksi obat pada level molekul
1. Proses eliminasi
STABILITAS FARMASETIK
Bermakna luas interpretasi paling umum adalah stabilitas kimia suatu senyawa obat di dalam suatu sediaan. Kinerja
suatu obat bila diberikan sebagai tablet, kapsul, sirup atau injeksi tidak hanya ditentukan oleh “isi atau content” dari
sediaan tersebut (yaitu bahan aktifnya) tetapi juga oleh sifat farmasetiknya (dissolusi, disintegrasi, kekerasan dll).
Oleh karena itu semua aspek tersebut harus menjadi bagian dalam program uji stabilitas.

Bagian yang terlibat dalam monitoring stabilitas dalam suatu industri yaitu :
• Stabilitas Preklinik
(Kompatibilitas, stabilitas dan makanan dan bentuk-bentuk lain untuk toksikologi)
• Stabilitas eksperimental
(stabilitas dari batch pertama yang dikembangkan)
• Stabilitas post-eksperimental
(Uji klinis dari batch pertama sekali pilot yang menjadi dasar dalam mengajukan NDA untuk menetapkan masa
kadaluarsa sementara)
Uji stabilitas dilakukan untuk mendapatkan usia guna sementara, biasanya dilakukan dalam bentuk uji dipercepat.
• Stabilitas batch produksi (pemantauan rooting)
Merupakan pemantauan stabilitas produk untuk mendapatkan data statistik
STABILITAS FISIKA DAN STABILITAS
KIMIA
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi Kriteria stabilitas fisika:
perubahan sifat fisika dari suatu produk a. Penampilan fisika meliputi;
yang tergantung waktu (periode warna, bau, rasa, tekstur, bentuk
penyimpanan). contoh dari perubahan sediaan
fisika antara lain : migrasi (perubahan) b. Keseragaman bobot
c. Keseragaman kandungan
warna, perubahan rasa, perubahan bau,
d. Suhu
perubahan tekstur atau penampilan. e. Disolusi
Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : f. Kekentalan
pemeriksaan organoleptik, homogenitas, g. Bobot jenis
ph dan bobot jenis. h. Visikositas
Ketidakstabilan Fisika dapat terjadi karena :

1. Perubahan struktur kristal


Banyak bahan obat menunjukkan perilaku polomorfi, yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, yang
tidak terdeteksi secara organoleptis. Akan tetapi umumnya menyebabkan terjadinya perubahan dalam
perilaku pembebasan dan resorpsi bahan obat.

2. Perubahan kondisi distribusi


Dengan aktifnya daya gravitasi akan terjadi fenomena pemisahan pada sistem cairan banyak fase, namun
dalam stadium lanjut dapat terlihat sebagai sedimentasi atau pengapungan.

3. Perubahan konsisitensi atau kondisi agregat


Sediaan obat semi padat seperti salep atau pasta selama penyimpanan dapat mengalami pengerasan.

4. Perubahan perbandingan kelarutan


Pada sistem dispersi molekular (larutan bahan obat) terjadi pemisahan bahan terlarut (kristalisasi atau
pengedapan) melalui perubahan konsentrasi akibat penguapan bahan pelarut.

5. Perubahan perbandingan hidratasi


Melalui pengambilan atau pelepasan cairan dapat mempengaruhi perbandingan hidratasi senyawa sekaligus
sifatnya secara nyata.
Data yang paling dibutuhkan adalah data
sifat, kimia, kimiafisik, dan kerja
farmakologi zat aktif (data primer), didukung
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu sifat zat pembantu (data sekunder). Secara
obat untuk mempertahanakan integritas kimia dan reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena
potensinya seperti yang tercantum pada etiket dalam beberapa faktor diantaranya ialah, oksigen
batas waktu yang ditentukan. Pengumpulan dan (oksidasi), air (hidrolisa), suhu (oksidasi),
pengolahan data merupakan langkah menentukan baik cahaya (fotolisis), karbondioksida (turunnya
buruknya sediaan yang dihasilkan, meskipun tidak pH larutan), sesepora ion logam sebagai
menutup kemungkinan adanya parameter lain yang harus katalisator reaksi oksidasi. Jadi jelasnya
diperhatikan. faktor luar juga mempengaruhi
ketidakstabilan kimia seperti, suhu,
kelembaban udara dan cahaya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Kimia

 Hidrolisis  Dehidrasi
Ikatan amida juga dpt terhidrolisa meskipun kecepatan Dehidrasi yg dikatalisis oleh asam pd gol tetrasiklin
hidrolisanya lebih lambat dibanding ester. menghasilkan senyawa epianhidro tetrasiklin, senyawa
yg tdk memiliki efek anti bakteri dan memiliki efek
 Epimerisasi toksisitas
Reaksi terjadi dengan cepat ketika obat dilarutkan dan
terpapar dg pH lebih dari 3, mengakibatkan terjadinya  Oksidasi
perubahan sterik pd gugus dimetilamin. Struktur molekular yang dapat mudah teroksidasi adalah
gugus hidroksil yang terikat langsung pada cincin
 Dekarboksilasi aromatik, gugus dien terkonjugasi , cicin heterosiklik
Beberapa asam senyawa asam karboksilat terlarut aromatik, gugus turunan nitroso dan nitrit dan aldehida.
seperti para-amini salisilic acid dapat kehilangan CO2 Produk hasil oksidasi memiliki efek terapetik lebih
dari gugus karboksil ketika dipanaskan. Produk urainya rendah. Oksidasi dapat dikatalisa oleh pH ion logam
memiliki potensi farmakologi yang rendah. contohnya tembaga dan besi, paparan terhadap oksigen,
UV.
f. Dekomposisi fotokimia
Paparan pada UV dapat menyebabkan oksidasi (foto
oksidasi) dan fotolisis
pada ikatan kovalen.
I. Interionik
g. Kekuatan Ion Kelarutan dari muatan ion yg berlawanan tergantung
Efek dari jumlah elektrolit yang terlarut terhadap kecepatan pada jumlah muatan
hidrolisis ionnya dan ukuran molekulnya.
dipengaruhi oleh kekuatan ion pada interaksi inter ionik. j. Kestabilan bentuk padat
Secara umum konstanta kecepatan hidrolisis berbanding Reaksi pada kondisi padat relatif bersifat lambat.
tebalik dengan kekeuatan ion dan sebaliknya dengan muatan k. Temperatur
ion. Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat
secara eksponensial
h. Perubahan Nilai pH
Degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat setiap kenaikan 10 derajat suhu.
dipercepat atau
diperlambat secara ekponensial oleh nilai pH yg naik atau
turun dari rentang pHnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai