GIT 2 Shigella
GIT 2 Shigella
Morfologi:
Batang, Gram (-), gerak (-), kapsul (-),
Anaerob fakultatif
Tidak meragi laktosa, kecuali S. sonnei
Spesies penting:
S. dysenteriae
S. flexneri
S. boydii
S. sonnei
• Antigen:
– Kompleks
– Ag O = kuman enterik lain
– Berdasar Ag O kira-kira ada 40 serotipe
• Toksin:
– Endotoksin
– Exotoksin S. dysenteriae
• Meningkatkan sekresi air
• Mempengaruhi SSP
• antigenik
Manifestasi klinis
• Inkubasi: 2 – 3 hari
• Gejala:
– sakit perut
– Diare (cair) berlanjut dengan diare disertai darah & lendir
serta tenesmus
– Durasi 4 hari, bisa 10 hari / lebih
– Berat S. dysenteriae; paling ringan S. sonnei
Shigella
Berkembang dalam
Dosis infektif 101 – 103
lumen usus
Menempel &
menginvasi sel mukosa
ULKUS
Lamina propria:
Nekrose
jaringan •Meradang mikroabses
•Trombosis kapiler
Diagnosis Laboratorium
• Penularan:
“Makanan jari feses lalat”
• Sanitasi makanan dan lingkungan
• Isolasi penderita dan disinfeksi kotoran
• Deteksi carrier dan infeksi subklinik
INFEKSI GIT oleh Genus Clostridia:
Sifat-sifat umum:
• btg (+) gram , memiliki spora (>besar dari badan vegetatif,
memiliki flagel, kecuali beberapa diantaranya mis. C. perfringens
dll
• anaerob (fakultatif --> obligat)
• alamiah ditemukan di alam bebas dan pd sal. cerna hewan dan
manusia, pd umumnya bersifat saprofit
• memiliki spora yg tahan terhadap pengaruh lingkungan.
• Tda :
histotoxic Clostridia (sangat invasif)
tissue infections (wound infectoions)
neurotoxic Clostridia.( tidak invasif )
Histotoxic Clostridia:
• terdiri atas: C.perfringens, C.novyi, C.septicum, C.histolyticum,
C.sordelli, C.fallax dll.
• penyebab Clostridial myonecrosis & gas-gangrene
• isolat satu species tsb diatas + kuman aerob
• campuran beberapa species tsb diatas + kuman.aerob
• prevalensi isolat:
C. perfringens dari (80-90%) kasus
C. novyi dari (40%) kasus
C. septicum dari (20%) kasus
C. histolyticum, C.sordelli, C.fallax dll.
• memiliki aneka ragam toxin dan enzym, guna mempermudah
menginvasi jaringan2 segar berikutnya
• memecah karbohydrat asam & gas terjadi myonecrosis dan
gangrene
• eksudat yg timbul sangat bau (enzym proteolitik)
C. perfringens
morfo-fisiologi:
• spora dibentuk pd lingkungan khusus, tdk berflgel, memiliki
kapsul (isolat baru),
• hemolyse khusus (bertingkat), tingkatan I disebabkan oleh Ø
toxin (ß hemolytic sempurna), tingkatan II disebabkan oleh α
toxin (hemolyse tdk lengkap)
• memiliki enzym lecitinase (α toxin )
• memiliki 12 macam toxin (protein), toxin utama (α, ß, € dan t
toxin).
• dikenal 5 type C.perfringens (type A, B, C, D dan E),
biokimiawinya sama, tetapi, kandungan serta ragam toxin yg
dimiliki tdk sama.
• Kelima type, semua memiliki α toxin dan β toksin hemolyse
bertingkat, & lecitinase (+)
Patogenesis
Spesimen
• keracunan makanan : sisa makanan, tinja (100.000 k/Gr)
• Enteritis necroticans : tinja berdarah sisa makanan dan biopsi
(boleh dipanaskan sebelumnya)
• kultur pd:
1. agar darah hemolyse bertingkat
2. Egg-Yolk Agar lecitinase (+)
3. kaldu susu stormy fermentation.
4. biokimiawi: carbohydrate yg diragi gas
5. tidak memiliki flagel
C.botulinum (Penyebab “botulism” = keracunan makanan)