Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP HALAL DAN HARAM

PADA OBAT, MAKANAN


DAN MINUMAN
Apa saja yang haram?
 “Yang halal sudah jelas dan haram sudah jelas. Di
antara keduanya ada yang subhat. Banyak orang tidak
memahami aapakah barang itu haram atau
halal.Barang siapa meninggalkan itu, itulah yang baik
bagi agamanya. Barang siapa terlibat dengan barang
subhat itu maka dia dapat jatuh ke haram dan
terlarang. Hal ini mirip dengan seseorang yang
menggembala hewan di daerah larangan untuk
memasukinya. Sungguh setiap Tuan memiliki daerah
yang terlarang. Dan larangan Allah itu adalah haram” .
(HR. Bukhari-Muslim)
 “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.Al-
Baqarah, 173).
Yang diharamkan :
 (i) darah, (ii) bangkai, (iii) babi dan turunannya, (iv) daging sembelihan tak islami,
(v) khamr (alkohol), dan Produk bioteknologi dan GMOs.
Bagaimana mengenalnya?

 Makanan, obat, dan kosmetik pada dasarnya adalah bahan/senyawa kimia,


aleh karena itu bahan-bahan itu dan cemaran atau bahan-bahan yang
digunakan dapat dikenal secara kimiawi dengan analisis kimia (kualitatif dan
kuantitatif).

 Analisis kimia dalam konteks ini, lebih difokuskan pada analisis kualitatif (jenis).
Selama bahan haram itu positif ada (terdereksi), maka bahan tersebut haram,
berapa pun kadarnya.

 Item haram dalam obat dan kosmetik relatif lebih mudah diidentifikasi karena
komposisinya sudah dikenal (dicantumkan). Baca label bahan obat!
 Bahan haram dalam makanan sering lebih kompleks, tercamapur dengan
bahan halal (lemak babi dengan berbagai lemak hewan lain atau lemak
nabati) sehingga agak sukar, utamanya bagi orang awam. Namun
demikian dengan kemmajuan metode analisis, pada prinsipnya masih
dimungkinkan untuk mengidentifikasi bahan-bahan haram yang bersifat
“dzati”, tentu saja bagi ahlinya.

 Kalau jumlahnya benar-benar kecil (ng, kelumit) mungkin tidak terdeteksi


karena jumlah (kuantita) di bawah batas deteksi metode yang tersedia.
Mereka bertanya tentang minuman keras dan judi. Katakan kepada
mereka, 'Ada bahaya dan manfaat bagi mereka untuk orang-orang.
Tetapi bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. ”2: 219

Anggur membuat Anda mabuk dan menyebabkan Anda menjadi gila.


Ketika Anda mabuk, Anda tidak diizinkan memasuki masjid apa pun.
Jika Anda melakukannya, Anda akan segera dicekal.
 Ada 2 catatan penting
 Pertama bahan yang keharamannya bukan kerena dzat-nya, tetapi
akibat proses penyembelihannya (bangkai dan daging hasil sembelihan
tidak mmenurut syariat Islam) ---> ummat Islam mesti menyiapkan apa
yang menjadi kebutuhannya! Sembelih sendiri.

 Kedua, turunan kimia (chemical derivatives) dari bahan haram, misal


gliserin yang berasal dari lemak babi (lards), sabun, danMg-stearat
(pengisi tbalet)
Bagaimana mengatasi masalah

 Perlu pencerahan bagi kaum muslimin tentang pemahaman kehalalan


produk yang beredar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Ini bisa dilakukan
lewat lembaga pendidikan, lembaga keagamaan (masjid, pengajian,
dsb) dan penulisan brosur.

 Banyak ummat islam tidak/kurang memahami hukum halal-haram


(pertanyaan dalam dialog tv) sehingga kurang perhatian akan kehalalan
apa yang mereka konsumsi. Demikian pula para produsen dan pebisnis
komoditi penting tersebut.
 Persyaratan kedaruratan yang membolehkan ummat Islam menggunakan
obat yang mengandung bahan haram.
 Tidak/belum ada obat yang halal
 Jiwa pasien terancam
 Atas pertimbangan dokter muslim yg taqwa
 Penyediaan barang konsumsi yang halal hendaknya disediakan oleh
kaum muslimin sendiri. Kita mesti menjadi produsen dan penyedia
(producers and providers) semua yang menjadi keperluan keseharian kita,
tidak hanya sebagai konsumen. Kita memerlukan sentra-sentra produk
halal.
 Komunikasi antara ulama fikih dan ulama kimia/kefarmasian dan lainnya
perlu dijalin secara kontinu.

 Masing-masing pihak mengembangkan pemahaman ilmunya dan


mengkomunikasikannya kepada pihak lain guna merespon
perkembangan produk komoditi yang dari hari ke hari semakin kompleks,
yang kemmungkinan menyangkut kehalalan menurut syariat Islam.
Kandungan Etanol pada Minuman Beralkohol
Kandungan etanol minuman beralkohol dapat dinyatakan dalam persen volume per volume (% v/v),
persen berat per berat (% b/b) atau dinyatakan dalam proof. Nilai proof merupakan rasio 2:1 dibandingkan
kandungan etanol dalam persen volume. Contohnya, minuman dengan kandungan etanol 40 % (v/v)
sebanding dengan 80 proof.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/ Menkes/ Per/ IV/ 77 tentang minuman keras,
minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan
persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu 20oC.
Golongan A: Minuman dengan kadar etanol 1 – 5 persen.
Golongan B: Minuman dengan kadar etanol lebih dari 5 persen sampai dengan 20 persen.
Golongan C: Minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20 persen sampai
dengan 55 persen.[9]
Minuman beralkohol juga dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1.Bir (Beer), 4-6% alkohol
2.Anggur (Wine), 9-16% alkohol
3.3. Spirit, minimal 20% alkohol

Anda mungkin juga menyukai