Anda di halaman 1dari 28

KATARAK

Nada Saskia 1610711028


Putri zalfa 1610711064
An’nisaa Eka R 1610711072
Lisa Septiani 1610711103
Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa
Inggris Cataract, dan LatinCataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya.Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital). (Brunner & Suddart,2001)
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih
dan bening menjadi keruh. (Sidarta Ilyas,2004)
Klasifikasi
Berdasarkan Penyebabnya :
1. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa
atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan
penyebab yang sering. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang
vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
2. Katarak toksika

Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik maupun
dalam bentuk obat tetes mata dapat meneyebabkan kekeruhan lensa. Obat-obat
lain yang diduga menyebabkan katarak antara lain : phenotiazine, chlorpromazine,
obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.
3. Katarak komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang
mempengaruhi fisiologis lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan
antara lain uveitis kronik atau rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan
ablation retinae. Katarak ini biasanya unilateral. Katarak komplikata juga
dapat disebabkan akibat gangguan sistemik seperti diabetes mellitus, distrofi
miotonik, dermatitis atopic,

Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital : Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun
2. Katarak juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile : Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999)
Katarak Senil
Biasanya timbul pada usia 50 tahun
Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper matur
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air+masa lensa
(masuk) keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans


Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit – Glaukoma – Uveitis + glaukoma
Perbedaan katarak insipien, imatur , matur dan
hipermatur
ETIOLOGI
a. Kelainan bawaan/ kongenital
b. Proses penuaan
c. Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun adalah sebanyak
50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
d. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan
distrofi miotonik.
e. Genetik dan gangguan perkembangan
f. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
g. Bahan toksik : kimia dan fisik
h. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis
dan retinitis pigmentosa
i. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 – 0.5%, kortikosteroid
ergot, antikolinesterase topical
Pembentukkan katarak ditandai secara kimiawi
dengan pengurangan ambilan oksigen dan peningkatan
kadar air yang diikuti dengan dehidrasi lensa. Kadar
sodium dan kalsium meningkat,postasium,asam
askorbat,dan protein menurun. Protein lensa mengalami
beberapa perubahan terkait usia seperti menguning
karena pembentukkan komponen flouresen dan
perubahan molekular. Perubahan ini bersama dengan
fotoabsorbsi radiasi sinar ultraviolet sepanjang hidup
mendukung teori bahwa katarak dapat disebabkan
karena proses fotokimiawi.

Patofisiologi
Kemajuan katarak merupakan pola yang dapat diprediksi. Katarak
dimulai dari kondisi katarak imatur yang memiliki gambaran lensa tidak
sepenuhnya opak dan beberapa cahaya masih dapat diteruskan sehingga
penglihatan masih memadai. Pada katarak matur, opasitas terjadi
menyeluruh (katarak disebut matang) katarak hipermatur merupakan
katarak dengan protein lensa mengalami pemecahan menjadi
polipeptida rantai pendek yang merembes keluar dari kapsul lensa.
Pecahan polipeptida ini kemudian difagosit oleh makrofag sehingga
dapat merusak jaringan trabekular menyebabkan glaukoma fakolitik.
Manifestasi Klinis
• Astigmatisme (Penglihatan kabur)
• Diplopia monokular (penglihatan ganda)
• Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
• Tidak nyeri
• Pergeseran miopik (misal: dapat membaca huruf kecil tanpa
menggunakan kacamata)
• Pergeseran warna: lensa pada lansia menjadi jauh lebih absorben pada
ujung biru spektrum
• Brunescens ( nilai warna bergeser menjadi kuning kecoklatan)
• Klien biasanya melihat lebih baik pada cahaya remang-remang
Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi &
implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak dan untuk
menyingkirkan adanya kelainan mata lain selain katarak.
Penatalaksanaan Medis
1. Bedah Katarak Senil
A. Ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK)
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan
pada katarak senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengan kapsul
lensanya dengan memutus zonula Zinn yang telah pula mengalami
degenerasi.

B. Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular (EKEK)


EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut.
2. Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak
modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm
pada sisi kornea. Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi katarak terkini.
Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di
kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur
tersebut sampai bersih.

3. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
4. Kaca Mata Apakia
• Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan,
kaca mata merupakan alat penglihatan yang aman dan harga yang tidak
terlalu mahal.
• Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata terlalu
tebal dan berat, benda akan terlihat melengkungg, terlihat benda lebih
besar 30% dari ukuran sesungguhnya, pada waktu melihat harus selalu
menggerakkan kepala karena melihat dengan bagian tengah lensa,
akibatnya terjadi penyempitan lapang pandangan, serta terdapat bagian
yang tidak terlihat pada lapang pandangan 40-60%.
Komplikasi katarak

Satu komplikasi pascaoperasi yang utama adalah peningkatan


tekanan intraokular yang diperlukan untuk menguatkan kembali beberapa
aktivitas selama periode pascaoperasi.
Aktivitas tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba dengan
meningkatnya tekanan intraokular yang ditandai dengan batuk-batuk,
bengkokan pada pinggang, muntah, bersin dan kemerahan pada mata,
mual dan selalu tidur atau cemas serta lemah pada saat operasi.
Terjadinya konstipasi berat, pusing, dan gejala panas.
Penyebab kedua komplikasi yang utama yaitu infeksi. Perawat
mengobservasi klien tentang adanya peningkatan kemerahan pada mata,
penglihatan tajam, pengeluaran air mata, fotofobia. Cairan tersebut dapat
berbentuk krim yang berwarna putih, kering, dan pekat. Jika pada saat
observasi perawat menemukan adanya warna kuning hijau pada cairan
tersebut, kemungkinan kontak dengan adanya oftamologis.
Perdarahan juga terjadi pada mata bagian depan dan terjadi setiap hari
setelah pembedahan. Darah juga datang akibat insisi, dan iris atau dari tubuh
yang bersilia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran darah dari intraokular
akibat tidak sempurnanya pengobatan hingga melukai jaringan tersebut,
ketidakadekuatan jahitan luka, adanya trauma, dan meningkatnya tekanan
intraokular. Sering terjadi banyak kerusakan penglihatan yang harus dilaporkan
klien.

Komplikasi tersering adalah dislokasi lensa selama pembedahan katarak,


yang sering menyebabkan uveitis berat, glaucoma, dan kondensasi vitreous.
Apabila dibiarkan, penglihatan dapat hilang selamanya. Terapi untuk dislokasi
lensa dan fragmen lensa telah semakin baik akibat kemajuan dalam teknik
vitrektomi.
Asuhan Keperawatan Katarak
1. Pengkajian
a. Identitas Klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, pekerjaan,
status perkawinan. Katarak biasanya lebih banyak pada orang yang berusia lanjut.
Pekerjaan yang sering terpapar sinar ultraviolet akan lebih berisiko mengalami katarak.
b. Riwayat kesehatan: diagnosa medis, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat kesehatan terdahulu terdiri dari penyakit yang pernah dialami, alergi,imunisasi,
kebiasaan/pola hidup, obat-obatan yang digunakan, riwayat penyakit keluarga. Keluhan
utama yang dirasakan yaitu penurunan ketajaman penglihatan dansilau.
c. Riwayat penyakit saat ini
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga: Biasanya terdapat keluarga yang lain yang juga mengalami
katarak.
f. Genogram
g. Pengkajian Keperawatan:
§ Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan : Persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan berbeda pada setiap klien.
§ Pola nutrisi/metabolik : Tidak ada gangguan terkait pola nutrisi dan metabolic
klien.
§ Pola eliminasi : Tidak ada gangguan pada pola eliminasi klien.
§ Pola aktivitas & latihan : Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
§ Pola tidur & istirahat : Tidak ada gangguan pola tidur dan istirahat yang disebabkan oleh
katarak.
§ Pola kognitif & perceptual : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di
ruanggelap.
§ Pola persepsi diri : Klien berisiko mengalami harga diri rendah karena kondisi yang
dialaminya.
§ Pola seksualitas & reproduksi : Tidak ada gangguan pada pola seksualitas dan reproduksi yang
diakibatkan oleh katarak.
§ Pola peran & hubungan : Pola peran dan hubungan klien akan
terganggu karena adanya gangguan pada penglihatannya.
§ Pola manajemen & koping stress
§ Klien dapat mengalami stress karena klien tidak dapat melihat
secara jelas seperti sebelumnya.
§ Sistem nilai dan keyakinan : System nilai dan keyakinan seseorang
akan berbeda satu sama lain.

h. Pemeriksaan fisik
§ Keadaan umum, tanda vital
§ Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): kepala, mata, telinga,
hidung, mulut, leher, dada, abdomen, urogenital, ekstremitas, kulit dan kuku, dan
keadaan lokal.Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002).
2. Diagnosa
Sebelum operasi
a. Gangguan persepsi sensori visual/penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan,penglihatan ganda.
b. Risiko cedera b.d disfungsi integrasi sensori
c. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
Setelah operasi
a. Nyeri akut b.d agens cedera fisik (prosedur bedah)
b. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Diagnosa NOC NIC
Sebelum operasi 1. Meningkatkan ketajaman 1. Mempertahankan lapang ketajaman
penglihatan dalam batas situsi penglihatan tanpa kehilangan lebih
Gangguan persepsi individu lanjut.
sensori visual/penglihatan 2. Mengenal gangguan sensori dan 2. Tentukan ketajaman penglihatan, catat
berhubungan dengan berkompensasi terhadap perubahan apakah satu atau kedua mata terlibat.
penurunan ketajaman 3. Mengidentifikasi memperbaiki
penglihatan,penglihatan potensial bahaya dalam lingkungan 3. Orientasikan pasien terhadap
ganda. lingkungan, staf, orang lain di areanya.
4. Lakukan tindakan untuk membantu
pasien untuk menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, atur
perabot/mainan, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.
Risiko cedera b.d Kepuasan klien : keamanan (3010) Pencegahan jatuh (6490)
disfungsi integrasi sensori 1. Mampu menggunakan alat-alat 1. Identifikasi kebiasaan dan faktor-
keamanan untuk mencegah cedera faktor yang mengakibatkan risiko jatuh
2. Mampu mengenali tanda-tanda 2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang
peringatan adanya lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya risiko jatuh
berisiko (lantai licin)
Pengetahuan : pencegahan jatuh (1828) 3. Sediakan alat bantu (tongkat,walker )
1. Mampu menggunakan alat bantu 4. Ajarkan cara penggunaan alat bantu
dengan benar (tongkat atau walker )
2. Mampu latihan untuk mengurangi 5. Instruksikan pada klien untuk meminta
risiko jatuh bantuan ketika melakukan perpindahan,
jika diperlukan
6. Ajarkan pada keluarga untuk
menyediakan lantai rumah yang tidak licin
7. Ajarkan pada keluarga untuk
meminimalkan risiko terjadinya jatuh
pada pasien
Ansietas b.d ancaman Kontrol kecemasan diri (1402) Pengurangan kecemasan (5820)
pada status terkini 1. Mampu menggunakan teknik 1. Identifikasi tingkat kecemasan
relaksasi untuk mengurangi 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
kecemasan meyakinkan
2. Mampu tidur dengan adekuat 3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
3. Mampu mengendalikan respon pelaku klien
kecemasan 4. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
4. Mampu mengurangi penyebab dirasakan selama prosedur
kecemasan 5. Dengarkan klien
6. Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
7. Dorong keluarga untuk menemani klien
yang dengan cara yang tepat
Setelah operasi Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri (1400)
1. Nyeri yang dilaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuklokasi,
Nyeri akut b.d agens berkurang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor pencetus
cedera fisik 2. Ekspresi nyeri wajah hilang 2. Observasi reaksi nonverbal mengenai ketidaknyamanan
(prosedur bedah) 3. Dapat beristirahat 3. Kurangi faktor pencetus nyeri
4. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi, terapi musik)

Pemberian analgesik (2210)

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum


mengobati pasien
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat
analgesik yang diresepkan
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari
satu diberikan
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
6. Evaluasi keefektifan analgesik, tanda dan gejala (efeksamping)
Resiko infeksi b.d Pengetahuan : manajemen infeksi (1842) Kontrol infeksi (6540)
prosedur invasif 1. Klien bebas tanda dan gejala infeksi 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
2. Klien paham faktor yang digunakan pasien
berkontribusi terhadap infeksi 2. Batasi pengunjung bila perlu
Kontrol resiko (1902) 3. Anjurkan pengunjung
1. Perubahan status kesehatan untuk mencuci tangan pada saat
terkontrol memasuki dan meninggalkan ruangan
2. Faktor resiko terkendali pasien
4. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci t
angan
5. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah tindakan perawatan
Perlindungan infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Anjurkan istirahat
4. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
cara menghindari infeksi
Daftar pustaka
• Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
• Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung:
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan PajajaranNettina,
Sandra M. 2001.
• Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta:
EGCSidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
• NANDA NIC NOC

Anda mungkin juga menyukai