Anda di halaman 1dari 7

talqin artinya : mengajar, memahamkan secara lisan.

Sedangkan menurut istilah, talqin adalah : mengajar dan mengingatkan


kembali kepada orang yang sedang naza’ atau kepada mayit yang baru
saja dikubur dengan kalimah-kalimah tertentu.
Orang dewasa atau anak yang sudah mumayyiz yang sedang naza’
(mendekati kematian) itu sunat ditalqin dengan kalimat syahadat, yakni
kalimat laa ilaaha illallah. Dan sunat pula mentalqin mayit yang baru
dikubur, walaupun orang itu mati syahid, apabila meninggalnya sudah
baligh, atau orang gila yang sudah pernah mukallaf sebelum dia gila.
Rukun haji
1. Ihram
Yaitu berniat untuk haji. Sebagaimana dalam shalat niat itu diwajibkan, begitupun niat
dalam haji maupun umrah. Apabila tidak melaksanakan ihram, maka ibadah hajinya tidak
sah.
2. Wukuf di Arafah
Yaitu berdiam diri di Arafah. Wukuf merupakan rukun haji terpenting
3. Thawaf Ifadhah
Setelah wukuf di Arafah, jamaah haji menuju Masjidil Haram, untuk melakukan thawaf,
yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.
4. Sa’i
Yaitu berlari-lari kecil dari bukit Shafa dan Marwah, dimulai dari bukit Shafa, kemudian
berjalan sampai tujuh kali perjalanan hingga berakhir di bukit Marwah.
5. Tahallul
Yaitu terbebasnya seseorang dari larangan ihram selama menjalankan ibadah haji.
Tahallul seringkali ditandai dengan memotong sebagian rambut atau mencukur seluruh
rambut. Bagi kaum perempuan cukup memotong atau menggunting tiga helai rambut
saja
Wajib haji
1. Melakukan Ihram dari miqat
Miqat artinya batasan. Miqat ada dua macam, miqat zamani (miqat waktu) dan
miqat makani (miqat tempat)
Miqot zamani yaitu batasan waktu yang orang harus memulai amalan haji dan
umrah. Bagi Haji adalah pada bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Dzul Qa’dah dan Dzul-
Hijjah. Adapun miqot zamani Umroh adalah sepanjang tahun, tidak ada batas
waktu tertentu.
Miqat makani yaitu batasan tempat yang orang harus memulai amalan Haji atau
Umroh.
6. Thawaf Wada
Yaitu melakukan thawaf atau berputar mengelilingi Ka’bah
sebanyak tujuh kali putaran sebelum meninggalkan kota
Mekkah yang merupakan amalan terakhir dalam
rangkaian kegiatan ibadah haji.
Wajib haji
2. Mabit di Muzdalifah
Yaitu menginap atau bermalam di Muzdalifah pada malam 9 Dzul Hijjah
atau selepas dari wukuf di Arafah (bagi yang wukuf pada siang hari).
3. Melontar Jumroh Aqobah
Yaitu melemparkan batu kecil sebanyak tujuh kali lemparan ke jumrah
Aqobah, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah.
4.Melontar ketiga Jumroh dimulai dari Jumroh Ula, Wustho, dan
Aqobah
Melontar ketiga jumrah pada hari-hari tasyriq yaitu tanggal 11, 12, dan
13 Dzulhijjah setiap jumroh tujuh kali lemparan batu.
5. Mabit di Mina
Yaitu bermalam di Mina pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah (hari-hari
Tasyriq)
Beberapa perbedaan antara Haji dan Umrah, antara lain :
Niat melaksanakan Haji dan Niat melaksanakan Umrah berbeda dan tidak dapat
disamakan.Ibadah Haji hanya dilaksanakan dari bulan Syawal hingga Dzulhijah,
sedangkan Umrah dapat dilaksanakan kapan saja.Ibadah Haji bersifat terbatas
(Terdapat kuota jamaah), sedangkan Umrah tidak memiliki batas jamaah.Ibadah
haji terdapat rukun Wukuf, mait di mudzdalifah dan mina, serta melempar jumrah,
sedangkan Umrah tidak terdapat.Ibadah haji bersifat wajib, sedangkan Umrah
bersifat sunnah.
Nomer 9
Akhlak mahmudah adalah akhlaq yang terpuji, yaitu segala macam bentuk
perbuatan, ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa menambah iman dan
mendatangkan pahala. Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang mencerminkan
ajaran Rosulullah SAW
Demikian, orang yang bisa menghormati orang lain pasti akan bertindak sopan
santun kepadanya, tidak berbuat sesuka hati, tidak semenah-menah, dan mampu
memberikan hak orang lain dalam berhubungan sosial.
Nomer 5
Belum bisa mengeluarkan zakat, karena dalam syarat berzakat apabila dia sudah
memiliki pekerjaan dengan kontrak setahun blm haul. Jadi jika masih 6 bulan
kontrak belum wajib mengeluarkan zakat
Nomer 1
Najis mutawassithah dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu
najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru
kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.

Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai ruang tamu,
umpamanya, maka langkah pertama untuk menyucikannya adalah dengan
membuang lebih dahulu kotoran yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya
sudah tidak ada dan yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa
wujud kotoran itu sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan
lantai juga terlihat kering) baru kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena
najis tersebut. Tindakan menyiramkan air ini bisa juga diganti dengan mengelapnya
dengan menggunakan kain yang bersih dan basah dengan air yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai