Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT IPTEK

BAB 9
LOGIKA
OL E H :

YUNUS TJANDI/P08 003 05 009


HALIDIN ARFAN/P08 003 05 014
Logika
Logika dapat didefinisikan sebagai : pengkajian untuk berfikir secara
sahih.
Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses berpikir
berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan
suatu penalaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan.

CARA BERPIKIR SECARA LOGIS TERBAGI DUA,


YAITU : INDUKSI DAN DEDUKSI
INDUKSI MERUPAKAN SUATU CARA BERPIKIR DI MANA
DITARIK SUATU KESIMPULAN YANG BERSIFAT UMUM
DARI BERBAGAI KASUS YANG BERSIFAT INDIVIDUAL.
DEDUKSI ADALAH SUATU CARA BERPIKIR DI MANA
DARI PERNYATAAN YANG BERSIFAT UMUM DITARIK
KESIMPULAN YANG BERSIFAT KHUSUS.
Contoh suatu pemikiran induksi :
fakta memperlihatkan : kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-binatang
lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa:
semua binatang mempunyai mata.

Contoh suatu pemikiran deduksi :


contoh berikut memakai pola berpikir yang dinamakan silogismus,
suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam menarik kesimpulan
secara deduksi.
Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor)
Si Polan adalah seorang mahluk (Premis minor)
Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan secara deduksi harus memenuhi
syarat:
Premis mayor harus benar
Premis minor harus benar
Kesimpulan harus sahih (mempunyai keabsahan)
2. Penalaran
Penalaran merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan adanya penalaran pada manusia, maka
manusia dapat seperti sekarang ini dan menjadi penguasa di bumi,
tempatnya hidup.
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia
kekuasaannya.
Manusia secara terus menerus, melalui ilmu pengetahuannya, harus
mengambil pilihan: mana jalan yang benar mana yang salah, mana
tindakan yang baik mana yang buruk dan apa saja yang indah dan
apa saja yang jelek.

Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena dua hal :


Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dipakai untuk
berkomunikasi
Kedua, manusia mempunyai daya nalar, yang dipakai untuk
mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap menurut
suatu alur pikir tertentu
Hakikat Penalaran
Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar.
Sebagai kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu:
Pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut
logika
Kedua, adanya proses analitik dari proses berpikirnya
a. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir berjalan menurut
pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) tegasnya,
menurut logika berpikir yaitu :deduksi-induksi ;
rasionalism-empirism; abstrak-kongkrit; apriori-
aposteriori).
b. Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola
berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu
(metode ilmiah/penelitian).
Logika ilmiah menggabungkan penalaran induktif dan deduktif atau
gabungan empirisme dengan rasionalisme hingga menemukan
kebenaran sementara atau hipotesis.
Hipotesis harus dibuktikan melalui kritisisme (Imanuel Kant) seperti
yang telah diuraikan dalam kritik ilmu atau Filsafat Ilmu
Pengetahuan.
3. Sumber Pengetahuan
Terdapat dua cara pokok untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar :
a. Berdasar kepada rasio
b. Berdasar kepada pengalaman (empiris)

Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam penalaran.


Premis yang dipakai dalam penalaran didapat dari ide yang menurut
anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini dianggap sudah ada
sejak dahulu, jadi bukan ciptaan manusia, yang mana manusia
hanya memperolehnya dari pemikirannya.
Kaum empiris menyatakan sebaliknya, bahwa pengalaman diperoleh
dari pengalaman yang kongkret, bukan hasil pemikiran yang abstrak
Kriteria Kebenaran
Beberapa teori tentang kebenaran dibahas pada bagian ini.
Teori kebenaran yang pertama disebut : teori koherensi. Di mana
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten denan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
Teori yang kedua adalah : teori korespondensi.
Di mana suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan)
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu. Contoh : penyataan
“Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta” adalah benar karena
bersifat faktual, sementara pernyataan : Ibu kota Republik Indonesia
adalah Bandung” adalah salah karena tidak bersifat faktual.
Kedua teori di atas dapat dipergunakan dalam cara berpikir
ilmiah.

Sedangkan untuk menemukan kebenaran ilmiah,


disamping Logika harus disertai dengan :
1. Penggunaan bahasa yang jelas, mudah ditafsirkan
hingga tidak salah persepsi.
2. Penggunaan metode ilmiah seperti yang telah
diutarakan dipengembangan ilmu pengetahuan.
3. Penggunaan analisis dan statistik hingga menemukan
kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan dan bukan
kebenaran karena perasaan atau perkiraan.
Teori lain adalah : teori pragmatis.
Teori ini menyatakan kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis Dalam teori ini , suatu pernyataan di
masa lalu benar, bisa saja menjadi salah pada saat ini.
TERIMA KASIH
YUNUS . T & HALIDIN. A

Anda mungkin juga menyukai