empat hal pokok yang menjadi rujukan untuk solusi setiap persoalan hukum islam,
Dengan uraian sebagai berikut :
Pertama Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa taat kepadaNya hal ini berarti kita diwajibkan mengikuti AL QUR’AN Kedua Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa taat kepada rosulullah SAW. hal ini berarti kita diwajibkan mengikuti AL HADIST Ketiga : Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa taat ulil amri hal ini berarti kita diwajibkan mengikuti IJMA’ ulama, yakni segala hal yang telah menjadi kesepakatan ulama karena pada batasan tertentu ulama telah memiliki otoritas dalam masalah agama. Keempat : pada saat terjadi perselisihan diantara para ulama, allah memerintahkan kepada kita agar mengembalikan segala permasalahan tersebut kpd allah dan rosulnya, hal ini berarti kita diwajibkan untuk mengikuti QIYAS ketika sama sekali tidak ditemukan dalil al Qur’an al Hadist atau Ijma ulama. IMAM SAIFUDDIN ALI BIN MUHAMMAD AL AMIDI (551-631 H. / 1156 – 1233 M.) menjelaskan bahwa dalil syara’/agama pertama adalah al Qur’an karena datang langsung dari Allah SAW. Yang kedua al Hadist karena berfungsi untk menjelaskan al qur’an Ketiga ijma, karena Ijma (kesepakatan ulama) selalu berpijak pada al quran dan hadist. keempat adalah Qiyas, karena proses qiyas tetap berpedoman pada al Qur’an, al Hadist, dan juga ijma AL QUR’AN Mu’jizat yang paling utama dan istimewa yang bisa melemahkan musuh (orang-orang kafir) dan bernilai ibadah ketika dibaca. Imam as syuyuthi menyatakan : القرأن هو اللفظ المنزل على محمد ص ع س لإل عجاز بسورة منه المتعبد (69 ص1 بتالوته ( الكواكب الساطع
Secara keseluruhan al Qur’an terdiri dari 6666
ayat, 114 dan 30 juz Allah menjamin bahwa al Qur’an terjaga dari usaha-usaha yang akan merubah, ,menambah, mengurangi meskipun hanya sebagian ayat saja QS. AL HIJR : 9 AL HADIST Adalah sesuatu yang berhubungan dengan nabi baik berupa ucapan, perbuatan dan ketetapan. Sebagian ulama menyatakan : قال بعض العلمأ الحديث هو ما أضيف للنبي صلى هللا عليه وسلم من قول اوفعل اوتقرير )51 (المنهل اللطيف فى أصول الحديث الشريف ص Al Hadist adalah segala hal yang disandarkan kepada nabi muhammad SAW. Baik berupa ucapan, tindakan atau ketetapan. ( al minhal al latif hal. 51) PEMBAGIAN AL HADIST Secara garis besar hadist d bagi menjadi 3 1. Hadist qauli Semua ucapan rosul yg menjelaskan sebuah hukum, seperti perintah berpuasa d bulan ramadhan ketika tanggal 1 telah terlihat dan begitupun 1 syawwal. Dari abi hurairah HR. Muslim 2. Hadist fi’li Perbuatan nabi yang berhubungan dengan hukum syara’ seperti tata cara sholat, HR. Imam muslim صلوا كما رأيتمونى أصلى 3. Hadist taqriri Ketetapan atau persetujuan nabi atas perbuatan yg dilakukan oleh para sahabatnya, contohnya ketika nabi mengetahui salah satu sahabatnya melakukan tayamum ketika tdk ada air. HR. Imam muslim KEKUATAN SEBUAH HADIST Hadist shohih Yaitu hadist yang diriwayatkan oleh orang yang adil, memiliki daya ingat yang kuat, memiliki sanad yang muttasil kepada rosulullah SAW. (mata rantai), tidak memiliki kekurangan dan tidak syadz (menyalahi aturan umum). Para ulama sepakat bahwa hadist shahih dapat di jadikan dalil hukum, aqidah dan lainnya. Hadist hasan Yaitu hadis yang tingkatannya di bawah hadist shohih karena yang meriwayatkan (rawi) drajatnya lebih rendah daripada yang meriwayatkan hadist shohih. Para ulama sepakat b hwa hadist hasan bisa dibuat dalil sebagai mana hadist shohih, yakni sebagai rujukan terhadap masalah hukum, aqidah islam, dan lainnya. Hadist dhoif Yaitu hadist yang tingkatannya tidak sampai pada hadist shohih dan hadist hasan, karena yang meriwayatkan hadist ini adalah orang orang yang tdk memenuhi syarat sebagai rawi hadist shohih dan hasan. IJMA’ Adalah kesepakatan para ulama dalam suatu masa untuk menjawab berbagai masalah yang baru terjadi. ijma’ merupakan salah satu cara untuk menetapkan sebuah hukum dari permasalahan yang terjadi berdasarkan dalil. Sebagian ulama ahli ushul fiqh menyatakan : اإل جماع هو إتفاق علماء أهل العصر على حكم الحادثة )44 : (الورقات فى اصول الفقه Ijma adalah kesepakatan para ulama pada masanya terhadap hukum untuk permasalah yang baru. Menetapkan hukum berdasarkan kesepakatan para ulama (ijma’) bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya menurut syara’. Allah berfirman dalam al qur’an surat an nisa ayat 115. Ijma pernah dilakukan oleh para sahabat dalam masalah sholat tarawih yang dilakukan secara berjamaah selama satu bulan penuh dibulan romadhon (pada masa kholifah umar bin khattab) Adzan dua kali pada saat sholat jum’at (pada masa khalifah ustman bin affan) Pengumpulan al qur’an (pada masa khalifah abu bakar assiddiq) QIYAS Qiyas merupakan salah satu cara yang dibenarkan oleh syara’ untuk menjawab permasalahan yang timbul yang tidak ditemukan dalil yang jelas dari al qur’an atau al hadist. Qiyas adalah menyamakan hukum cabang (far’u) pada hukum asal (pokok) karena adanya alasan hukum (illatul hukmi) yang sama. Imam ibnu hajib al maliki (507-646 H./1174-1249 M.) berkata : )289 القياس هو مساواة الفرع االصل فى علة الحكمه (الحضرى اصول الفقه Qiyas adalah persamaan far’u (masalah yang disamakan) dengan asal (masalah yang di buat persamaan) dalam segi illat hukumnya (penyebab sebuah hukum) “. (al hadlari hal. 289) Allah SWT. Berfiman dalam surat al hasyr ayat 2 Salah satu contoh qiyas adalah kewajiban meninggalkan segala jenis pekerjaan ketika adzan sholat jum’at telah dikumandangkan. Hal tersebut disamakan dengan kewajiban meninggalkan jual beli pada saat adzan jum’at di kumandangkan. Allah SWT. Berfirman dalam surat al jum’ah ayat 9 KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa dalil dan pemikiran
serta penjelasan diatas, bisa disimpulkan, bahwa ulama tetap menggunakan al qur’an dan al hadist sebagai sumber hukum yang paling utama, setelah tidak di temukan nash (dalil) yang jelas dari al Qur’an atau al Hadist, baru ijma dan qiyas digunakan.