Anda di halaman 1dari 38

Aspek SOSBUD

pada
KB dan Kehamilan

Febri Endra B.S, dr., M.Kes


1
Aspek Sosial Budaya
Di negara maju terdapat unsur sosbud yang dapat
menunjang peningkatan status kesehatan antara lain:
1. Tingkat pendidikan yang optimal
2. Sosial ekonomi yang tinggi,
3. Lingkungan hidup yang baik

Negara berkembang terjadi sebaliknya menuntut


YANKES harus mempelajari masalah dengan sebaik-
baiknya  peningkatan derajat kesehatan bangsa
Indonesia
2
Lanjutan ...............
Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kesehatan
Masyarakat Indonesia, masalah yang kita hadapi
adalah:
a. Jumlah penduduk yang besar dengan
b. Pertumbuhan yang cukup tinggi
c. Penyebaran yang tidak merata
d. Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah
terutama pada golongan wanita
e. Kebiasaan yang negatif yang berlaku di masyarakat
f. Adat istiadat & kepercayaan yang kurangnya peran
terhadap pembangunan kesehatan masyaakat.
3
Lanjutan ................

Masalah lain yang sering muncul adalah dampak dari


industrialisasi adalah timbulnya kawasan kumuh, serta
Ibu-Ibu karier tidak/ kurang memberi ASI pada bayinya
secara optimal

Kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung


adalah semangat gotong royong dan kekeluargaan
serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan.

4
KB......menurut WHO

• Tindakan yang membantu pasangan suami istri


untuk:
- Menghindari kehamilan yg tidak diinginkan
- Mendapatkan kelahiran yg memang diinginkan
- Mengatur interval diantara kehamilan
- Mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dgn umur suami-istri
- Menentukan jumlah anak dalam keluarga

5
KB dan Kesehatan Reproduksi
Tujuan program KB dan Kesehatan Reproduksi
a. Pemenuhan hak-hak reproduksi
b. Promosi, pencegahan dan penanganan
masalah-masalah kesehatan reproduksi dan
seksual
c. Kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi dan
anak

Oleh karena itu:


Program KB dipandang sebagai bagian yang
integral dari persoalan Kesehatan
Reproduksi

6
KB dan Kesehatan Reproduksi
• Karakteristik pembangunan antara lain
dilaksanakan melalui pengendalian
pertumbuhan penduduk KB perwujudan
Keluarga Kecil Berkualitas  Pengembangan
kualitas penduduk.

• KB pengendali pertumbuhan penduduk


telah banyak mengubah struktur
kependudukan Indonesia mengubah
pandangan hidup penduduk terhadap nilai
anak serta kesejahteraan dan ketahanan
keluarga.
7
NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera
• Penekanan  pengaturan kelahiran
• Paradigma baru: Keluarga berkualitas 
a. Keluarga yg maju
b. Mandiri
c. Mampu merencanakan & mengatur
proses reproduksi
d. Sejahtera lahir-batin
e. Sanggup menghadapi tantangan masa
depan

8
Misi NKKBS

• Menekankan pentingnya upaya


menghormati hak-hak reproduksi
sebagai upaya integral dalam
meningkatkan kualitas keluarga

9
Indikator dan Pengertiannya
Indikator KB yang umum dipakai adalah:

1. Pernah Pakai KB (Ever users)


2. Angka Prevalensi Kontrasepsi (CPR)
3. Angka Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi
(AKPR)
4. Kontraseptif mix .

10
Pernah Pakai KB (Ever users)
Banyaknya perempuan usia 15-49 yang berstatus kawin (PUS)
yang pernah memakai sesuatu cara KB dari seluruh perempuan
usia subur yang berstatus kawin.

Tujuan:
.
• mengetahui potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di
kalangan PUS.
• Kalau diketahui alasan mengapa para perempuan yang
pernah pakai KB itu berhenti ber-KB maka pelaksana
program akan dapat memperbaiki pelayanan atau
mengarahkan program kepada hal-hal yang lebih tepat 11
sasaran.
Angka Prevalensi Kontrasepsi
(Contraceptive Prevalence Rate)/CPR
Persentase PUS yang sedang pakai alat/cara KB

PUS yang sedang ber KB


CPR = x 100
Jumlah PUS

Tujuan:
• Menetapkan kebijakan pengendalian
. kependudukan
• Penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan
pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD,
persiapan alat dan obat kontrasepsi,
• Pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan
menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.
12
Angka Kelangsungan Pemakaian
Kontrasepsi (AKPR)
Jumlah pemakai dan lama pemakaian
dibandingkan dengan jumlah orang dan
jumlah bulan terpapar

Jumlah yang pakai KB x jumlah bulan pakai KB


AKPR =
Populasi x bulan pemaparan

13
Kontraseptif Mix (Contraceptive Use
Mix)
Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB
(contraceptive use mix) adalah banyaknya PUS yang
memakai alat/cara KB tertentu per 100 pasangan usia
subur (PUS).

Tujuan:
• Mengetahui alat/cara KB yang mana yang paling disukai
oleh PUS didaerah tertentu pada waktu tertentu.

14
Indikator Lain
1. Angka Kelangsungan Penggunaan Kontrasepsi
(Contraceptive Continuation Rate)/CCR
Proporsi pengguna alat/cara KB yang masih menggunakan alat/cara KB
tertentu setelah suatu periode terpapar, misal satu tahun, terhadap
risiko tidak meneruskan penggunaan alat/cara KB
2. (Contraceptive Discontinuation Rate)/CDR
Proporsi yang tidak menggunakan alat/cara KB pada periode terpapar
termasuk karena kegagalan atau tidak meneruskan penggunaan karena
alasan lain
.
CDR = 1-CCR
3. Angka Kegagalan Kontrasepsi (Contraceptive Failure
Rate)
Rasio kelahiran yang tidak diinginkan terhadap durasi keterpaparan
kontrasepsi
15
4. Efektifitas Kontrasepsi (Contrceptive Effectiveness)
Tingkat dimana penggunaan alat/cara KB menurunkan
kemampuan untuk subur

• Angka ini merupakan peluang seorang perempuan yang


aktif secara seksual, subur, dan tidak menggunakan
alat/cara KB untuk hamil .
• Angka ini juga merupakan proporsi penurunan dalam
kemampuan untuk subur yang disebabkan oleh
penggunaan alat/cara KB tertentu

16
Permasalahan KB

• Perubahan sosial budaya (faktor


pendorong & penghambat) 
pendekatan sos-bud
• ≠ perbaikan teknik kontrasepsi 
perubahan perilaku masyarakat
• Pemberi pelayanan & sasaran pelayanan

17
Faktor Sosial Budaya

Pemberi Pelayanan Sasaran


• Lokasi • Pengetahuan tentang
• Petugas metode kontrasepsi
• Waktu pelayanan • Usia
• Informasi gejala • Lama perkawinan
sampingan • Kepercayaan (Agama)
• Komunikasi • Adat istiadat & Sistem
• Biaya pelayanan keluarga
• Perceraian
• Jumlah & Nilai anak
• Kekerabatan
18
25 Rintangan Komunikasi dalam KB:
(Donald J. Bogue)

1. Perasaan takut bahwa kesehatan akan


terganggu karena terlalu lama pakai Pil, IUD
atau alat kontrasepsi lain
2. Perasaan takut akan akibat sampingan
sementara karena pakai Pil, IUD
3. Para petugas Yankes kurang menyadari
bahwa rakyat menginginkan KB
4. Perasaan takut tanpa alasan terhadap metode
vasektomi
19
19
5. Kurangnya komunikasi suami istri tentang
ukuran besar keluarga ideal, jarak antar
anak, metode kontrasepsi
6. Kurangnya perhatian tentang perencanaan
jarak anak di kalangan generasi muda
7. Kesukaran memisahkan unsur seks dari KB
dan mengurangi perasaan malu tentang
perilaku KB
8. Pengaruh negatif dari peer group dan
orang-orang yg lebih tua
9. Desas desus tentang KB
10. Kurangnya kesadaran tentang pelayanan
KB
20
20
11. Kegagalan dalam menyebarkan informasi tentang
sumber-sumber pelayanan KB yang bersifat
pribadi dan komersial
12. Prasangka yang setuju dan yang menentang
metode KB
13. Sikap masyarakat yang menganggap status wanita
rendah dan kurang mendukung perjuangan hak-
hak wanita
14. Kebosanan dan kesembronoan, kelalaian dalam
menggunakan kontrasepsi
15. Keinginan untuk mempunyai keluarga besar
karena alasan pribadi
16. Sikap menerima peranan nasib sebagai faktor
penentu masa depan
17. Kecemasan terhadap kegagalan alat kontrasepsi

21
21
18. Keinginan memperoleh anak laki-laki
19. Mengabaikan pengawasan lingkungan,
perkembangan ekonomi nasional, kesejahteraan
masyarakat sebagai motif untuk menjalankan KB.
20. Perasaan tidak aman di hari tua
21. Mortalitas bayi yang tinggi
22. Ketidaksetiaan terhadap pasangan dan
hubungannya dengan KB
23. Nilai ekonomi anak yang terlalu dibesar-besarkan
24. Keseganan memberikan infomasi KB kepada remaja
dan orang dewasa yang belum nikah
25. Kurangnya penekanan mengenai keuntungan
langsung manfaat jangka pendek program KB

22
22
Perilaku KB
1. Pemakaian (contraceptive use)
2. Pemilihan (contraceptive choice)
3. Kegagalan (contraceptive failure)
4. Penggantian (contraceptive switching)

23
23
Pola dan Perbedaan Perilaku
Pemilihan KB Berdasarkan
Pengetahuan
• Metode tradisional:
a. Memperpanjang masa menyusui anak
b. Minum jamu tertentu
c. Pemijatan oleh dukun pada bulin 35 hari

• Metode modern:
a. Hormonal
b. Mekanis

24
Pola dan Perbedaan Perilaku
Pemilihan KB Berdasarkan Lama
Perkawinan
 Untuk yang baru menikah pemakaian KB rendah
karena ingin punya anak
 Yang menikah selama 10-19 tahun berKB untuk
menjarangkan kelahiran
 Perempuan yang sudah 20 tahun atau lebih
menikahnya, biasanya menyadari
. kesuburannya
berkurang dan frekuensi hubungan suami istri
berkurang, sehingga pamakian KB rendah

Grafik Berbentuk U terbalik


25
Jenis Kontrasepsi Berdasarkan
Usia Perkawinan 3 fase
• Fase menunda/ mencegah kehamilan
 Usia muda < 20 th
 Prioritas penggunaan pil KB & IUD
• Fase menjarangkan
 Usia pertengahan ( 20-30 th)
 Prioritas penggunaan IUD
• Fase menghentikan/mengakhiri
 > 30 th
 Prioritas kontrasepsi mantap

26
Pola dan Perbedaan Perilaku
Pemilihan KB Berdasarkan Nilai Anak

• Anak memberikan kebahagiaan pada orangtua


• Anak sebagai jaminan hari tua & membantu
ekonomi keluarga
• Anak memberikan rasa aman bagi keluarga
• Pandangan banyak anak banyak rezeki

27
Pola dan perbedaan perilaku
Pemilihan KB Berdasarkan jumlah
anak lahir hidup
• Kelompok yang memiliki anak 3 dan 4+  meningkat
• Kelompok memiliki anak kurang dari 3  menurun. Jadi
semakin banyak Anak Lahir Hidup (ALH) makin tinggi
yang ber KB
• Untuk kelompok yang memiliki ALH 0 dan 1, kelompok
usia muda (15-19 tahun)  tinggi  mengatur jarak
.
kelahiran anak (menjarangkan kelahiran)
• Utk kelompok sedangkan yang ALH nya banyak
menggunakan KB untuk membatasi kelahiran.

28
Aspek Sosial Budaya Yang
Berhubungan IBU
 Angka kematian ibu yang tinggi, menurut sensus
kesehatan rumah tangga. ( SKRT ) angka kematian Ibu
maternal 450 / 100 000 kelahiran hidup  salah satu
indikator derajat kesehatan dimana jumlah yang banyak
adalah Ibu masa hamil, partus dan nifas.
 Tingkat pendidikan wanita yang rendah, terutama pada
wanita dewasa muda masih berkisar 25,7 %, kondisi ini
menyebabkan ibu-ibu tidak mengetahui perawatan
semasa hamil, kelahiran, perawatan bayi, dan semasa
nifas, juga tidak mengetahui kapan kapan datang ke
pelayanan kesehatan

29
Lanjutan

Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara


pemilihan jenis/ bahan makanan, cara memasak
dan cara penyajian secara serasi
Sebagian besar ibu-ibu masih berpandangan
“makan “ itu yang penting kenyang tanpa
memperhatikan nilai gizi
Pengaruh pola makan terhadap timbulnya
penyakit mis : anaemi, pre eklamsi, Diabites
melitus dll

30
lanjutan

Budaya pantang terhadap makan makanan


tertentu yang mestinya sangat dibutuhkan
Proses kehamilan & persalinan merupakan
penyebab kematian tertinggi pada wanita yang
berkisar 94,4% disebabkan perdarahan, infeksi,
dan anaemi.

31
Aspek Sosial Budaya Yang
Berhubungan Anak
• Angka kematian bayi masih tinggi yaitu 58/1000 kelahiran
hidup. Jenis kematian adalah jenis penyakit antara lain
Tetanus, campak, pertusis, dan sebab lain yaitu BBLR
• Angka kematian balita masih 10,6/1000, 31% dari jumlah
tersebut disebabkan Tetanus, campak, pertusis dan folio
• Angka kelahiran dan angka kesuburan dirasa masih cukup
tinggi, angka kelahiran kasar berkisar antara 26-32/ 1000
penduduk
• Kematian tersebut  faktor sosial budaya dimasyarakat
seperti halnya tingkat pendidikan yang rendah pada
wanita, sosek, kepercayaan pada pelayanan tenaga
kesehatan masih rendah
32
lanjutan

• Pelayanan di Posyandu tidak / kurang tersedia


ruangan yang tertutup dan memadai untuk
menjaga privacy
• Relasi interpersonal yang dirasa masih ada batas.
Petugas kesehatan pada umumnya pendatang
sehingga ada perbedaan pengakuan dan
penerimaan sebagai keluarga
• Imbalan jasa kepada petugas kesehatan relatif
mahal serta dibatasi dengan tarif

33
lanjutan

Indikator tingkat kepercayaan masyarakat terhadap


pelayanan kesehatan masih rendah ini tertera pada:
• Bumil dengan ANC frekuensi kunjungan berkisar
3.17 kali sebasar 54 %
• Masyarakat yang memeriksakan diri ke
Puskesmas 59,7% swasta 28,9% Posyandu 11,2% .

34
Peran Dr/DK/DLP
ERH (Essential Reproductive Health):
1. Pelayanan KB yg berkualitas
2. Kesehatan ibu, bayi dan anak
3. Pencegahan & pengobatan infertilitas
4. Pencegahan & manajemen komplikasi
aborsi
5. Pengobatan Infeksi Saluran Reproduksi
(IRS), Infeksi Menular Seksual (IMS), &
gangguan sistem reproduksi lainnya
6. Rujukan pelayanan KB & kesehatan
reproduksi

35
Lanjutan

• Capai kompetensi  Dokter


• Holistic Komprehenshif
• Pelayanan kesehatan berkesinambungan
• Pelayanan kesehatan koordinatif

36
Cara-cara Pendekatan Sosial Budaya Dalam
Pelayanan Kesehatan
1. Memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan
tugas, peran serta tanggung jawabnya.
2. Menggerakkan peran serta dimasyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja, usia lanjut dan
KB

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,


beberapa pendekatan yang dpt dilakukan antara lain;
Pendekatan Agama
Pendekatan Peguyuban dan Banjar
Pendekatan Kesenian Tradisional
37
Indikator keberhasilan

1. Menurunkan angka kematian bayi dan ibu


bersalin
2. Menurunnya angka kesakitan umum
3. Menurunnya angka kematian bayi dan anak
4. Menurunnya angka kelahiran
5. Menurunnya angka kekurangan gizi balita
6. Meningkatnya angka kepesertaan KB

38

Anda mungkin juga menyukai