Anda di halaman 1dari 26

Oleh : Akhmad Yasir , Enny Chomariah, Yandi Iskandar

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG “FASILITASI PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN
PREKURSOR NARKOTIKA”
Pasal 2 tentang PELAKSANAAN FASILITASI REHABILITASI
 Menteri melalui Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
mengoordinasikan pelaksanaan fasilitasi pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
 Bupati/wali kota melakukan fasilitasi pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di
daerah kabupaten/kota.
REHABILITASI
 Adalah serangkaian upaya pemulihan ketergantungan
narkoba bagi pecandu dan/ atau korban penyalahgunaan,
yang mencakup rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan
layanan pascarehabilitasi yang dilakukan secara kontinu
dalam satu kesatuan layanan yang terintegrasi
ALUR REHABILITASI
BERKELANJUTAN
PENERIMAAN REHABILITASI LAYANAN
AWAL MEDIS DAN SOSIAL PASCA REHABILITASI

LAYANAN
PASCAREHAB
INTERVENSI REGULER
SKRINING SINGKAT OUTCOME

PECANDU
atau
KORBAN LAYANAN PULIH,
RENCANA RAWAT PENERI PRODUKTIF
PENYALAH ASESMEN PASCAREH BERFUNGSI
TERAPI JALAN MAAN
GUNAAN AB LANJUT SOSIAL
NARKOBA
- SUKARELA
- PROSES
HUKUM
RAWAT LAYANAN
INAP PASCAREHAB
INTENSIF

RELAPSE
Suatu zat yang mempengaruhi Sistem Syaraf
Pusat (SSP) yang mana Dapat mengubah
perilaku atau penerimaan orang di sekitar
mereka yang dapat mempengaruhi Mood,
piiran persepsi dan perilaku.
 Stimulan contoh kokain, amfetamin, methamfetamin, nikotin/ kafein.
 Opioid contoh heroin, morfin, opium, demerol
 Depresan contoh alkohol, barbiturat, benzodiazepin, Gamma hydroxy butirate
(GHB)
 Halusinogen contoh ekstasi, moshrooms (jamur)
 Ditelan (Swallowing)
 Dihirup / disedot (Snorting)
 Dirokok / dihisap (Smoking)
 Menghirup asap (Inhaling fumes)
 Disuntikan Intramuskular (IM)
 Disuntikan Subkutan (SC)
 Disuntikan Intravena (IV)
 Dioles (Topikal)
 Diletakan dibawah lidah (Sublingual)
 Dirokok / dihisap (smoking): 7–10 detik
 Disuntikkan melalui Intravena: 15–30 detik
 Disuntikkan ke dalam otot atau di bawah kulit : 3–5 menit
 Diabsorbsi melalui lapisan lendir : 3–5 menit
 Ditelan : 20–30 menit
 Diabsorbsi melalui kulit: pelan dalam jangka panjang
Penggunaan rekreasional : coba – coba
Penggunaan sirkumstansial : situasional
Penggunaan intensif : reguler ( terus –
menerus) saat ada masalah
Penggunaan kompulsif : adiktif (terus-
menerus ) tanpa ada masalah
 Adiksi merupakan PENYAKIT yang menyerang
fungsi OTAK, bersifat KRONIS dan memiliki
resiko KAMBUH yang tinggi, khas ditAndai dengan
pencarian dan penggunaan KOMPULSIF,
meskipun mengetahui memiliki konsekuensi yang
membahayakan
 Sebuah lapse berlangsung cepat , seringkali suatu
saat sekali, kembali ke penggunaan zat
 Sebuah relapse merupakan penggunaan kembali
zat dengan cara sama yang dilakukan individu yang
bersangkutan sebelum ia berhenti menggunakan
 Sebuah lapse dapat menjadi relapse, meski tidak
selalu
 Relapse dapat dihindarkan
 Progresi penyakit dari awalnya merupakan
perkembangan kritis, dan output yang diharapkan
 Kebanyakan penyakit, jika tidak diterapi, akan
berkembang sesuai prakiraan simtom dan
perubahan biologiknya
 Juga pada adiksi
 Otak menunjukan perubahan sesudah penggunaan
zat yang akan tetap bertahan lama meski
penggunaan zat sudah dihentikan
Dan
 Seperti halnya diabetes dan hipertensi, adiksi
bersifat:
Tidak dapat disembuhkan
Dapat dikelola
Ketidaksukaan yang tinggi terhadap
suatu karakteristik personal atau
keyakinan yang bertentangan
dengan norma budaya
 Stigma dapat mempengaruhi efektifitas terapi:
 Orang yang distigma akan merasa malu dan
menolak datang terapi
 Dukungan sosial untuk pemulihan akan menjadi
tidak adekuat dalam masyarakat yang menstigma
adiksi
 Prakontenplasi : tahap memepertimbangkan perubahan dan tidak ingin
mengubah prilaku
 Kontemplasi : mulai menyadari akan adanya masalah dan mulai mulai
memikirkan alasan untuk berubah.
 Preparasi : mulai memikirkan rencana untuk berubah secara spesifik
dan mencoba sendiri untuk menurunkan atau menghentikan penggunaan zat.
 Aksi : sudah memilih strategi perubahan dan mulai untuk
mengikuti nya.
 Pemeliharaan : sudah mencoba mempertahan kan kebiasaan tanpa
penggunaan zat
 Kambuh : tidak dapat mempertahankan perubahan di karena Relepse
3
ASESMEN KETERGANTUNGAN
NARKOTIKA
Skrining Asesmen
Subjek Populasi umum, orang yang belum Populasi dengan indikasi, orang dengan
diketahui riwayat penggunaan napzanya masalah akibat napza

Inisiatif Fasyankes, sekolah, atau yang Pasien dengan keluhan


mempunyai kepentingan lainnya

Hasil Sewaktu dan final Tidak final, hasil dapat dimodifikasi


dengan adanya bukti baru

Kesimpulan Berdasarkan satu kriteria Berdasarkan sejumlah kriteria

Akurasi Kurang Lebih baik


Biaya Lebih murah Lebih mahal
Dasar pengobatan Tidak Ya
Contoh instrumen ASSIST, CRAFFT, AUDIT ASI, Formulir Asesmen Wajib Lapor
 ASI adalah instrumen asesmen semi terstruktur yang menggali informasi 7
domain sebagai berikut:
 Riwayat medis
 Status dukungan hidup
 Riwayat penggunaan alkohol
 Riwayat penggunaan Napza lainnya
 Informasi legal
 Riwayat keluarga / sosial
 Riwayat psikiatris
1. Medis umum
2. Pekerjaan & Dukungan Hidup
3. Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif Lainnya
4. Hukum
5. Sosial & Keluarga
6. Psikiatrik
Baru Lama

 Asesmen pertama? Tanyakan!  Dapatkan hasil2 asesmen terdahulu,


hasil terakhir paling bermakna
 Bila YA, lakukan asesmen lengkap
 Daftar masalah terakhir yang dihadapi
 Bila pasien sudah menyelesaikan  Terapi-rehabilitasi yang dijalani
asesmen sebelumnya, dapatkan beserta hasilnya
hasilnya & konfirmasi info secara
cepat  Mulai asesmen baru
 Bila ditemukan ketidaksesuaian,
klarifikasikan
 Bila pasien baru menyelesaikan
sebagian, konfirmasi info yang ada
kemudian lanjutkan sampai lengkap

Anda mungkin juga menyukai