Anda di halaman 1dari 32

FAUZAN MISRA

PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22


1
 PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh
bendahara pemerintah sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, dipungut
oleh badan-badan tertentu dari Wajib Pajak
yang melakukan kegiatan dibidang impor atau
kegiatan usaha dibidang lain serta dipungut
oleh Wajib Pajak badan tertentu dari pembeli
atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah

2
1. Pasal 22 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 154/PMK.03/2010 Tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan
Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang LaiN
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008
Tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut
Pajak Penghasilan Dari Pembeli Atas Penjualan Barang Yang
Tergolong Sangat Mewah

3
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas
impor barang
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang
3. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit
Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA,
untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)

4
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif,
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas
penjualan hasil produksinya di dalam negeri
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau
ekspor mereka dari pedagang pengumpul
8. Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah

5
SUBJEK PPh PASAL 22
1. Importir
2. Rekanan Pemerintah
3. Konsumen semen, rokok, kertas, baja dan otomotif serta barang yang
tergolong sangat mewah
4. Para penyalur dan/atau agen serta pembeli lainnya yang bukan
penyalur/agen bahan bakar minyak, gas dan pelumas
5. Penyalur dan/atau agen BULOG
6. Pedagang Pengumpul dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan
perikanan.
7. Pembeli barang yang tergolong sangat mewah

6
OBJEK DAN TARIF PPh PASAL 22
a. Atas impor:
1. Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5 % dari nilai impor
2. Yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5 % dari nilai impor
3. Yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
Ctt: Impor terigu, kedelai dan gandum, bagi yang dapat menunjukkan API dikenakan tarif 0,5%,
sedangkan yang tidak dapat menunjukkan API dikenakan tarif 7,5%.

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar


penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF)
ditambah Bea Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di
bidang
7
impor
b. 1,5% dari harga pembelian barang yang dibayar oleh bendahara pemerintah dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme
uang persediaan (UP), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
c. Atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak, gas dan pelumas adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bakar Minyak sebesar:
a. 0,25% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan
kepada SPBU Pertamina
b. 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan
kepada SPBU bukan Pertamina dan Non SPBU
2. Bahan Bakar Gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai
3. Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
8
d.Atas penjualan hasil produksi di dalam negeri oleh
badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
industri semen, industri kertas, industri baja, dan
industri otomotif:
1.Penjualan kertas di dalam negeri sebesar 0,1%
dari dasar PPN
2.Penjualan semua jenis semen di dalam negeri
sebesar 0,25% dari dasar PPN
3.Penjualan semua jenis kendaraan bermotor
beroda dua atau lebih di dalam negeri sebesar
0,45% dari dasar PPN
4.Penjualan baja di dalam negeri sebesar 0,3%
dari dasar pengenaan PPN

9
e.Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau
eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk
sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 dari
pedagang pengumpul sebesar 0,25% dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai.
f. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPN dan PPnBM) atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh
Wajib Pajak Badan

10
Termasuk barang sangat mewah:
1. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari 20 M
2. Kapal pesiar dan sejenisnnya dengan harga jual lebih dari 10 M.
3. Rumah beserta tanahnya dgn harga jual atau harga pengalihannya
lebih dari 10 M atau luas bangunan lebih dari 500 M2.
4. Apartemen, kondominium da sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari 10 M dan/atau luas bangunannya lebih dari
400 M2.
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkut orang dengan daya
angkut kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, SPV, MPV, minibus
dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari 5 M dan dengan kapasitas
silinder lebih dari 3000 cc.

Catatan:
Besarnya pungutan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100% daripada tarif
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak. Ketentuan ini berlaku untuk pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22 yang bersifat tidak final.
11
ILUSTRASI PERHITUNGAN PPh PASAL 22
Contoh 1
PT. SANG JAYA, importir pemegang API mengimpor seperangkat barang
mewah (kelompok 40%) dari Singapura dengan nilai CIF US $ 100,000 (Kurs
US $1 = Rp. 10.000,-). Pada waktu barang masuk daerah Pabean, Dirjen Bea
dan Cukai setempat memperhitungkan Bea Masuk = 30%.
Diminta Hitunglah :
a. Nilai Impor
b. PPN
c. PPn BM
d. PPh Pasal 22
e. Jumlah Pajak yang harus disetorkan ke kas negara

12
Jawab
a. Nilai Impor
CIF = US $ 100,000 X Rp. 10.000,- = Rp. 1.000.000.000,-
Bea Masuk = 30% x Rp. 1.000.000.000,-= Rp. 300.000.000,- +
Nilai Impor = Rp. 1.300.000.000,-
b. PPN = 10% x Rp. 1.300.000.000,- = Rp. 130.000.000,-
c. PPn BM = 40% x Rp. 1.300.000.000,- = Rp. 520.000.000,-
d. PPh Pasal 22 = 2,5% x Rp. 1.300.000.000,- = Rp. 32.500.000,-

13
Contoh 2
Bendaharawan Kantor Gubernur Sumatera Barat menerima tagihan dari
PT. MERDEKA (Punya NPWP) sebesar Rp. 11.000.000 (tidak termasuk
PPN),- untuk pembelian peralatan kantor.
Diminta hitunglah :
a. Besarnya PPN
b. Besarnya PPh Pasal 22
c. Jumlah yang harus dibayar bendaharawan kepada PT MERDEKA
d. Jumlah pajak yang harus disetorkan Bendaharawan ke Kas Negara
e. Jumlah anggaran yang harus disediakan oleh bendaharawan.

14
Jawab
Tagihan Rp. 11.000.000,00
a. PPN = 10/100 x Rp. 11.000.000,- = Rp. 1.100.000,00
b. PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp. 11.000.000,- = Rp. 165.000,00
c. Jumlah dibayar kepada PT. MERDEKA
11.000.000,00 - 165.000,00 = Rp. 10.835.000,00
d. Jumlah Pajak yang harus disetorkan oleh bendaharawan adalah :
PPN yang dipungut Rp. 1.100.000,-
PPh Pasal 22 yang dipungut Rp. 165.000,- +
Jumlah Pajak yang harus disetorkan ke Kas Negara Rp. 1.265.000,-

15
Contoh 3
Bila tagihan yang berjumlah Rp. 11.000.000,00 pada contoh 2 diatas termasuk PPN
hitunglah :
a. Besarnya PPN
b. Besarnya PPh Pasal 22
c. Jumlah yang harus dibayar bendaharawan kepada PT. MERDEKA
d. Jumlah pajak yang harus disetorkan Bendaharawan ke Kas Negara
Jawab
Tagihan = Rp. 11.000.000,-
a. PPN =10/110 x Rp. 11.000.000,- = Rp. 1.000.000,- (-)
Harga Jual = Rp. 10.000.000,-
b. PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp. 10.000.000,- = Rp. 150.000,- (-)
c. Jumlah yang dibayar kepada PT. MERDEKA= Rp. 9.850.000,-
d. Jumlah Pajak yang harus disetorkan oleh bendaharawan adalah :
PPN yang dipungut Rp. 1.000.000,-
PPh Pasal 22 yang dipungut Rp. 150.000,- +
Jumlah Pajak yang harus disetorkan ke Kas Negara Rp. 1.150.000,-

16
Contoh 3
Pemerintah Daerah Sumatera Barat menandatangai kontrak senilai Rp.
500.000.000,00 untuk proyek pengadaan peralatan kantor dengan PT.
SINAR MAS yang dibayar dalam 3 termin dengan rincian sebagai berikut :
Termin I 40% dari harga kontrak pada saat kontrak di tanda
tangani
Termin II 50% dari harga kontrak pada saat seluruh peralatan
kantor diterima
Termin III 10% dari harga kontrak pada saat Pembuatan berita
acara serah terima
Hitunglah nilai tiap-tiap termin sebagai pembayaran kepada PT. SINAR MAS

17
Jawab
Jumlah Termin I
Termin I = 40% x Rp. 500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-
PPN = 10% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 20.000.000,- +
Jumlah yang dibebankan pada anggaran proyek = Rp. 220.000.000,-
Potongan
PPN 10% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 20.000.000,-
PPh-22 1,5% x Rp. 200.000.000,-= Rp. 3.000.000,- +
Jumlah Potongan = Rp. 23.000.000,- (-)
Jumlah Termin I = Rp. 197.000.000,-

18
Jumlah Termin II
Termin II = 50% x Rp. 500.000.000,- = Rp. 250.000.000,-
PPN = 10% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 25.000.000,- +
Jumlah yang dibebankan pada anggaran proyek = Rp. 275.000.000,-
Potongan
PPN 10% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 25.000.000,-
PPh-22 1,5% x Rp.250.000.000,-= Rp. 3.750.000,- +
Jumlah potongan = Rp. 28.750.000,- (-)
Jumlah Termin II = Rp. 246.250.000,-

19
Jumlah Termin III
Termin III = 10% x Rp. 500.000.000,- = Rp. 50.000.000,-
PPN = 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,- +
Jumlah yang dibebankan pada anggaran proyek = Rp. 55.000.000,-
Potongan
PPN 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp.5.000.000,-
PPh-22 1,5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 750.000,- +
Jumlah potongan = Rp. 5.750.000,- (-)
Jumlah Termin III = Rp. 49.250.000,-

20
DIKECUALIKAN SEBAGAI OBJEK PPh PASAL 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah:
a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak
Penghasilan
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau
Pajak Pertambahan Nilai:
1. Barang perwakiIan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal-balik
2. Barang untuk keperluan badan intemasional yang diakui dan
terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia
3. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal,
sosial, atau kebudayaan
4. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum
5. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan

21
6. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan
penyandang cacat lainnya
7. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu
jenazah
8. Barang pindahan
9. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut
pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas
jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan Pabean
10. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan
umum
11. Perlengkapan militer, termasuk suku cadang
yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan
dan keamanan negara

22
12. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara
13. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
14. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
15. Kapal laut, kapal angkutan sungal, kapal angkutan danau, dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang,
dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia
yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional.
16. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor
dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
17. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia
18. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia

23
c. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impornya nyata-
nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali
d. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
e. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas,
air minum/PDAM dan benda-benda pos
f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dan emas untuk tujuan ekspor
g. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
h. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang
telah diekspor kemudian dimpor kembali dalam kualitas yang
sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
i. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG

24
TATA CARA PENGECUALIAN
1. Pengecualian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf f
dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak
Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur jenderal Pajak.
2. Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan c
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pengecualian sebagaimana dimaksud pada huruf d, e, g dan h
dilakukan secara otomatis tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB).

25
4. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi atau
penyerahan barang Pertamina serta badan usaha lainnya yang
bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix,
superTTdan gas atas penjualan hasil produksinya dipungut pada
saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery
order).
5. Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan oleh Industri
dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian dan perikanan, yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul
dipungut pada saat pembelian.

26
SAAT TERUTANG DAN PELUNASAN
1. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk
Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak Penghasilan Pasal 22
terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
2. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak yang meliputi bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,
bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
(UP), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) terutang dan dipungut pada saat pembayaran.
3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri
baja, dan industri otomotif terutang dan dipungut pada saat penjualan
4. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan hasil bahan bakar minyak, gas dan pelumas terutang dan
dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery order)
5. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul terutang dan
dipungut pada saat pembelian

27
Saat Terhutangnya dan Pelunasan
PPh Pasal 22
Jenis Pajak Saat Terhutang
PPh Pasal 22 atas Impor Terutang pada saat pembayaran bea masuk, jika
diperoleh fasilitas pembebasan bea masuk, maka
terutang pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan impor untuk dipakai.
PPh Pasal 22 ata pembelian barang dengan dana Terutang pada saat pembayaran
dari APBN/D
PPh Pasal 22 atas pembelian barang dari badan- Terutang pada saat pembayaran
badan tertentu yang ditunjuk sebagai pemungut

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi semen, Terutang pada saat pembayaran
rokok, kertas, baja dan otomotif
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi BBM Terutang pada saat penerbitan delivery order (surat
Jenis premix, super TT dan gas perintah pengeluaran barang)
PPh Pasal 22 atas pembelian barang untuk Terutang pada saat pembelian
keperluan industri perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan oleh industri dan
eksportir tertentu.
28
PELAPORAN
Pemungut pajak wajib melaporkan hasil
pemungutannya dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak
Catatan
Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 dan pelaporan
pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, dilakukan sesuai
jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penentuan
tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran dan
pelaporan pemungutan pajak

29
BATAS WAKTU PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PASAL 22

PELAPORAN (PENYAMPAIAN SPT


No. KETERANGAN PENYETORAN MASA)

1. PPh Pasal 22-Impor DJBC 1 hari setelah pemungutan Secara mingguan, paling lambat 7
hari setelah berakhirnya batas waktu
penyetoran

2. - PPh Pasal 22 Bendaharawan Hari yang sama dengan Paling lambat 14 hari setelah masa
- BUMN & BUMD pelaksanaan pembayaran pajak berakhir

3 PPh 22 yang dipungut oleh BI, BPPN, Paling lambat tanggal 10 Paling lambat 20 hari setelah masa
BULOG, TELKOM, PLN, Garuda bulan takwim berikutnya pajak berakhir
Indonesia, INDOSAT, Krakatau Steel,
PERTAMINA dan Bank-Bank BUMN

4. PPh 22 yang dipungut oleh Industri Paling lambat Tanggal 10 Paling lambat 20 hari setelah masa
semen,rokok, kertas, baja dan otomotif bulan takwim berikutnya pajak berakhir
yang ditunjuk oleh Kepala KPP

5. Pertamina dan Badan Usaha lainnya yang Dilakukan sendiri oleh WP Paling lambat 20 hari setelah masa
bergerak dalam bidang bahan bakar sebelum DO ditebus pajak berakhir
minyak jenis Premix, super TT dan gas

6. Industri dan eksportir yang bergerak Paling lambat tanggal 10 Paling lambat 20 hari setelah masa
dalam sektor perhutanan, perkebunan, bulan takwim berikutnya pajak berakhir
pertanian dan perikanan, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
sebagai pemungut PPh Pasal 22

30
PPh PASAL 22 YANG DIKEMBALIKAN (RETURN)
Apabila terjadi pengembalian atau retur, maka pembeli wajib
membuat Nota Retur dalam masa pajak terjadinya
pengembalian dalam rangkap 3, yaitu:
1. Lembar pertama dan kedua untuk Pemungut Pajak
2. Lembar ketiga untuk arsip pembeli

Nota retur sekurang-kurangnya harus mencantumkan


a. Nomor dan tanggal Nota Retur
b. Nama, alamat dan NPWP pembeli
c. Nama, alamat dan NPWP pemungut pajak
d. Nomor dan Tanggal faktur pembelian yang dikembalikan
e. Macam, jenis, kwantum dan harga barang yang
dikembalikan
f. Tanda tangan pembeli
31

Anda mungkin juga menyukai