Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 1

Menurut Maryam tahun 2008 mendefinisikan lansia sebagai


seseorang yang telah berusia lanjut dan telah terjadi perubahan-
perubahan dalam sistem tubuhnya
Lanjut usia akan mengalami proses penuaan yang
merupakan proses terus-menerus secara alamiah.Penurunan
kondisi fisik/fisiologis yang di alami lansia di tandai dengan kulit
yang mulai keriput,penglihatan dan pendengaran berkurang,gigi
ompong,mudah lelah,dan gerak lamban.
 Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi
sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik
menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan
infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
normal. Pada lansia akan terjadi berbagai kemunduran organ tubuh,
oleh sebab itu lansia mudah sekali terkena penyakit seperti
hipertensi. Hipertensi yang sering terjadi pada lansia adalah
hipertensi sitolik yaitu jika tekanan sistolik≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolik < 90 mmHg.
 Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Blitung (30%)
dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei
Data Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia
18 tahun ke atas sebesar 32,4%. Dari data yang diberikan
Kemenkes, Hipertensi menjadi peringkat utama penyakit tidak
menular yang didiagnosa di fasilitas kesehatan, dengan jumlah
kasus mencapai 185.857. Angka ini nyaris 4x lipat lebih banyak
daripada penyakit diabetes melitus tipe yang ada diperingkat kedua.
 Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap
awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 –6 bulan. Bila setelah
jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah
yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang
lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian
hipertensi di antaranya,
1. Meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam
pengendalian hipertensi dengan perilaku CERDIK.
2. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian hipertensi berbasis
masyarakat dengan self awareness melalui pengukuran tekanan
darah secara rutin.
3. Penguatan pelayanan kesehatan khususnya hipertensi
4. Upaya pencegahan komplikasi hipertensi khususnya penyakit
jantung dan pembuluh darah di FKTP menggunakan Carta
Prediksi Risiko yang di adopsi dari WHO.
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada
lansia dengan Hipertensi.
Klien datang ke posyandu dengan keluhan sakit kepala
sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya
berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk di bagian
belakang kepala (tengkuk), sakitnya datang sewaktu-
waktu, klien tampak memegang kepalanya, sebelumnya
klien pernah berobat ke puskesmas tetapi tidak ada
perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan
penglihatannya kabur, dan saat ini yang di rasakan oleh
klien adalah pusing.
1. IDENTITAS

 Identitas Klien
Nama : Tn “P”
Umur : 65Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Desa Pasinan,
Kec.Mojoanyar,
Kab.Mojokerto
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
1. Keluhan utama : Pusing
2. Riwayat penyakit sekarang : Pada saat melakukan
pengkajian klien datang ke posyandu dengan
keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien
mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta
terasa kaku kuduk di bagian belakang kepala
(tengkuk), sakitnya datang sewaktu-waktu, klien
tampak memegang kepalanya, sebelumnya klien
pernah berobat ke puskesmas tetapi tidak ada
perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan
penglihatannya kabur, dan saat ini yang di rasakan
oleh klien adalah pusing.
3. Riwayat penyakit dahulu :Klien merasakan pusing,
nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir.
1. Postur tulang belakang
postur tulang belakang klien saat berjalan
tegap.

2. TTV
◦ TD : 160/90 mmHg
◦ N : 87x/Menit
◦ Suhu : 36ºC
◦ RR : 20x/Menit
◦ BB : 45 kg
3. Pengkajian head to toe
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
d) Mulut dan tenggorokan
e) Telinga
f) Leher
g) Dada
h) Abdomen
i) Genetalia
j) Integumen
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari
tempat duduk baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu
berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan
mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian
belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan
terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat
membungkukkan badan
2. Komponen gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu
seperti tongkat, melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak
sempoyongan
 Klien mengatakan ketika klien mendapatkan
masalah klien tidak mudah marah.
 Pola kebiasaan:  Pola Pemenuhan Kebutuhan
Klien mengatakan Nutrisi
sering merokok Klien mengatakan biasa
menghabiskan lebih dari 3 makan 3 kali sehari terkadang
batang perhari dan minum tidak teratur dengan
kopi setiap hari menghabiskan 2 porsi
makanan dengan lauk pauk
seadanya, klien tidak senang
makan tanpa garam, klien juga
mengatakan makan makanan
yang sama dengan keluarganya
tanpa adanya perbedaan
makanan, klien minum 7-8
gelas per hari.
1. Nyeri akut berhubungan dengan
Peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Resiko gangguan kardiovaskuler
berhubungan dengan gaya hidup tidak
sehat (merokok) di tandai dengan sesak
1. Anwar, F. (2017). Kemenkes Sebut Kasus Hipertensi di Indonesia Terus Meningkat.
2. Arif, D., Rusnoto, & Hartinah, D. (2013). FAKTOR – FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSLING
DESA KLUMPIT UPT PUSKESMAS GRIBIG KABUPATEN KUDUS. JIKK, 18–34.
3. Beevers, D. G. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. (A. L.
Ryadi, Ed.). Jakarta: PT. Dian Rakyat.
4. Cassel, C. K., & Leipzig, R. M. (2003). Fundamentals of Geriatric Medicine. (R. P.
Soriano & H. M. Fernandez, Eds.) (4th ed.). New York.
5. Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
6. Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
7. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (Revisi). Yogyakarta: Mediaction Jogja.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman tatalaksana
hipertensi pada penyakit kardiovaskular (1st ed.). Jakarta.
9. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2014). Hipertensi. Jakarta Selatan.
10. Santoso, D. (2010). Membonsai Hipertensi. (R. Boomen & R. Giryadi, Eds.). Surabaya:
Jaring Pena.

Anda mungkin juga menyukai