Si
س ْو ُل هللاِ ِإ َّن بَ ِن ْيُ قَا َل َر، ع ْب ِد هللاِ ْب ِن ع َْم ٍرو قَا َل َ ع َْن
س ْب ِع ْي َن ِملَّة َوتَفَ َّرقَتْ أ ُ َّم ِت ْي
َ علَى ِث ْنت َ ْي ِن َوَ ْس َرا ِئ ْي َل تَفَ َّرقَت
ْ ِإ
احدَة ِ س ْب ِع ْي َن ِملَّة كُل ُه ْم فِي النَّ ِار ِإالَّ ِملَّة َو َ ث َو ٍ َعلَى ثَال َ
َ س ْو َل هللاِ ؟ قَا َل َما أَنَا
علَ ْي ِه ُ قَالُ ْوا َو َم ْن ِه َي يَا َر
“Dari Abdullah bin Amr,)ia 2565
berkata,:الترمذي
Rasulullah رواه
SAW.(. bersabda,
ص َحا ِبي ْ َ َوأ
“Sesungguhnya kaum Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh
puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh
puluh tiga golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu
golongan”. Lalu sahabat bertanya, “Siapakah satu golongan yang
selamat itu wahai Rasulullah?” Nabi T menjawab: “Dia adalah
golongan yang mengikuti ajaranku dan ajaran sahabatku.” (HR.
al-Tirmidzi [2565])
أَلَ ِإن َمن: سو َل للاِ قَا َل ُ ان أ َن َر َ َسفيُ عن ُمعَا ِويَةَ ب ِن أَبِي َ
َو ِإن،ًين ِملة َ علَى ِثنتَي ِن َو
َ سب ِع ِ قَبلَ ُكم ِمن أَه ِل ال ِكتَا
َ ب افت َ َرقُوا
ون فِي َ ُسبع َ ان َوِ َ ثِنت،ين
َ سب ِع َ علَى ث َالَث َو َ ََه ِذ ِه ال ِملة
َ ستَفت َ ِر ُق
)رواه ابو داود.ُعة َ ي ال َج َما َ َو ِه،احدَة ِفي ال َجن ِة ِ َو َو،ار
ِ الن
(واحمد
Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan, bahwa Rasulullah
SAW. bersabda: "Sesungguhnya orang sebelum kamu
dari pengikut Ahlil-kitab terpecah belah menjadi 72
golongan. Dan umat ini akan terpecah menjadi 73
golongan, 72 dua golongan akan masuk ke neraka,
dan satu golongan yang akan masuk surga, yaitu
golongan al-jama'ah.“ (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Ahlussunnah Wal-
Jama’ah
merupakan istilah
yang terbentuk
dari tiga
komponen:
1 Ahlun
2 Al-Sunnah
3 Al-Jama’ah
Ahlun bermakna:
1 Keluarga (Ahlul
bayt, keluarga
rumah tangga)
2 Pengikut
(Ahlussunnah,
pengikut sunnah)
3 Penduduk (Ahlul
Jannah,
penduduk surga)
Makna al-Sunnah
a. Secara kebahasaan: jejak dan langkah
b. Secara syar’i: jejak yang diridhai oleh Allah,
menjadi pijakan dalama agama, dan pernah
ditempuh oleh Rasulullah atau orang yang
menjadi panutan dalam agama seperti
sahabat
c. Secara ‘urfi (tradisi): Ajaran yang dilalui oleh
seorang panutan dalam agama, seperti nabi
atau wali.
Makna al-Jama’ah:
a. menjaga kekompakan, kebersamaan dan
kerukunan, kebalikan dari kata al-furqah
(golongan yang berpecah belah).
b. Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini
selalu memelihara kekompakan, kebersamaan
dan kerukunan terhadap sesama.
c. Meskipun terjadi perbedaan pandangan di
kalangan mereka, perbedaan tersebut tidak
melahirkan sikap saling mengkafirkan,
membid’ahkan dan memfasikkan sesama
mereka.
Dari penjelasan di atas, maka Ahlus Sunnah wal
Jama’ah adalah orang-orang yang konsisten
berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Mereka adalah dari kalangan
shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Tabi’in
(murid para shahabat Nabi SAW.), Tabi’ut Tabi’in
(murid para Tabi’in), dan para imam yang mengikuti
mereka, serta orang-orang yang mengikuti jalan
mereka hingga hari Kiamat dalam perkara ‘aqidah,
ucapan, dan amalan. (Syarh Al-‘Aqidah Ath-
Thahawiyah, karya Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafy
rahimahullah, hal. 33)
UMATAN FIRQAH SAWAD
WASATHAN NAJIYAH A’DHAM
ْ َ علَ ْي ِه َوأ
ص َِا ِبي َ َّللا ََا َُ َما أَنَا
ِ َّ َُ سو ِ ار ِإ َّال ِملَّةً َو
َ ِِ اِ َدً ً ََالُوا َو َم ْن
ُ ي َيا َر ِ َّس ْبعِينَ ِملَّةً ُكلُّ ُه ْم فِي الن َ َوت َ ْفت َ ِر ُق أ ُ َّمتِي
ٍ علَى ث َ ََل
َ ث َو
“Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semua ada di neraka kecuali satu golongan, para Sahabat
bertanya: siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: (golongan)yang mengikuti apa yang aku
dan sahabatku lakukan.” (HR. Tirmidzi)
Malikiyah
AKIDAH FIKIH
Hanabilah
Maturidiyah Hanafiyah
Tasawuf
A-Syadzili
.
ASYARIYAH MATURIDIYAH
Mengikuti Imam Abu Hasan al- Mengikuti Imam Abu Manshur al-
Asy’ari (873-935 M) Maturidi (w. 944 M)
HANAFIYAH MALIKIYAH
SYAFI’IYAH HANABILAH
“Dengan mengikuti satu madzhab tertentu akan lebih dapat terfokus pada satu
nilai kebenaran yang haqiqi, lebih dapat memahami secara mendalam dan
akan lebih memudahkan dalam mengimplementasikan amalan”. (KH.
Hasyim Asy’ari)
“Hendaknya kita tetap eksis berpedoman pada Al Kitab, Al Sunnah, dan apa
saja yang menjadi tuntunan para Ulama, panutan umat yakni Imam Abu
Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal
Ra. Merekalah Ulama yang Mujma ‘Alaih, sah untuk diikuti dan dilarang
keluar dari madzhab madzhab mereka.” (KH. Hasyim Asy’ari)
1. BIDANG AQIDAH
Aswaja menekankan bahwa pilar utama ke-Imanan manusia adalah Tauhid,
sebuah keyakinan yang teguh dan murni yang ada dalam hati setiap Muslim
bahwa Allah-lah yang Menciptakan, Memelihara dan Mematikan kehidupan
semesta alam. Ia Esa, tidak terbilang dan tidak memiliki sekutu.
Pilar yang kedua adalah Nubuwwat, yaitu dengan meyakini bahwa Allah telah
menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rosul sebagai utusannya. Sebuah
wahyu yang dijadikan sebagai petunjuk dan juga acuan ummat manusia
dalam menjalani kehidupan menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat,
serta jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Dalam doktrin Nubuwwat ini, ummat
manusia harus meyakini dengan sepebuhnya bahwa Muhammad SAW adalah
utusan Allah SWT, yang membawa risalah (wahyu) untuk umat manusia. Dia
adalah Rasul terakhir, yang harus diikuti oleh setiap manusia.
Pilar yang ketiga adalah Al-Ma’ad, sebuah keyakinan bahwa nantinya
manusia akan dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat dan setiap manusia
akan mendapat imbalan sesuai amal dan perbuatannya (yaumul jaza’). Dan
mereka semua akan dihitung (hisab) seluruh amal perbuatan mereka selama
hidup di dunia. Mereka yang banyak beramal baik akan masuk surga dan
mereka yang banyak beramal buruk akan masuk neraka.
2. ISTINBATH HUKUM (PENGAMBILAN
KESIMPULAN HUKUM SYARIAH)
Hampir seluruh kalangan Sunni menggunakan
empat sumber hukum yaitu:
a) Al-Qur’an
b) As-Sunnah
c) Ijma’
d) Qiyas
3. BIDANG TASAWUF
Imam Abu Hamid Al-Tusi Al-Ghazali menjelaskan “Tasawuf adalah
menyucikan hati dari apa saja selain Allah. Seorang sufi adalah mereka
yang mampu membersihkan hatinya dari keterikatan selain kepada-Nya.
Zuhud harus dimaknai sebagai ikhtiar batin untuk melepaskan diri dari
keterikatan selain kepada-Nya tanpa meninggalkan urusan duniawi.
Mengapa? karena justru di tengah-tengah kenyataan duniawi posisi
manusia sebagai Hamba dan fungsinya sebagai Khalifah harus
diwujudkan.
Banyak contoh sufi atau ahli tasawuf yang telah zuhud namun juga
sukses dalam ukuran duniawi. Kita lihat saja Imam Al-Junaid adalah
adalah pengusaha botol yang sukses, Al-Hallaj sukses sebagai
pengusaha tenun, Umar Ibn Abd Aziz adalah seorang sufi yang sukses
sebagai pemimpin negara, Abu Sa’id Al Kharraj sukses sebagai
pengusaha konveksi, Abu Hasan al-Syadzily sukses sebagai petani, dan
Fariduddin al-Atthar sukses sebagai pengusaha parfum. Mereka adalah
sufi yang pada maqomnya tidak lagi terikat dengan urusan duniawi
tanpa meninggalkan urusan duniawi.
3. BIDANG SOSIAL POLITIK
Berbeda dengan golongan Syi’ah yang memiliki sebuah konsep
negara dan mewajibkan berdirinya negara (imamah), Pandangan
Syi’ah tersebut juga berbeda dengan golongan Khawarij yang
membolehkan komunitas berdiri tanpa imamah apabila dia telah
mampu mengatur dirinya sendiri. Ahlussunnah wal-jama’ah dan
golongan sunni umumnya memandang negara sebagai kewajiban
fakultatif (fardhu kifayah). Bagi ahlussunnah wal jama’ah, negara
merupakan alat untuk mengayomi kehidupan manusia untuk
menciptakan dan menjaga kemashlahatan bersama (mashlahah
musytarakah).