pembangunan manusia
Definisi Indeks pembangunan manusia
Umumnya, komponen kesehatan pada IPM ditentukan melalui Umur Harapan Hidup
(UHH).
Kemenkes RI memutuskan UHH terlalu abstrak untuk digunakan sebagai alat pengukur
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan.
Diciptakanlah IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) yang bersifat lebih
spesifik dan menyeluruh untuk mewakilkan komponen kesehatan pada IPM.
Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM)
7. Kesehatan Lingkungan 2
Total 30
Bobot IPKM
Tabel 4
1. Kesehatan Balita
19.6% pada tahun 2013, dan target yang 2 Prevalensi stunting 32,9 (2013) 28,0
(pendek dan sangat
ingin dicapai 17% pada tahun 2019. Hal ini pendek) pada anak
menujukan pemerintah mengupayakan baduta (bawah dua
penurunan prevalensi kekurangan gizi tahun).
sebesar 2.6% dalam kurun waktu 6 tahun.
Selain itu, target yang ingin dicapai pada
tahun 2019 adalah penurunan prevalensi
stunting (pendek dan sangat pendek) dari
32.9% pada tahun 2013 menjadi 28% pada
tahun 2019.
Cangkupan imunisasi lengkap dari tiap
kabupaten, provinsi yang ada akan
mempengaruhi jumlah cangkupan
imunisasi balita di Indonesia. Data yang
dijabarkan oleh Riskesdas pada tahun
2013, terdapat peningkatkan jumlah
cangkupan imunisasi dari tahun 2007
(41.6%), 2010 (53.8%), dan 2013 (59.2%).
Peningkatan cangkupan imunisasi di
Indonesia ini diharapkan berbanding lurus
dengan kesehatan anak.
Cangkupan kunjungan neonatal (KN)
menunjukan hampir tidak ada
perbedaan persentase KN1 dan KN2
antara hasil Riskesdas 2010 dan 2013,
sedangkan persentase KN3 (8-28 hari)
meningkat dari tahun 2010 (38,0%) ke
tahun 2013 (47,5%). Adapun cakupan
kunjungan neonatus lengkap juga
meningkat dari 31,8 persen (2010)
menjadi 39,3 persen (2013). Selain itu,
kunjungan neonatus tertinggi pada bayi
umur 6-48 jam (71,3%) dan terendah
pada bayi umur 8-28 hari (47,5%).
Penimbangan berat badan balita bertujuan
untuk melakukan pemantauan terhadap
tumbuh kembang anak. Penimbangan
dapat dilakukan di posyandu, poskesdes,
maupun puskesmas. Pada data yang
dijabarkan dibawah ini terlihat bahwa
frekuensi penimbangan yang dilakukan >4
kali, sedikit menurun pada tahun 2013
(44,6%) dibanding tahun 2007 (45,4%) pada
anak dengan umur 6-59 bulan. Adapun
persentase untuk anak umur 6-59 bulan
yang tidak pernah ditimbang dalam enam
bulan terakhir meningkat dari 25,5 persen
(2007) menjadi 34,3 persen (2013).
2. Kesehatan Reproduksi
Diketahui terdapat 2.6% perempuan di Indonesia menikah pada usia kurang dari 15
tahun, dan 23.9% menikah pada usia 15-19 tahun. Pernikahan dini dibawah usia 20 tahun
merupakan permasalahan yang selalu ada dan belum dapat diselesaikan oleh
pemerintah Indonesia.
Pernikahan pada usia dini memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kerentanan terjadinya
gangguan kesehatan reproduksi.
Dalam mencapai target IPM pemerintah mencanangkan program yaitu Keluarga
Berencana (KB) yang diharapkan dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia
Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2013, kelompok indikator kesehatan reproduksi
mencapai 0.5596 yang merupakan gabungan dari indeks indikator Proporsi KB
Penggunaan Alat Kontrasepsi (MKJP)
Penggunaan alat kontrasepsi dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu sterilisasi
pria, sterilisasi wanita, IUD/AKDR/Spiral, diafragma, susuk/implant pada pasangan usia subur umur
15-49 tahun (Kemenkes, 2013). Proporsi penggunaan KB di Indonesia pada tahun Riskesdas 2010
(55,8%) dan Riskesdas 2013 (59,7%). Secara umum terjadi peningkatan dalam periode 3 tahun.
Pemeriksaan Kehamilan (K4 : 1-1-2)
Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan minimal dilakukan 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga.
Kurang Energi Kronis (KEK) pada WUS
KEK pada wanita usia subur umur 15-49 tahun (hamil dan tidak hamil), jika lingkar lengan atas
yang diukur pada saat penelitian di bawah 23,5 cm.
3. Pelayanan Kesehatan
Adapun yang termasuk dalam kelompok indikator pelayanan kesehatan antara lain
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, proporsi kecamatan dengan
kecukupan jumlah dokter per penduduk, proporsi desa dengan kecukupan jumlah
posyandu per desa, proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan per penduduk, serta
kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan
Persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yaitu proses persalinan dibantu tenaga
kesehatan dan dilaksanakan di fasilitas kesehatan dengan unit analisis balita.
proporsi kecamatan dengan kecukupan jumlah dokter per penduduk yaitu cukupnya rasio
dokter yang dalam satu kecamatan memiliki minimal satu dokter per 2500 penduduk.
Proporsi desa dengan kecukupan jumlah posyandu per desa yaitu rasio posyandu dalam satu
desa memiliki jumlah posyandu minimal 4 posyandu.
proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan per penduduk yaitu rasio jumlah bidan dalam
satu desa minimal satu bidan per 1000 penduduk
kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan, yaitu penduduk yang memiliki minimal satu jenis
jaminan pelayanan kesehatan. Jenis jaminan yang dimaksud adalah Askes/JPK
PNS/Veteran/Pensiun, JPK Jamsostek, Asuransi Kesehatan Swasta, Jamkesmas, Jamkesda, dan
lain-lain.
dilihat dalam Tabel 4, jika dicernati nilai
indeks untuk indikator pelayanan
kesehatan dari data tersebut yaitu
sebesar 0.6258. Hal ini berarti nilai
capaian kelompok indikator pelayanan
kesehatan sudah cukup baik.
Proporsi kecukupan dokter disuatu
kecamatan tentu akan tercermin pada
proporsi kecukupan dokter di provinsi.
4. Perilaku Kesehatan
Perilaku merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Indikator perilaku kesehatan yang ada dalam IPKM 2013 diantaranya merokok, kebiasaan
cuci tangan, buang air besar (BAB) di jamban, aktivitas fisik, menggosok gigi.
Pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dikumpulkan pada
penduduk umur ≥ 10 tahun.
dilihat dalam Tabel 4, jika dicermati nilai indeks untuk indikator perilaku kesehatan dari
data tersebut yaitu sebesar 0.4231. Hal ini berarti nilai capaian kelompok indikator perilaku
kesehatan masih kurang.
Perilaku BAB yang dianggap benar adalah bila penduduk melakukannya di jamban
Perilaku mencuci tangan yang benar adalah bila penduduk mencuci tangan dengan
sabun sebelum menyiapkan makanan, setiapkali tangan kotor (seperti ketika setelah
memegang uang, binatang, berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki
bayi/anak, setelah menggunakan pestisida/insektisida, dan sebelum menyusui bayi
Sedangkan aktivitas fisik cukup yaitu individu yang melakukan aktivitas fisik berat ataupun
sedang atau keduanya dalam seminggu.
Berdasarkan analisis, rerata nasional
proporsi penduduk umur ≥ 10 tahun
berperilaku cuci tangan dengan benar
meningkat dari tahun 2007 yakni sebesar
23.2% menjadi 47.0% pada tahun 2013.
Selain itu, terdapat peningkatan proporsi
penduduk yang Buang Air Besar (BAB) di
jamban dari 71.1% di tahun 2007, menjadi
82.6% di tahun 2013
Sedangkan untuk kebiasaan merokok, proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada
umur 30-34 tahun sebesar 33.4%, umur 35-39 tahun 32.3%, dengan proporsi perokok laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
5. Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular utama meliputi jantung, stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker
dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Tujuan dari indikator penyakit tidak menular (PTM) yaitu memacu kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan penanggulangan PTM untuk menurunkan kejadian PTM dan
meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan
Dalam Tabel 4, penyakit tidak menular memiliki indeks kelompok indikator sebesar 0,6251
yang merupakan nilai tengah dari ke tujuh indikator. Angka ini tergolong tinggi dan
nilainya hampir sama dengan indeks kelompok indikator pelayanan kesehatan. Hal ini
menandakan betapa pesatnya perkembangan PTM dekade ini
Berdasarkan tabel diatas yang merupakan target dan capaian indikator penyakit tidak
menular secara nasional, realisasi secara umum adanya peningkatan penyakit tidak
menular, dinilai dari prevalensi tekanan darah tinggi, prevalensi obesitas dan prevalensi
merokok.
6. Penyakit Menular
Selain penyakit tidak menular, penyakit yang banyak menyebabkan beban kesehatan
masyarakat ialah penyakit menular.
Terlihat pada Tabel 4, yaitu indeks kelompok indikator penyakit menular memiliki nilai
tertinggi dari ketujuh indikator IPKM
Indikator prevalensi ISPA balita memiliki nilai indikator yang paling besar dibandingkan
prevalensi diare balita dan prevalensi pneumonia.
Dengan adanya pengendalian penyakit
menular akibatnya menurunkan angka
kesakitan akibat penyakit menular pada NO Indikator Status Awal Target 2019
2014, yang ditandai dengan menurunnya (%) (%)
prevalensi Tuberculosis dari 297 menjadi 1 Prevalensi TB per 100.000 297 (2013) 245
penduduk.
245 per 100.000 penduduk dan
2 Prevalensi HIV (persen). 0,46 (2014) <0,50
menurunnya kasus malaria (Annual
Parasite Index- API) dari 2 menjadi 1 per 3 Jumlah Kab/Kota 212 (2013) 300
1.000 penduduk, serta terkendalinya mencapai eliminasi
malaria.
prevalensi HIV pada populasi dewasa
hingga menjadi < 0,5.
Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, TB, malaria,
demam berdarah, influenza dan flu burung.
Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases
seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain.
Dalam rangka menurunkan kejadian luar biasa penyakit menular telah dilakukan
pengembangan Early Warning and Respons System (EWARS) atau Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon (SKDR) merupakan penguatan dari Sistem Kewaspadaan Dini-Kejadian
Luar Biasa (SKD-KLB).
7. Kesehatan Lingkungan
Terdapat dua jenis indikator yang termasuk kedalam kelompok indikator kesehatan
lingkungan, yaitu akses sanitasi dan akses air bersih
Akses sanitasi diukur berdasarkan kepemilikan dan jenis fasilitas buang air besar.Akses
sanitasi dikatakan baik apabila rumah tangga menggunakan fasilitas tempat buang air
besar milik sendiri dan jenis kloset leher angsa.
Akses air bersih baik jika rumah tangga minimal menggunakan 20 liter per orang per hari
dan berasal dari air ledeng/PDAM atau air ledeng eceran/membeli atau sumur
bor/pompa atau sumur gali terlindung atau mata air terlindung.
dilihat dalam Tabel 4, jika dicernati nilai indeks untuk indikator kesehatan lingkungan dari
data tersebut yaitu sebesar 0.5677. Hal ini berarti nilai capaian kelompok indikator
kesehatan lingkungan sudah cukup baik
Untuk memperbaiki derajat pelayanan kesehatan, maka perbaikan pelayanan kesehatan
pada akses sanitasi dan kecukupan air bersih.
Penutup