Oleh :
MAYA AYU ELFRIDA
6120018049
Empat penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa keterlambatan dalam memulai terapi antibiotik
berhubungan dengan tingkat keparahan jaringan parut pada ginjal.
2
TUJUAN PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
• Penelitian ini menggunakan metode Studi kohort retrospektif
4
Metode Penelitian
SAMPEL
Data dari 2 studi longitudinal dengan total sampel sebanyak 802.
Anak dengan refluks vesikoureter terdaftar dalam uji coba RIVUR (n = 607)
sedangkan mereka yang tanpa refluks vesikoureter terdaftar dalam studi CUTIE paralel
(n = 195).
Sampel pada penelitian ini anak berusia 2 hingga 72 bulan, yang mengalami ISK
pertama atau kedua di faskes primer dan sub-spesialisasi di seluruh Amerika Serikat,
dan secara prospektif di follow up selama 2 tahun.
5
Total sampel 802
• DMSA-scan yang terlambat baik pada kunjungan 24 bulan follow up atau 3 sampai
4 bulan setelah ditarik (dikeluarkan dari sampel) dari penelitian karena ISK berulang
(yaitu, memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya) untuk kegagalan
pengobatan.
KRITERIA EKSKLUSI
• Anak tanpa demam (suhu <38 ° C).
• Anak tanpa adanya informasi
keterlambatan memulai terapi awal.
• Anak yang tidak memiliki DMSA-
scan akhir.
ETIKA PENELITIAN
• Informed consent tertulis diperoleh dari orang tua dari semua anak yang
berpartisipasi.
ANALSIS STATISTIK
Penelitian menggunakan SAS, versi 9.3, untuk analisis (SAS Institute Inc).
8
Metode Penelitian
VARIABEL PENELITIAN
Variabel Dependen Variabel Prediktor
Jaringan parut pada ginjal Keterlambatan memulai terapi antibiotik
Usia
Jenis kelamin
Ras/etnis
Pendidikan ortu
Bantuan publik
Refluks vesikoureter
Disfungsi kandung kemih
Riwayat ISK
ISK sementara dan saat DMSA scan
Jenis organisme penginfeksi
Tinggi demam (suhu <39 ° C vs ≥39 ° C)
9
HASIL
Karakteristik Demografis dan Klinis dari 482 Anak Dengan Demam Pada
Infeksi Saluran Kemih Menurut Keterlambatan dalam Memulai Terapi
Antibiotik
10
HASIL
Karakteristik Demografis dan Klinis dari 482 Anak Dengan Demam Pada
Infeksi Saluran Kemih Menurut Keterlambatan dalam Memulai Terapi
Antibiotik
11
HASIL
Persentase Anak Dengan Jaringan parut Baru Pada Ginjal Menurut
Keterlambatan Dalam Memulai Terapi Antibiotik
12
HASIL
Jaringan Parut Baru Pada Ginjal Menurut Karakteristik Demografik dan
Karakteristik Klinisnya
13
HASIL
Jaringan Parut Baru Pada Ginjal Menurut Karakteristik Demografik dan
Karakteristik Klinisnya
14
HASIL
Hasil Model Multivariabel Dari Jaringan Parut Baru Pada Ginjal
15
DISKUSI
PENELITIAN INI PENELITIAN LAIN SESUAI PENELITIAN LAIN TAK
SESUAI
Wermeston et alll :
Karena anak laki-laki secara
substansial lebih mungkin memiliki
lesi bawaan yang bisa
disalahartikan sebagai jaringan
parut ginjal yang didapat
17
KETERBATASAN
1. Informasi dari orang tua mengenai durasi demam sebelum perawatan.
2. Sampel dalam penelitian ini lebih muda dan lebih cenderung mengalami refluks
vesikoureter dibandingkan sampel yang di eksklusi.
18
MANFAAT
1. Tes dan pengobatan yang cepat tampaknya berhubungan dengan penurunan risiko
jaringan parut pada ginjal, dokter tidak boleh menunda pengujian pada anak-anak
pada demam yang berpotensi ISK.
2. Orang tua dari anak yang berisiko tinggi mengalami kekambuhan ISK (misalnya,
anak-anak dengan refluks vesikoureteral, kandung kemih disfungsi, atau ISK
sebelumnya) harus dinasihati untuk membawa anak mereka segera untuk evaluasi
apabila mengalami demam
3. Data penelitian ini tidak mendukung gagasan yang sering dipegang oleh dokter
bahwa risiko jaringan parut ginjal lebih tinggi pada anak yang lebih muda. Bahkan,
gagasan ini mungkin sebagian bertanggung jawab atas kemungkinan yang lebih
tinggi dari penundaan pengobatan dan jaringan parut ginjal yang terkait pada anak
yang lebih tua.
19
KESIMPULAN
Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa keterlambatan dalam memulai terapi pada
demam karena ISK dan jaringan parut ginjal permanen saling berhubungan. Data ini dapat
membantu dokter membuat keputusan yang lebih tepat tentang perlunya tes diagnostik untuk
ISK pada anak yang mengalami demam.
20
KEPUSTAKAAN
Nader S, Tej K, Ron K, et all. 2016. Early Antibiotic Treatment for Pediatric Febrile and
Urinary Tract Infection and Renal Scarring. JAMA pediatrics 2016; 170(9):848-854.
21
TERIMAKASIH
22