Anda di halaman 1dari 41

REFERESHING

Dermato-terapi

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


Pengobatan kulit
1. Topikal
2. Sistemik
3. Intralesi
Cara lain :
• Radiotherapy
• Sinar ultraviolet
• Laser
• Bedah
Pengobatan Topikal
• Kegunaan dan khasiat pegobatan topikal didapat dari
pengaruh fisik dan kimiawi obat-obatan yang
diaplkasikan diatas kulit yang sakit.
Pengaruh fisik antara lain:
1. Mengeringkan
2. Membasahi ( hidrasi )
3. Melembutkan
4. Lubrikasi
5. Mendinginkan
6. Memanaskan
7. Melindungi
Cairan
Bahan dasar
(vehikulum)
Bedak
Pengobatan
Topikal Salep

Kombinasi

Bahan aktif
A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)

• Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada


keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan
dasar yang cair/basah, misalnya kompres; dan pada
keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering,
misalnya salap
Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :
• Cairan.
• Bedak
• Salap.
Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :
• Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.
• krim, yaitu campuran cairan dan salap.
• Pasta, yaitu campuran salap dan bedak.
• Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran, cairan, bedak,
dan salep.
1. CAIRAN
• Solusio (larutan dalam air)
– Kompres , bahan aktif yg terdapat didalamnya
bersifat astrigen dan anti mikrobial.
– Rendam (bath) misalnya rendaman kaki,
rendaman tangan
– Mandi (full bath)
• Tingtura (larutan dalam alkohol)

Hasil akhir pengobatan ialah


Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan
permukaan basah menjadi kering ,
kulit yang sakit dari debris (pus, kusta, dan
permukaan menjadi bersih sehingga
sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang
mikroorganisme tidak tumbuh dan
pernah di pakai.
mulai terjadi proses epitelisasi
KOMPRES TERBUKA DASAR
Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi
eksudat atau pus.
– Indikasi :
1. Dermatosis mardidans
2. infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya
erisipelas
3. ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.
– Efek pada kulit:
1. kulit yang semula eksudatif menjadi kering
2. permukaan kulit menjadi dingin
3. Vasokonstriksi
4. eritema berkurang.
Cara Kompres Terbuka Dasar
• Gunakan kain kasa yang bersifat absorben dan
non-iritasi serta tidak terlalu tebal ( 3 lapis).
Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril,
dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan
menghambat penguapan.
• Kasa dicelupkan ke cairan kompres , lalu diperas,
dibalutkan dan didiamkan , biasanya sehari 2 kali
selama 3 jam. Hendaknya jangan terjadi
maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah
yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar
tidak terjadi pendinginan.
KOMPRES TERTUTUP

Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.


• Indikasi:
– Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.
• Cara
– Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan
impermeabel, misalnya setofan atau plastik
BEDAK
Membuat lapisan tipis kulit tidak menempel erat sehingga
penetrasinya sedikit sekali.
• Efek bedak ialah:
– mendinginkan
– antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek
vasokonstriksi
– anti-pruritus lemah
– mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
(intertrigo)
– proteksi mekanis.

Bahan dasar bedak adalah talkum venetum. Biasanya bedak di campur dengan
seng oksida, sebab zat ini mengreabsorbsi air dan sebum, anstrigen, antiseptik
lemah dan antipruritus lemah.
• Indikasi pemberian bedak ialah :
1. dermatosis yang kering dan superfisial
2. mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah,
misalnya pada varisela dan herpes zoster.
• Kontralndikasi
– Dermatitis yang basah, terutama bila disertai
dengan infeksi sekunder.
SALAP
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak,
yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti
mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat
pula lanolin atau minyak.
• Indikasi pemberian salap ialah :
1. dermatosis yang kering dan kronik
2. dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya
penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan
dengan bahan dasar lainnya.
3. dermatosis yang bersisik dan berkrusta.
Kontra Indikasi
1. dermatitis madidans.
2. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian
badan yang berambut, penggunaan salap
tidak dianjurkan
3. salap jangan dipakai di seluruh tubuh.
Kombinasi
1. Bedak kocok
2. Krim
3. Pasta
4. Linemen
Bedak kocok
Campuran air dan bedak + gliserin
• Indikasi bedak kocok ialah :
1. dermatosis yang kering, superfisialis dan agak
luas, yang diinginkan ialah sediklt penetrasi.
2. pada keadaan subakut.
• Kontralndikasi:
– dermatitis madidans
– daerah badan yang berambut
Krim
Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak)
dan emulgator.
• Krim ada 2 jenis:
– Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.
– Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.
• Indikasi penggunaan krim ialah :
– indikasi kosmetik
– dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah
penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok.
– krim boleh digunakan di daerah yang berambut.
• Kontralndikasi ialah dermatitis madidans.
Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan
vaselin. Bersidat protektif & mengeringkan.
• Indikasi penggunaan pasta ialah dermatosis
yang agak basah.
• Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan
daerah yang berambut.
• Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-
lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena
terlalu melekat.
Liniman
Linimen atau pasta pendingin ialah
campuran cairan, bedak, dan salap.
• Indikasi: dermatosis yang subakut.
• Kontraindikasi: dermatosis madidans.
Bahan aktif
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel,
viskositas, dan efek vehikulum terhadap kulit

1. Aluminium asetat 11. Kortikosteroid


2. Asam asetat topikal
3. Asam benzoat 12. Mentol
4. Asam borat 13. Podofilin
5. Asam salisilat 14. Selenium disulfid
6. Asam undesilenat 15. Sulfur
7. Asam retinoat 16. Ter
8. Benzokain 17. Tiosulfas natrikus
9. Benzil benzoat 18. Urea
10. Camphora 19. Zat antiseptik
Aluminium asetat
• Contohnya larutan burowi mengandung
aluminium asetat 5%. Efeknya ialah anstrigen
dan antiseptik ringan. Jika hendak digunakan
sebagai kompres encerkan 1:10
Asam asetat
• Dipakai sebagai larutan 5% untuk
kompres , bersifat anti septik untuk
infeksi pesudomonas.
Asam benzoat

• Memunyai sifat antiseptif terutama


fungsisidal.
Asam borat
• Konsentrasinya 3%, tida dianjurkan untuk dipakai
sebagai bedak, kompres atau dalam salep
berhubungan efek antseptiknya sedikit dan
toksik.
Asam salsilat

• Merupakan zat keratolitik yang tertua yang


dikenal dalam pengobatan topikal. Efeknya ialah
mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi
keratinisasi yang terganggu.
Asam undesilenat
• Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap
atau krim. Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic)
20 %.
Asam retinoat
• Efek vit A adalah memperbaiki keratinisasi menjadi normal,
jika terjadi gangguan, meningkatkan sintesis D.N.A dalam
epithelium germinatif, meningkatkan laju mitosis,
menebalkan stratum granulosom dan menormalkan
parakeratosis. Indikasinya, yaitu penyakit dengan sumbatan
folikular. penyakit dengan hyperkeratosis. Dan ada proses
menua kulit akibat sinar matahari.
Benzokain
• Benzokain bersifat anesthesia. Konsentrasinya
½-5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam
minyak (1 : 35), dan lebih larut lagi dalam
alcohol. Dapat digunakan dalam vehikulum
yang lain. Sering menyebabkan sensitisasi.
Benzil benzoat
• Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid.
Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20%
atau 25%.3

Camphora

• Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antiprutitus berdasarkan


penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan.
Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok
yang mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat
dipakai dalam salap dan krim.
Kortikosteroid topikal
Dalam pengobatan penyakit kulit, topikal KS mempunyai
khasiat yang sangat luas, yaitu: anti inflamasi, anti alergi, anti
pruritus, anti mitotik dan vasokonstriksi

Penggolongan
• Korlikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, di
antaranya berdasarkan antiinflamasi dan anti mitotik.
Golongan I yang paling kuat daya antiinflamasi dan anti
mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang
terlemah (potensi lemah).
Indikasi
Kortikosteroid topical bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan
bukan pengobatan kausal penyakit. Kortikosetroid topical dengan potensi kuat
belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit.
• Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid topikal ialah psoriasi,
dermatitis atopic, dermatitik kontak, dermatitis soboroik, neurodermatitis
sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata,
dermatitis intertriginosa, dan dermatitis solaris (fotodermatitis).
• Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus eritematosus diskoid,
psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipiodika diabetikorum,
vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema
fikstum.
• Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi adalah keloid,
jaringan parut hipertropik, alopesia areata, acne berkista, prurigo nodularis,
dermatitis dengan likenifikasi, dan vitilio. Disamping kortikosteroid topical
tersebut ada pula pula kortikosteroid yang disuntikan intra lesi, misalnya
triamsinolon asetonid.
Cara aplikasi dan lama pemakaian
• Dianjurkan untuk pemakaian salep 2-3x sehari
sampai penyakit tersebut sembuh.
• Peru dipertimbangkan adanya gejala
takifilaksis.
• Lama pemakaian sterodi topikal sebaiknya
tidak digunakan lebih dari 4-6 minggu untuk
steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2
minggu untuk potensi kuat.
Efek samping
• Efek samping terjadi apabila :
1. Penggunaan Kortikosteroid topikal secara berlebihan.
2. Penggunaan Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau
penggunaan secara oklusif.
Gejala efek samping:
1. Atrofi
2. Strie atrofise
3. Telangiektasis
4. Purpura
5. Dermatosis akneformis
6. Hipertrikosis setempat
7. Hipopigmentasi
8. Dermatitis perioral
9. Menghambat penyembuhan ulkus
10. Infeksi mudah terjadi dan meluas
11. Gambaran kinis penyakit infeksi jadi kabur.
Pencegahaan efek samping
• Dosis yang dianjurkan jangan melebihi 30 gram sehari
tanpa oklusi.
• Pada bayi yang kulitnya tipis, kelainan kulit akut
menggunakan kortikosteroid yang lemah.
• Pada kelainan kulit sub akut gunakan kortikosteroid
yang sedang.
• Pada kelainan kulit kronis dan tebal gunakan
kortikosteroid yang kuat.
• Pada dareah lipata (inguinal,ketiak) dan wajah gunakan
kortikosteroid yang lemah/sedang.
• Kortikosteroid jangan digunakan untuk infeksi
bakterial,infeksi mikotik, infeksi virus, dan skabies.
Mentol
Bersifat antipruritik seperti camphora.
konsentrasinya ¼-2%.3

Podofilin
Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi
25% sebagai tingtur untuk kondiloma
akuiminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.
Selenium disulfid

• Digunakan sebagai sampo 1% untuk


dermatitis seboroik pada kepala dan tinea
versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik
rendah.
Sulfur

• Merupakan unsur yang telah digunakan selama


berabad-abad dalam dermatologi. Bersifat
antiseboroik, anti-akne, antiskabies, anti bakteri positif
gram dan jamur. Yang digunakan ialah sulfur dengan
tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang
endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya
dipakai dalam konsentrasi 4-20%. Dapat digunakan
dalam pasta, krim, salap, dan bedak kocok. Contoh
dalam salap ialah salap 2-4 yang mengandung asam
salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%. Sedangkan
contoh dalam bedak kocok ialah losio kummerfeldi
dipakai untuk akne.
Ter
• Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari
batubara, kayu dan fosil. Preparat ter sering yang digunakan ialah
karbonis detergens karena tidak berwarna hitam seperti yang lain
dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%. Efeknya antipruritus,
antiradang, antiekzem, antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan
untuk psoriasis dan dermatitis kronik dalam salap. Jika terjadi lesi
yang universal, misalnya pada psoriasis, tidak boleh dioleskan di
seluruh lesi karena akan diabsorbsi dan member efek toksik
terhadap ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1:
kepala dan ekstremitas atas, hari 2: batang tubuh dan hari 3:
ekstremitas bawah. Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu
diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari
batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek karsinogen
ter batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama.
Urea
• Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek
sebagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau
xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan
protein.
Zat antiseptik
• Zat ini bersifat antiseptik dan/atau bakteriostatik. Zat-
zat antiseptic lebih disukai dalam bidang dermatologi
daripada zat antibiotic, sebab dengan memakai zat
antiseptik persoalan resistensi terhadap antibiotik
dapat dihindarkan. Golongan antiseptik : alkohol, fenol,
halogen, zat-zat pengoksidasi, senyawa logam berat
dan zat warna.
Obat Imunomodulator Topikal
• Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset
obat yang bersifat imunomodulator yaitu yang
tercakup dalam terapi imun. Salah satu obat
imunomodulator adalah takrolimus (TKL) suatu
calcinerin inhibitors (CnLs) yaitu suatu
makrolactam yang pertama-tama diisolasi dari
streptomyces. TKL dapat diberikan secara oral,
topikal, dan intravena. TKL di metabolisasi di hati
dan mempunyai bioavabilitas lebih tinggi.
Formulasi topikal mempunyai konsentrasi 0,03%
dan 0,1% dalam bentuk salep.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai