Anda di halaman 1dari 99

Dasar Elektromagnet

pendahuluan
melalui media medan magnet, bentuk energi
mekanik dapat diubah menjadi energi listrik.
perobahan energi mekanik menjadi energi listrik
berlangsung melalui alat konversi energi yang
disebut sebagai generator. sebaliknya energi listrik
dapat pula diubah menjadi energi mekanik melalui
alat konversi energi yang disebut sebagai motor
pada transformator, gandengan medan magnet
berfungsi untuk memindahkan dan mengubah
tegangan dari rangkaian primer ke sekunder melalui
prinsip induksi elektromagnit yang dikenal sebagai
hukum faraday.
Prinsip dasar Generator, Motor dan Transformator .
Ada empat peranan utama medan magnet dalam mesin-mesin listrik:
1. Bila suatu penghantar dialiri arus, maka disekitar penghantar tersebut
akan timbul medan-magnet.
2. Suatu medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu akan meng-
induksikan tegangan pada belitan kumparan (prisip kerja trafo).
3. Bila suatu penghantar digerakkan dalam suatu medan magnet dan
memotong medan magnet tersebut, maka pada penghantar tersebut akan
timbul tegangan induksi (prinsip kerja generator)
4. Bila suatu penghantar beraliran listrik berada dalam medan magnet, maka
pada penghantar
tersebut akan timbul gaya (prinsip kerja motor)
I

A Lingkar tertutup

N-kutub
- i6
r - i4 + i1
C +
+ i5 - i2
- i3

Gerakan dari N kutub

(a) (b) (c)

B
I

Gambar-1.1. Penghantar AB yang lurus dialiri arus, menimbulkan medan magnit disekitarnya
Hubungan arus dan medan magnet :
Bila suatu penghantar dialiri arus listrik, maka disekelilingnya akan terbentuk
medan magnet. Karena itu adanya medan magnet selalulu dihubungkan
dengan adanya arus listrik.
Salah satu besaran pengenal medan magnet disetiap titik adalah kuat medan
H. Kuat medan magnet magnet adalah suatu vektor,jadi kecuali mempunyai
besaran, juga mempunyai arah. Pada gambar 1.1b, diperlihatkan gambaran
medan magnet pada permukaan yang ditembus penghantar yang tegak lurus
dan dialiri arus yang menuju ke-muka kita.
Arah dari kuat medan magnet tersebut pada suatu penghantar yang panjang,
dapat ditentukan dengan aturan sekrup kanan; bila gerak sekrup sesuai
dengan arah arus, maka arah putaran sekrup sesuai dengan arah H di setiap
titik disekeliling penghantar tersebut,melihat gambar 1.2
PRINSIP GENERATOR:
GENERATOR ADALAH MESIN YANG MENGUBAH
ENERGI MEKANIK MENJADI ENERGI LISTRIK.
PROSES KONVERSI ENERGI ELEKTROMAGNET
DIDASARKAN PRINSIP, G.G.L (TEGANGAN) INDUKSI
YANG DITIMBULKAN AKIBAT SUATU PENGHANTAR
YANG DIGERAKKAN DALAM MEDAN MAGNET.

GENERATOR ARUS SEARAH DAPAT DIBAGI DALAM


DUA BAGIAN UTAMA:
1). ROTOR, YAITU BAGIAN YANG BERPUTAR,
2). STATOR, YAITU BAGIAN YANG TIDAK BERPUTAR.
Prinsip kerja
Generator :
Berdasarkan Hukum induksi dari Faraday yaitu apabila lilitan
penghantar atau konduktor diputar memotong garis-garis gaya
medan magnit yang diam, atau lilitan penghantar diam dipotong
oleh garis-garis gaya medan magnit yang berputar, maka pada
penghantar tersebut timbul Gaya Gerak Listrik (GGL) atau
tegangan induksi. Dalam hal ini untuk generator arus searah:
1. Lilitan penghantar diletakkan pada jangkar yang berputar.
2. Garis-garis gaya medan magnet yang berasal dari kutub
magnet yang berada di-stator
3. Gerak atau perputaran dari lilitan penghantar dalam medan
magnet.
Konstruksi dasar Generator arus searah :
Generator arus searah dapat dibagi dalam dua bagian utama:
1). Rotor, yaitu bagian yang berputar,
2). Stator, yaitu bagian yang tidak berputar.

a. Bagian-bagian rotor b. Bagian-bagian stator


(i) Poros angkar (i) Kerangka generator
(ii) Inti jangkar (ii) Kutub utama beserta belitan
(iii)Komutator (iii) Kutub bantu beserta belitan
(iv) Kumparan jangkar (iv) Bantalan-bantalan poros
Macam-macam belitan jangkar.
Ada dua macam belitan jangkar:
(a) Belitan gelung (lap), dan (b) Belitan gelombang.
Macam generator berdasarkan cara penguatan
medannya
a). Generator penguatan terpisah
b). Generator penguatan sendiri

A. Generator penguatan terpisah


Penguatan medan berasal dari sumber arus searah
luar, sepertii gambar.
B. Generator penguatan sendiri terdiri dari :
Kumparan medan dihubung shunt, lihat gambar.
Kumparan medan dihubung seri, lihat gambar.
Kumparan medan dihubung kompon

Hubungan kompon dapat berupa : (a) kompon pendek,


lihat gambar dan (b) kompon panjang, lihat gambar.
Generator penguatan terpisah

I
+
Ia (1) Ia =I
+ (2) V= Ea -IaRa

Beban
V (3) Daya yang dibangkitkan
Ea Ra
jangkar = EaIa
- (4) Daya yang dipasok ke-
beban = VI

Gambar-2.9. Rangkaian ekivalen generator


arus-searah dengan penguatan terpisah
Medan
Ish I I seri
+ (1) Ish =V/Rsh +
Rs (1) Ia = I
Ia (2) Ia = I + Ish Ia
(2) V= Ea -Ia(Ra +Rs)
Medan shunt

+ Beban (3) V= Ea -IaRa + (3) Daya yang dibangkitkan

Beban
(4) Daya yang dibangkitkan jangkar = EaIa
Rsh Eb Ra V jangkar = E I Eb Ra V
a a (4) Daya yang dipasok ke-
- (5) Daya yang dipasok ke- - beban = VI
beban = VI

- -
(a) (b)

I Ish I

(1) I sh  V  IRs
V
Rsh
Rs Medan seri (1) I sh 
Ish Medan seri Rsh
Rs (2) Ia = I + Ish
(3) V= Ea -Ia(Ra + Rs) (2) Ia = I + Ish

Beban
Beban

Ia Ia
(4) Daya yang dibangkitkan V (3) V= Ea -Ia(Ra + Rs)
V
+ jangkar = EaIa + (4) Daya yang dibangkitkan
(5) Daya yang dipasok ke- jangkar = EaIa
Rsh Ea Ra Rsh Ea Ra
beban = VI (5) Daya yang dipasok ke-

Generator penguatan sendiri :


- - beban = VI

(c) (d)
Gambar-2.10 Rangkaian ekivalen generator arus-searah: (a) Seri, (b) shunt, © kompon-pendek,
(d) kompon-panjang
G.G.L Yang Dibangkitkan atau Persamaan GGL
untuk Generator :

Ea = V+IaRa
Untuk generator dengan belitan gelombang (simplex wave-
wound generator)
Jumlah jalur paralel penghantar jangkar (A) = 2
Jumlah penghantar (dalam seri) pada satu bagian = Z/2
Jadi G.G.L (yang dibangkitkan/bagian)

Untuk generator dengan belitan gelung(lap) (simplex lap-wound


generator)
Jumlah jalur paralel penghantar jangkar (A) = P
Jumlah penghantar (dalam seri) pada satu bagian = Z/P
Jadi G.G.L (yang dibangkitkan/bagian)
Rugi total pada generator arus-searah

Rugi tembaga pada jangkar


Rugi tembaga
Rugi tembaga pada kumparan medan
Rugi histerisis
Rugi total Rugi besi
Rugi arus pusar
Gesekan bantalan
Rugi mekanis
Gesekan angin
Effisiensi mesin arus searah.
A B C
Masukan Daya
Rugi besi Daya listrik yang
mekanis = Rugi Keluaran
dan dibangkitkan oleh
Daya-listrik
gesekan jangkar
Keluaran dari tembaga = VI watt
=EaIa watt
penggerak mula
Pengaturan Tegangan :

Effisiensi mesin arus searah :


Effisiensi mesin arus searah
Tiga macam efisiensi dari generator :

1. Efisiensi Mekanis

2. Efisiensi Elektris

3. Efisiensi keseluruhan dan


Kerja paralel generator arus-
searah
Syarat-syarat:
(a) Tegangan terminal dari generator harus sama,
untuk itu berlaku hubungan: V1= I1Z1 (harus sama)
atau Ea1 I1Z1 = Ea2 - I2Z2 = Ea3 IȝZ3
(b) Pengaturan tegangannya harus sama
(c) Polaritas dari masing-masing generator pada
posisi yang sama.
(d) Tegangan terminal generator harus lebih besar
dari tegangan beban.
Motor Arus-Searah
prinsip kerja
motor listrik adalah suatu mesin yang merubah
tenaga listrik, menjadi tenaga mekanik, secara fisik
motor arus searah sama dengan generator arus
searah
kerjanya adalah atas prinsip bahwa apabila suatu
penghantar dialiri arus dan diletakkan didalam suatu
medan magnit, maka akan timbul gaya mekanik yang
mempunyai arah sesuai dengan hukum "tangan kiri
fleming
Prinsip kerja Motor Listrik Arus Searah (Motor DC) :
Gaya menimbulkan torsi yang akan menghasilkan rotasi mekanik,
sehingga motor akan berputar. Jadi motor arus searah ini menerima
sumber arus searah dari jala-jala, kemudian dirubah menjadi energi
mekanik berupa perputaran, yang nantinya dipakai oleh peralatan
lain.
Ringkasnya prinsip kerja dari motor membutuhkan :
1. Adanya garis-garis gaya medan magnet (fluks),antara kutub
yang berada di stator.
2.Penghantar yang dialiri arus ditempatkan pada jangkar yang
berada dalam medan magnet tadi.
3. Pada penghantar timbul gaya yang menghasilkan torsi.
Azas Motor Arus Searah :
G.g.l. lawan dari jangkar
Sesuai dengan hukum induksi elektromagnit, ggl
diinduksikan pada kawat (jangkar) yang arahnya
menurut hukum Fleming berlawanan dengan
tegangan
V yang diterapkan pada terminalnya, lihat gambar.
Dari gambar, didapat:
Persamaan tegangan dari motor :
Tegangan V yang diterapkan pada jangkar harus mengatasi:
(a) ggl lawan Eb
(b)jatuh-tegangan pada jangkar IaRa Jadi
V = Eb + Ia Ra
Eb = g.g.l. lawan pada jangkar, dalam volt
+
= fluks per kutub,dalam Weber
Z = jumlah penghantar dari jangkar Eb V= tegangan yang
V diterapkan pada
N = kecepatan perputaran dari jangkar, Ia terminal motor.

perputaran per menit (r.p.m.)


-
P = Banyaknya kutub Gambar-3.2. Arah g.g.l. dan tegangan V

A = jumlah jalur paralel penghantar jangkar


(untuk belitan gelung A = P; belitan gelombang A = 2)
Torsi
suatu pulley dengan jari-jari r meter, dimana bekerja suatu gaya F,
yang menyebabkan terjadinya rotasi dengan perputaran N (r.p.m),
gambar, maka:

KERJA YANG DILAKUKAN GAYA F DALAM SATU PUTARAN


= GAYA X JARAK
Jadi daya yang dibangkitkan :

Selanjutnya, bila N adalah putaran per menit, dan


Torsi jangkar dari motor
Torsi poros

Keluaran motor adalah:


Torsi dan kecepatan motor arus
searah
Pengaturan kecepatan motor arus searah

Gambar rangkaian Karakteristik Torsi Karakteristik kecepatan Karakteristik Mekanis


Ia = I Ta N
N
+

(a) (b) (c)


Ia
V
+
Eb Ra Ia
Ia Ta
Ta = f(Ia) n = f(Ia) n = f(Ta)
-
V = konstan V = konstan V = konstan
-
Ia = I bervariasi Ia = I bervariasi Ia = I bervariasi
Motor seri
Ish I N
+ N
Ia
+ Ta
Eb Ra V (d) (e) (f)
-

- Ia Ia Ta
Ta = f(Ia) n = f(Ia) n = f(Ta)
Motor-shunt V = konstan V = konstan V = konstan
Ish = I konstan Ish = I kontan Ish = I konstan

Gambar-3.12. Karakteristik motor-seri dan shunt


Rugi-rugi dan effisiensi motor-
arus searah
Rugi yang terjadi pada mesin arus searah adalah:
1. Rugi besi Terdiri dari rugi histeresis dan rugi arus pusar
2. Rugi listrik, Rugi ini dikenal sebagai rugi tembaga I2R
3. Rugi mekanik
Daya

motor
masukan
Rugi tahanan medan-seri

A
VIa

B
Rugi tahanan medan-shunt

C
Rugi tahanan sikat

Rugi tahanan jangkar


D
EaIa

Rugi histerisis dan arus-pusar


E

Gambar-3.13. Rugi-rugi pada mesin arus-searah


Rugi gesekan bantalan dan angin
F
pada poros
Rugi-rugi Mesin arus searah

Daya masukan mekanis


TRANSFORMATOR
TRANSFORMATOR ADALAH SUATU ALAT LISTRIK
YANG DAPAT MEMINDAHKAN DAN MENGUBAH
ENERGI LISTRIK DARI SATU ATAU LEBIH
RANGKAIAN LISTRIK KE RANGKAIAN YANG LAIN
MELALUI SUATU GANDENGAN MAGNET DAN
BERDASARKAN PRINSIP INDUKSI-
ELEKTROMAGNET.
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan
kedalam:
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran: (a) transformator arus, (b)
transformator tegangan.

Konstruksi Transformator
Umumnya konstruksi trafo daya secara singkat terdiri dari:
a. Inti yang terbuat dari lembaran-lembaran plat besi lunak atau baja silkon
yang diklem menjadi satu
b. Belitan dibuat dari tembaga yang cara melilitkannya pada inti dapat
konsentris atau spiral
c. Sistem pendinginan
d. Bushing untuk menghubungkan rangkaian dalam trafo dengan rangkaian
luar.
Prinsip kerja Transformator (tanpa beban)
Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektro magnet
menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer
dan sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti best
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan
sumber tegangan V, yang sinusoida, akan mengalir arus primer I0
yang juga sinusoida dan dengan memisalkan belitan N, reaktif murni,
I0 akan tertinggal 90° dari V.
Inti besi

V1 E1 N1 N2 E2 V2 I0

V1 E1

(a) (b)
Gambar-4.2. Transformator Ideal tanpa beban
a). Rangkaiannya ; b). Vektor diagramnya
Fluks yang sinusoida ini akan menimbulkan tegangan induksi
e, (Hukum Faraday) Bila fluks bersama ini dinyatakan dalam
bentuk: maka
Pada rangkaian sekunder, fluks
bersama tadi menimbulkan:
Pada trafo ideal tanpa beban

Transformator tanpa beban dengan memperhitungkan rugi-rugi

I0 
I0
I
V0 IR R0 I

V1
0 E1
IR

(a) (b)
Gambar-4.3. Transformator tanpa beban (rugi-rugi dperhitungkan)
a). Rangkaiannya; b). Vektor diagramnya
Transformator berbeban dengan
memperhitungkan rugi-rugi
Transformator yang sekundernya dibebani dan diperhitungkan
rugi tembaga dan fluks bocor pada belitannya, baik untuk sisi
primer maupun sisi sekunder, lihat gambar.

R1 X1  R2 X2
N2
I1 N1
V1 E1 E2 V2

Fluks bocor primer Fluks bocor ekunder

Gambar-4.4. Transformator berbeban, rugi-rugi diperhitungkan


IR
I0
I1 I
I’2

Diagram vektor trafo berbeban


V1 V1 V1
I1
I1 I’2 I’2 =I1
1 1
I’2
0 I0
0 I0
0  0  0 

I2
I2
2 I2
2

E2 E2 E2

(a) (b) (c)


Gambar-4.5. Diagram vektor trafo berbeban, dimana a=1
a). Faktor-daya sama dengan satu
b). Faktor-daya tertinggal(lagging)
c). Arus pemagnit diabaikan
Untuk membuat perhitungan menjadi sederhana, rangkaian trafo
pada gambar-4.8 harus dirubah menjadi rangkaian ekivalen trafo,
yaitu tegangan dan arus serta impedansi dari kedua sisi disatukan
kesalah satu sisi, bisa ke sisi primer atau kesisi sekunder.

Bila rangkaian sekunder ditransfer ke sisi primer, maka nilai arus dan
impedansinya berubah menjadi:
(i) Tegangan induksi sekunder E2 ditransfer ke.primer menjadi E2 = aE1
(ii) Tegangan terminal V2 ditransfer ke primer menjadi V
(iii) Arus sekuder I2 ditransfer ke primer menjadi
(iv) Untuk mentransfer impedansi sekunder ke primer, digunakan faktor
pengali a2
R2 ditransfer ke primer menjadi
X2 ditransfer ke primer menjadi
Beban Zb ditransfer ke primer menjadi ,
Dari model rangkaian di atas dapat pula diketahui
hubungan penjumlahan vektor:

U N T U K ME MBUAT P E R HITU NGA N M E N JA DI S E DERHA NA ,


R A N GK A IAN T R A FO PA DA G A M BA R - 4.8 HA R U S DI R U BA H
M E N JA DI R A N GKA IAN E K I VAL EN T R A FO, YA I T U T EG ANGAN
DA N A R US S E RTA I M P EDA NSI DA R I K E DUA S I SI DI SATU K AN
KESA L AH SAT U S I SI , BI SA K E S I S I P R I MER ATAU KES ISI
S E KU NDER.
Z1 Z2

I1 R1 X1 I’2 R2 X2

I2
I0

IR I
V1 R0 X0 E1 V2 Xb
E2

Gambar-4.8. Rangkaian listrik dari transformator berbeban


Rangkaian sirkit sekunder diperlihatkan pada gambar-4.10a dan
rangkaian ekivalennya yang diacu
ke sisi primer seperti yang terlihat pada gambar-4.10b.

I2 R2 X2 I’2 a2 R2 a2 X2

E2 V2 Xb E’2 = E1 = aE2 aV2 Z’b = a2 Zb

(a) (b)
Gambar-4.10. Rangkaian sekunder di
- acu ke- primer
a). Rangkaian sekunder
b ). Rangkaian ekivalen sekunder

Selanjutnya tahanan dan reaktansi dari kedua kumparan


dikumpulkan menjadi satu, seperti yang terlihat pada gambar-
4.13., dimana:
R01 X01 Z01

I1 R1 a2R2 X1 a2X2 I1 R01 X01

I0 I’2
IR I

Beban

Beban
R0 X0 V’2 V1 V’2 = aV2
V1 Z’b

I1 I’2 I1

Gambar-4.13. Rangkaian ekivalen trafo Gambar-4.14. Rangkaian ekivalen trafo


yang di-acu ke-sisi primer (disederhanakan)
yang di-acu ke-sisi primer

Dengan cara yang sama, rangkaian ekivalen trafo dapat juga


diacu ke-sisi sekunder, dimana nilai tahanan, reaktansi dan
impedansinya yang di-acu ke-sisi sekunder, adalah sebagai
berikut:
Rangkaian ekivalen trafo yang di-acu ke-sisi
sekunder, dapat dilihat pada gambar-4.15.
R02 X02
Z02
R1 X1
I2 a2 R2 a2 a2X2 I2 R02 X02

I’2

Beban

Beban
V’1 V2 V’1 Zb V2

I2 I2

Gambar-4.15. Rangkaian ekivalen trafo Gambar-4.16. Rangkaian ekivalen trafo


yang di-acu ke-sisi sekunder (disederhanakan)
yang di-acu ke-sisi sekunder
Menentukan parameter Transformator
Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian ekivalen
adalah:
(a). Rugi pada kumparan primer dan sekunder
(i) Tahanan ekivalen yang diacu ke-primer (R01) atau yang diacu ke-
sekunder (R02)
(ii) Reaktansi bocor ekivalen yang diacu ke- primer (X01) atau yang
diacu ke-sekunder (X02)
(b) Rugi beban nol
(iii) Tahanan R0
(iv) Reaktansi X0
Keempat parameter tersebut dapat dengan mudah ditentukan
melalui dua macam pengukuran (tes) yaitu:
1. Pengukuran beban nol.
2. Pengukuran hubung-singkat.

Pengukuran beban nol.


Maksud dan tujuan pengujian:
- Menentukan rugi beban nol atau rugi inti,
- Menentukan nilai R0 dan X0
a) Rangkaian pengukuran, lihat gambar 4.17.
b) Hasil pengukuran:
Amper-meter : Mengukur arus I0
Volt-meter : Mengukur tegangan V0
watt meter : Wo
Pengukuran hubung-singkat.
Maksud dan tujuan pengujian:
- Menentukan impedansi ekivalen Z01 (Z02), reaktansi ekivalen X01
(X02) dan tahanan ekivalen RQ , atau (R^).
- Menentukan rugi tembaga pada beban penuh atau beban lainnya.
a) Rangkaian pengukuran, lihat gambar-4.18.
b) Hasil pengukuran:

Amper-meter : Mengukur arus Ihs


Volt-meter : Mengukur tegangan Vhs
watt meter : Mengukur daya-hubung singkat Whs
Dari hasil pengukuran tersebut didapat:
Dari pengukuran amper-meter dan volt-meter,
diketahui:

untuk beban induktif,


Untuk beban kapasitif,
Motor Induksi
Bagian-bagian dari motor induksi :
terdiri dari dua bagian utama :
(a) Stator (bagian yang diam)
(b) Rotor ( bagian yang bergerak)
DIKENAL DUA TIPE MOTOR INDUKSI, YAITU
MOTOR INDUKSI DENGAN ROTOR BELITAN DAN
MOTOR INDUKSI DENGAN ROTOR SANGKAR ,
LIHAT GAMBAR 5.1.
Prinsip kerja motor induksi:
1. Apabila sumber tegangan 3 fasa diterapkan pada kumparan
stator, akan timbul medan putar dengan kecepatan:
120  f
Ns 
p
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang
penghantar pada rotor.
3. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl-
induksi) (untuk satu fasa) sebesar: E2s = 4,44 f2 N2 A
4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl
induksi tersebut akan menghasilkan arus (I).
5. Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F)
pada rotor.
6. Bila kopel (torsi) mula yang dihasilkan cukup besar untuk memikul
beban, rotor akan berputarsearah dengan medan putar stator.
7. Tegangan induksi pada rotor timbul karena batang penghantar rotor
berpotongan dengan medan putar

stator. Jadi tegangan induksi akan timbul bila ada perbedaan


kecepatan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan
kecepatan berputar poros rotor (Nr).
8. Perbedaan kecpatan antara ns dan nr disebut slip (s) dan dinyatakan
dengan
9. Bila ns = nr , tidak terdapat tegangan induksi pada rotor dan tidak
arus yang mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian
tidak dihasilkan torsi./kopel.
10. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor
tak serempak atau asinkron dengan medan putar stator.
Frekuensi arus rotor
Pada waktu motor masih diam, maka frekuensi arus rotor sama
dengan frekuensi arus stator. Waktu rotor berputar maka
frekuensinya akan dipengaruhi oleh slip Bila f1 = frekuensi jala-
jala.
f₂ = frekuensi rotor
f₂ = s f₁
Rangkaian rotor
Pada keadaan diam, gambar-5.3, arus rotor (I0)
adalah :

Pada saat rotor berputar tegangan induksi motor (E2) dan


reaktansi rotor (X2) turut dipengaruhi oleh slip, lihat gambar
5.4, arus rotor motor menjadi:
R2 X2
R2 sX2 R2/s X2
I0
I2 I0

sE2 E2
E2

(a) (b)
Gabar-5.4. Rangkaian Rotor motor induksi
Gambar-5.3. Rangkaian Rotor induksi dalam keadaan berputar.
dalam keadaan diam
Dengan demikian rangkaian rotor digambarkan
seperti yang terlihat pada gambar-5.4. Selanjutnya

Sehingga rangkaian rotor dapat juga digambarkan seperti


gambar-5.5.
Bila dikalikan dengan, maka akan
menghasilan : R2 X2
I2 1 s 
R2   
 s 
E2

Gamba-5.5. Rangkaian pengganti rotor


Dengan memperhatikan ketiga hubungan diatas
maka didapat:

Rugi tembaga pada rotor ( ) = s x Daya


masukan rotor (P2)
Daya mekanis (Pm) = (1-s) x Daya masukan rotor
(P2)
P2 : Pm : Pcu = 1 : (1-s) : s
Rangkaian ekivalen Motor
Induksi
Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator
yaitu berdasarkan prinsip induksi elektromagnit. Oleh
karena itu motor induksi dapat dianggap sebagai
transformator dengan rangkaian sekunder berputar,
lihat gambar-5.6.
I1 I’2 R1 X1 R2 X2

I2
I0

R0 X0 I2
V1 E1 sE2

Gambar-5.6. Rangkaian Rotor motor induksi


Vektor diagram dari Rangkaian Ekivalen Motor Induksi :
V1

I’2X2

I’2R\2
-E1
I’2a2R2
a2R2 I1
I'2 
s
I’2

I0

I 
Gambar-5.9 Vektor diagram
dari rangkaian ekivalen Motor
Induksi

HUBUNGAN ANTARA TORSI DAN FAKTOR DAYA ROTOR :


SE BAGAI MAN A PA DA M OTOR ARU S SEAR AH , TORSI T
A DAL A H SE BAN DING DENGAN PER KA LI AN ANTAR A AR US
JANGK AR DAN FLU KS PER KUT U B, YA ITU . DEMI K IAN
JUG A HA LNYA DENGAN MOTOR INDUKSI , TETAP I ADA
FAC TOR LAIN YANG IKUT DA LAM PER HIT UNGAN , YAIT U
FA K TO R - DAYA DA R I ROTOR
Torsi start.
Torsi yang dihasilkan oleh motor saat akan bergerak disebut torsi
start. Dalam beberapa kasus nilainya lebih besar dari torsi
normalnya dan dalam beberapa kasus nilai ini bisa lebih kecil.

= impedansi rotor /fasa pada saat diam

Nilai dalam r.p.s.

Jadi Torsi start:

Bila tegangan pasoknya V konstan, maka fluks dan E2 keduanya


juga konstan.
Kondisi untuk Torsi start maksimum.

Torsi pada keadaan motor sudah berputar :


atau
dimana E2 = Er = ggl rotor per fasa pada waktu motor
berputar, Ir = I2 = arus rotor per fasa pada waktu motor berputar,
Er = SE, maka torsi dapat dinyatakan sebagai:
maka torsi dapat dinyatakan sebagai:
Torsi maksimum pada keadaan
motor sudah berputar.

Besarnya slip pada torsi maksimum adalah

maka torsi maksimum pada kondisi motor sudah berputar menjadi:


Hubungan antara Torsi dan Slip.
Torsi maksimum

Torsi

6R

4R

1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0


Slip

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1, 0


Kecepatan Ns dalam %
Gambar-5.16. Hubungan Torsi dan Slip
Jadi untuk harga slip rendah, maka kurva torsi versus slip mendekati garis lurus (daerah
yang diarsir). Slip meningkat, torsi juga meningkat, dan menjadi maksimum apabila s=
R2/X2. Bila slip terus meningkat (kecepatan motor menurun) yaitu bila beban motor
meningkat terus, R2 dapat dabaikan dibandingkan sX2.
Torsi Beban-penuh dan Torsi maksimum

Pengaruh perobahan tegangan pasok terhadap torsi


dan kecepatan.

Sebagaimana diketahui ,dimana adalah


tegangan pasok, jadi:
Bila V berobah menjadi V’, s menjadi s' dan T menjadi
T', maka berlaku hubungan:
Aliran daya dan persamaan Torsi pada
Motor Induksi
Pcu=Rugi tembaga
belitan rotor
Daya yang ditransfer
ke-rotor melalui medan Masukkan
magnit celah udara Rotor P2 Rugi gesekan & angin
= Daya mekanis yang
dibangkitkan Rotor P m
Daya masuk ke-Stator (P1) atau Torsi-kotor

Rugi stator
- Rugi tembaga belitan stator Keluaran Rotor bersih
- Rugi besi atau Torsi-poros
Pbesi stator
Pcu Stator

Stator Rotor
Pcu Rotor Pgesekan&angin

Daya masuk ke-Stator (P1) P2 keluaran Pm = Keluaran


stator P2 kotor Rotor
Keluaran Rotor bersih

Rotor Keluaran Rotor


bersih
Stator Torsi kotor= Tg

P2 : Pm : Pcu =1 : (1-s) : s Torsi poros =Tpo

Gambar-5.17. Diagram aliran daya pada motor induksi


MOTOR INDUKSI FASA TUNGGAL
Konstruksi motor induksi fasa-tunggal hampir sama dengan motor induksi fasa-tiga,
kecuali statornya, hanya mepunyai kumparan tunggal dan dilengkapi dengan sakelar
sentrifugal pada type motor-motor tertentu, yang berguna untuk keperluan start.
Rotornya mempunyai konstruksi yang sama yaitu dari jenis rotor sangkar. Jika pada stator
diletakkan belitan untuk satu fasa saja, maka medan magnet yang dibangun merupakan
medan magnet yang tidak berputar tetapi diam pada satu arah pada poros belitan
medan dan besarnya bertukar, setengah period ke-satu arah dan setengah periode
berikutnya ke arah berlawanan, lihat gambar-6.1.
Y Y

A  m / 2 
O  m O  m sin
B  m / 2 

Y (a) Y (b)

Y Y Y
A  m / 2
O  m O O
B  m / 2
Y Y (d) Y
(c) (e)

Gambar-6.1/. Fluks bolak-balik diuraikan menjadi 2 fluks yang berputar


saling berlawanan arah
Karakteristik kopel-kecepatan

Karakteristik kopel-slip motor induksi fasa tunggal


(a) Torsi berdasarkan medan putar maju dan mundur
(b) Torsi dengan memperhitungkan perobahan kedua medan
Jadi Torsi maju dan mundur adalah
sebagai berikut:

torsi maju torsi mundur


Kopel total T = Tf + Tb
Pada gambar kopel-slip motor induksi terlihat kedua
kopel tersebut, kopel pertama disebut kopel maju dan
yang kedua kopel mundur dan kopel resultannya untuk
slip antara nol dan +2. Pada keadaan diam, s = 1 dan (2-
s) =1. Oleh karena Tf dan Tb nilainya sama dan
berlawanan arah, maka tidak menghasilkan kopel.
Motor fuse terpisah (split phase).
Motor fasa terpisah mempunyai dua belitan stator, yakni sebuah
belitan utama dan sebuah belitan bantu, dengan sumbu-sumbunya
digeserkan sebesar 90° derajat listrik dalam ruang. Belitan stator
tersebut dihubungkan seperti yang terlihat pada gambar-6.5. Belitan
bantu mempunyai perbandingan resistansi/reaktansi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perbandingan resistansi/ reaktansi dari belitan
utama, atau dengan kata lain belitan bantu tahanannya tinggi,
reaktansinya rendah sedangkan belitan utama tahanannya rendah
reaktansinya tinggi, sehingga kedua arus tersebut mempunyai fasa yang
berbeda.
Rangkaian belitan Motor fasa
terpisah
Belitan utama stator

Im
Belitan bantu

 IS
V
fasa-tunggal


Pasokan

IS
R
Im
S Rotor
I
(a) (b)

Gambar-6.5. Motor fasa-terpisah


(a) Bagan rangkaiannya; (b) Pasor diagramnya
Salah satu cara untuk melepas belitan bantu jika motor sudah
berjalan dapat diperoleh dengan suatu sakelar sentrifugal, yang
membuka rangkaian belitan bantu jika putaran motor sudah
mencapai 75%-80% dari kecepatan penuhnya.
Pada gambar-6-6, diperlihatkan bagan motor fasa terpisah yang
dikendalikan dengan sakelar senterifugal S, yang biasa tertutup pada
keadaan diam atau putaran rendah dan membuka jika putarannya
cukup tinggi.

IS
Im Belitan utama Rotor

Belitan bantu
fasa-tunggal
Pasokan

Gambar-6.6. Motor fasa-terpisah dengan sakelar


sentrifugal pada belitan bantunya
Kumparan rele dihubung seri dengan belitan utama dengan
sepasang kontak yang dalam keadaan tidak bekerja terbuka

Rele arus

IS

Belitan utama stator

Belitan bantu
fasa-tunggal
Pasokan

Im Rotor

Gambar-6.7. Pelepasan belitan bantu


dengan bantuan rele-arus
Motor kapasitor
Belitan utama stator Kapasitor

Im
Belitan bantu

Sakelar sentrifugal
IS
fasa-tunggal

Im S
Pasokan

Belitan utama

Belitan bantu
IS

fasa-tunggal
Pasokan
S Rotor

Rotor
(a)
IS
(b)
80o
 V
I

Im (c)
Gambar-6.8. Motor induksi berputar dengan bantuan kapasitor
(a) Kapasitor berada didalam rangka stator
(b) Kapasitor berada diluar stator
© Fasor diagramnya
Pada motor kapasitor, pergeseran fasa antara Im dan Is didapatkan
dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang seri terhadap
belitan-bantunya.

Kondersator start direncanakan pemakaiannya


dalam waktu singkat, sekitar 3 detik, dan tiap jam
hanya 20 kali pemakaian startnya (start capacitor
motor). Bila putaran motor mencapai 75% dari
kecepatan penuh, saklar sentrifugal S akan terbuka,
memutuskan arus kumparan-bantu dan kondensator
dari sumbernya sehingga hanya lilitan-utama yang
dialiri arus.
Pada gambar-6.9a diperlihatkan karakteristik kopel/torsi
terhadap kecepatan untuk motor fasa terpisah., sedangkan
gambar-6.9b untuk motor diasut kapasitor

400 400

Torsi beban penuh %


Torsi beban penuh %

Belitan utama dan


300 300
Beltan bantu
Belitan utama dan
Sakelar membuka
Beltan bantu

200 200

Sakelar Hanya belitan utama


membuka saja

100 100

Hanya belitan utama


saja
0 0
0 25 50 75 100 0 25 50 75 100
Kecepatan sinkron % Kecepatan sinkron %

(a) (b)
Gambar-6.9. Kurva Torsi(kopel) terhadap kecepatan motor fasa-tunggal
(a) Motor fasa terpisah; (b) Motor kapasitor
ALTERNATOR (GENERATOR ABB)
Prinsip dasar
Generator abb bekerja dengan prinsip sama dengan generator arus searah,
yaitu prinsip induksi elektromagnetik. Juga terdiri dari:
(i) Stator
(ii) Rotor.
Stator merupakan elemen diam yang terdiri dari belitan-beliian jangkar,
sedangkan rotor merupakan elemen yang berputar terdiri dari belitan-
belitan medan.
Perbedaan penting antara generator arus-searah dan generator abb, yaitu
pada generator arus-searah ja54ngkarnya yang berputar dan medannya
diam, sedangkan pada generator abb sebaliknya, yaitu medannya berputar
dan belitan-belitan jangkarnya diam (stator).
Pada gambar-6.1, diperlihatkan bagan generarator Arus-bolak-balik dengan
rotor kurub menonjol.
Konstruksi Generator Arus
Bolak-Balik
Ada dua type dari rotor:
(i) Rotor kutub menonjol (salient pole), yaitu type yang dipakai untuk alternator-alternator
dengan kecepatan rendah dan menengah, lihat gambar-7.2 (ii) Rotor kutub Silindris, yaitu type
yang dipakai untuk alternator-alternator turbo dengan kecepatan amat tinggi, lihat gambar-
7.3.

(a) (b)

Gambar-7.2. Kutub menonjol enam kutub


Gambar-7.3. Kutub Silindris, (a) dua kutub; (b) empat kutub
Kecepatan dan frekuensi
Dalam suatu alternator terdapat hubungan tertentu antara
kecepatan putar (N) dari rotor, frekuensi dari ggl yang dibangkitkan
dan jumlah kutub-kutub (p). Hubungan tersebut adalah :

Dalam praktek banyaknya kawat/penghantar pada tiap sisi


kumparan selalu terbagi atas dua alur atau lebih, lihat gambar-7.8. Ini
dinamakan kumparan terbagi. Dengan cara ini alurnya tidak perlu
terlalu dalam; ini berarti suatu keuntungan. Oleh sebab itu diameter
luar stator menjadi kecil, sehingga secara keseluruhan mesin menjadi
lebih ringan dan lebih murah.
Belitan Jangkar
Belitan jangkar yang ada di stator yang
selanjutnya disebut belitan stator di
rangkai untuk hubungan tiga fasa yang
terdiri atas :
1. Belitan satu lapis (single layer winding)
2. Belitan dua lapis (double layer winding)
Belitan satu lapis bentuknya ada dua
macam:
a. Mata rantai (concentris or chain
winding), lihat gambar-7.6a
b. Gelombang (wave) Belitan dua lapis
bentuknya juga ada dua macam:
a. Jenis gelung (lap), lihat gambar-7.6b
b. Jenis gelombang (wave), lihat gambar-
7.6c
Jarak antar kutub utara dan kutub selatan dinyatakan
dalam 180o listrik atau disebut satu kisar penuh, lihat
gambar-7.10 dan 7.11.
U S
180o listrik

Kisar penuh
Alur/ slot

24 1 2 3 4 5 6 7 8
Kisar pendek

Gambar-7.11 . Kisar belitan stator


Faktor Kisar (kᴄ)

Faktor Distribusi (kd )

Belitan jangkar pada setiap fasa tidak dipusatkan


hanya pada satu alur/slot akan tetapi didistribusikan
pada beberapa alur/slot.
Faktor distribusi (kd ) didefinisikan
sebagai

Secara umum Faktor distribusi (kd ) dapat ditentukan


sebagai berikut:
Bila sudut antara dua alur, maka nilai adalah:
kd
Bila m = banyaknya alur per fasa per kutub, sudut kisar fasa.
Pada gambar-7.14. dilukiskan metoda mendapatkan jumlah m
vektor tegangan, yang setiap vector nilainya = Es

 C 
B Es D
Es
Es 
Er 0 Es
A
/2 m E
 r

0
Gambar-7.14. Menentukan faktor distribusi
Persamaan g.g.l. Induksi
Besarnya tegangan induksi per fasa yang dibangkitkan oleh
kumparan jangkar yang ada di-stator

Penjumlahan secara aritmatik =

Penjumlahan secara vektoris =


Alternator berbeban.
Bila alternator atau generator serempak
berbeban maka tegangan terminalnya akan
bervariasi yang dikarenakan oleh:
1. Jatuh-tegangan yang disebabkan oleh tahanan
jangkar Ra
2. Jatuh-tegangan yang disebabkan oleh reaktansi
bocor jangkar XL
3. Jatuh-tegangan yang disebabkan oleh reaksi
jangkar
(a) Tahanan jangkar
Tahanan jangkar Ra per fasa, menyebabkan jatuh-tegangan per fasa
sebesar IRa yang sefasa
dengan arus jangkar I. Dalam praktek jatuh tegangan ini dapat diabaikan.
(b) Reaktansi bocor jangkar
Bila arus mengalir pada penghantar jangkar, akan menimbulkan fluks
yang tidak melewati celah udara. Fluks seperti ini disebut fluks bocor, lihat
gambar-7.15, selanjutnya fluks bocor ini akan menghasilkan reaktansi
bocor XLper fasa Jadi ggl yang dibangkitkan harus mengatasi jatuh-
tegangan yang disebabkan oleh tahanan jangkar Ra dan jatuh-tegangan
yang disebabkan oleh reaktansi bocor jangkar XL
(c) Reaksi jangkar
Apabila generator sinkron (alternator) melayani beban, maka pada
kumparan stator mengalir arus; dan arus ini menimbulkan fluks jangkar .
Fluks jangkar ini akan ber-interaksi dengan fluks utama yang dihasilkan
medan rotor , sehingga menghasilkan fluks resultante
Dimana :
E0 = G.g.l induksi yang dibangkitkan oleh jangkar pada waktu alternator tanpa
beban
E = G.g.l induksi yang dibangkitkan oleh jangkar pada waktu alternator berbeban
atau setelah reaksi jangkar.

Pengaturan Tegangan
Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal
alternator antara keadaan beban nol dengan beban penuh
Pengaturan Tegangan dalam prosen
Kerja paralel alternator
Untuk melayani beban yang berkembang, kita harus memparalelkan dua
atau lebih alternator dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang
dibangkitkan. Selain tujuan diatas, kerja paralel juga sering dibutuhkan utuk
menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin (alternator) yang harus
dihentikan, misalnya untuk istirahat atau perbaikan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama besar, dan bertentangan
arah, atau harga tegangan efektif terminal alternator harus sama besar dan
bertentangan arah dengan harga efektif tegangan jala-jala.
2. Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala-jala
harus sama.
3. Fasa kedua alternator harus sama dan bertentangam setiap saat.
4. Urutan fasa kedua alternator harus sama.
Motor Sinkron (Serempak)
Prinsip kerja Motor Sinkron(Serempak)
Prinsip kerja motor sinkron karena adanya interaksi dua
medan, yaitu fluks (medan putar) yang dihasilkan stator dan
fluks (medan magnet) yang dibangkitkan oleh kumparan
medan rotor, yang menyebabkan torsi memutar rotor. Apabila
kumparan jangkar yang ada di stator diberi sumber tegangan
fasa-tiga, maka pada kumparan tersebut timbul medan putar
seperti pada motor induksi. Kumparan medan yang ada di
rotor diberi arus-searah, maka pada permukaan kutub timbul
medan magnet yang arahnya dari kutub-utara ke kutub-
selatan. Interaksi kedua medan ini akan membangkitkan torsi,
torsi tersebut akan memutar rotor dengan kecepatan sinkron

x dengan kecepatan medan putarnya.


pada motor induksi tidak terdapat kumparan medan, sehingga sumber
pembangkit fluks hanya diperoleh dari daya masuk pada stator, daya
masuk ini yang menghasilkan medan-putar. Daya masuk pada stator
untuk membangkitkan fluks(medan-putar), merupakan daya induktif,
oleh sebab itu motor induksi bekerja dengan factor-daya tertinggal
(lagging). Pada motor sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks,
yaitu (i) arus bolak-balik pada stator dan (ii) arus searah pada rotor.
factor-daya motor sinkron dapat diatur dengan mengubah-ubah
besarnya arus penguat medan (If).

Ia Ra XS If
V
Belitan penguat

arus-searah 
Sumber
V Eb ~  Eb
IaZS
IaXS
IaRa
Ia
Gambar-8.1. a).Rangkaian ekivalen motor-sinkron, b) Fasor diagramnya
Pengaruh perobahan arus penguatan terhadap arus
jangkar dan dan faktor daya.
Besarnya arus penguatan, untuk ggl lawan Eb sama dengan tegangan V
yang diterapkan pada motor , dikenal sebagai penguatan 100%. G.g.l.
induksi (Eb) tergantung pada besarnya arus penguatan pada motor,
besarnya g.g.l. induksi dapat sama atau lebih kecil atau lebih besar
dibandingkan tegangan sumber V.
Berikut ini akan dibahas apa yang terjadi bila motor tersebut
berpenguatan lebih atau berpenguatan kurang.

(i). Misalkan motor sinkron dengan beban mekanisnya yang konstant, dan
pada penguatan 100%, lihat gambar-8.2a yaitu bila Eb.= V. Arus jangkar Ia
tertinggal terhadap tegangan V dengan sudut yang kecil. Sudut yaitu sudut
antara Ia dan ER besamya tetap, sesuai dengan konstanta stator, yaitu tan θ
= Xs / Ra.
(ii). Dalam gambar-8.2b penguatannya berkurang dari
100% yaitu Eb.< V. Akibatnya ER akan bertambah searah
jarum jam demikian juga arus jangkarnya ( arus jangkar ini
tertinggal terhadap ER dengan sudut yang besarnya
tetap.). Terlihat bahwa arus jangkar Ia meningkat akan
tetapi factor-dayanya menurun ( meningkat). Oleh karena
tegangan masukan V konstan, komponen aktif dari arus Ia
yaitu akan tetap sama seperti semula, akan tetapi
komponen arus reaktifnya meningkat. Jadi, bila penguatan
berkurang, Ia akan meningkat tetapi faktor kerjanya akan
menurun sehingga komponen arus aktif dari Ia, yaitu akan
tetap sama seperti semula. Dari fakta ini, dapat diketahui
bahwa tempat kedudukan dari arus Ia adalah garis vertikal
seperti yang terlihat pada gambar-8.2.
Selain itu patut dicatat, yaitu bila arus penguatan
medan dikurangi, kopel motor juga akan berkurang.
berbanding lurus dengan berkurangnya arus
penguatan.
(iii). Pada gambar-8.2c diperlihat kondisi dimana
motor dengan berpenguatan lebih, yaitu bila Eb > V.
Terlihat bahwa tegangan resultan yaitu vektor ER
bergerak berlawanan arah jarum jam, demikian
juga arus Ia. Dari sini terlihat bahwa arus motor
mendahului tegangan V.
(iv). Selanjutnya akan terjadi pada suatu nilai arus
penguatan, arus Ia sefasa dengan tegangan V.,
yaitu dimana faktor dayanya = 1,0, lihat gambar-
8.2d. Pada keadaan ini arus yang mengalir pada
motor minimum
Dua kesimpulan pokok:
(1). Besarnya arus jangkar (Ia) bervariasi sesuai arus
penguatannya. Arus jangkar nilainya menjadi
besar baik pada penguatan kurang maupun pada penguatan
lebih (arus tertinggal pada pengutan
kurang dan arus mendahui pada penguatan lebih). Diantara
kedua macam penguatan tersebut,
akan terjadi arus yangkar minimum pada penguatan tertentu
Variasi dari Ia terhadap arus
penguatan dapat dilihat pada gambar-8.3, yang dikenal
sebagai kurva "V".
(2). Pada masukan yang sama, arus jangkar (Ia) bervariasi cukup besar
dan menyebabkan faktor-dayanya , juga bervariasi cukup besar.Bila
pada penguatan-lebih, motor berputar degan faktor-daya
mendahului dan pada penguatan-kurang berputar dengan faktor-
daya tertinggal.Diantara keduanya, akan terjadi motorakan
berputarpada faktor-daya =1,0.Faktor-daya dari motor sinkron dapat
dikendalikan dengan mengubah arus-medanatauarus-penguatnya..

Faktor-daya 0,8
Beban-penuh

Faktor-daya 0,8
tertinggal

mendahului
Faktor-daya =
½ Beban penuh

1,0
Tanpa beban
Arus-jangkar

FD tertinggal FD mendahului

0
Arus-penguat (arus-searah)
Gambar-8.3. Variasi arus jangkar terhadap
arus-penguat
Daya yang dibangkitkan Motor sinkron

Ia XS If V
A

Belitan penguat

arus-searah
S
 I aX 

Sumber
Eb
V Eb ~ B
Ia

Gambar-8.5.Rangkaian ekivalen motor-sinkron, tahanan jangkar diabaikan

JA D I D AYA YA N G D I B A N G K I T K A N M OTO R P E R - FA S A ; U N T U K 3 FA S A
Jatuh-tegangan pada motor, Er =Ia Zs, dimana Zs, adalah impedansi
sinkron per fasa dalam ohm dan seharga dengan Sudut fasa
antara arus Ia dan resultan tegangan Er, diberikan
oleh persamaan

Effisiensi motor
Kondensor Sinkron

Apabila motor sinkron diberi penguat berlebih, maka


untuk mengkompensasi fluks, dari jala-jala akan ditarik arus
kapasitif. Karena itu motor sinkron (tanpa beban) yang
diberi penguatan lebih akan berfungsi sebagai kapasitor dan
mempunyai kemampuan untuk memperbaiki factor-daya.

Anda mungkin juga menyukai