• Anak merupakan generasi penerus sumber daya manusia masa depan untuk
melanjutkan pembangunan
• Salah satu upaya yang paling mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas
tumbuh kembang anak secara optimal sekaligus memenuhi hak anak adalah
memberikan makanan terbaik bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun
• ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal
• Sistemkekebalan tubuh pada bayi saat lahir masih sangat terbatas dan akan
berkembang sesuai dengan meningkatnya paparan mikroorganisme di dalam
saluran cernanya
• Dari8.795.000 kematian anak yang terjadi di tahun 2018, 68% (5,97 juta)
disebabkan oleh penyakit infeksi.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
dirumuskan masalah tentang “Apakah ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) pada anak usia 6-24 bulan di
puskesmas Pekkabata?”
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
• Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada anak usia 6-24 bulan di
puskesmas pekkabata.
Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui cakupan pemberian ASI eksklusif oleh ibu-ibu di puskesmas
pekkabata.
• Untuk
mengetahui kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
pada anak usia 6-24 bulan di puskesmas pekkabata
Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis atau Aplikatif
• Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan
upaya-upaya pencegahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada
anak-anak usia 6-24 bulan serta dalam rangka upaya penggalakan program
pemberian ASI eksklusif khususnya di wilayah puskesmas pekkabata.
Manfaat Teoretis atau Akademis
• Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan
masyarakat akan pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam mencegah kejadian
penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
AIR SUSU IBU (ASI)
• Mengandung zat gizi yang sesuai bagi bayi. • Mencegah perdarahan pasca persalinan.
• Mengurangi anemia
• Mengandung zat protektif (kekebalan).
• Dapat digunakan sebagai metode KB
• Mempunyai efek psikologis. Kontak langsung sementara.
antara ibu dan bayi ketika terjadi proses
• Mengurangi resiko kanker indung telur dan
menyusui dapat menimbulkan efek psikologis kanker payudara. Hamil, melahirkan, dan
sehingga membangun kedekatan ibu dan menyusui itu adalah satu kesatuan.
bayinya. • Memberikan rasa dibutuhkan. Dengan menyusui
• Menyebabkan pertumbuhan yang baik. Bayi ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
yang mendapatkan ASI akan mengalami
peningkatan berat badan yang lebih • Mempercepat kembali ke berat badan semula.
Selama hamil ibu menimbun lemak di bawah
signifikan dan mengurangi resiko obesitas. kulit.
Bagi Keluarga Bagi Negara
• Mudah pemberiannya • Menurunkan angka kesakitan dan
• Menghemat biaya kematian anak
Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi
yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding dengan yang mendapat air
susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan komponen penting pada
sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain, karena sebagian besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mukosa (Matondang, Munasir &
Sumadiono, 2008).
IMUNITAS NONSPESIFIK ASI
Dalam ASI ada sejumlah faktor yang bertindak sebagai bagian dari sistem imun
bawaan bayi yaitu antipathogenic effect yang melengkapi sistem imun bayi tersebut.
Ini termasuk zat yang berfungsi sebagai prebiotik (zat yang meningkatkan
pertumbuhan probiotik atau mikroflora bermanfaat), asam lemak bebas (FFA),
monogliserida, antimikroba peptida, dan glycans susu manusia, yang mengikat
pathogens.
Selain ini, ada faktor lain dalam ASI yang mendukung atau bertindak konser
dengan sistem bawaan kekebalan bayi termasuk bifidus faktor, lisozim,
laktoperoksidase, lactoferrin, lipoprotein lipase, dan bahkan pertumbuhan
epidermal faktor, yang dapat merangsang pematangan pencernaan epitel sebagai
penghalang (Lawrence & Pane, 2007).
KANDUNGAN ASI IMUNITAS SPESIFIK ASI
Komplemen Limfosit T
Laktoferin Limfosit B
Lisozim
Glycans
Asam Lemak Bebas dan Monogliserida
Antimikroba Peptida
Probiotik dan Prebiotik
Makrofag
Neutrofil
NK Cells
Sitokin
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi di
setiap tempat di sepanjang saluran nafas dan adneksanya (telinga tengah,
kavum pleura, dan sinus paranasalis)
Infeksi respiratori akut (IRA) merupakan penyebab terpenting morbiditas dan
mortalitas pada anak. Yang dimaksud infeksi respiratori adalah mulai dari
infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Pengertian akut
adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari (Wantania, Naning & Wahani,
2008).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) digolongkan menjadi infeksi saluran
pernapasan atas dan infeksi saluran pernafasan bawah. Saluran pernapasan atas
terdiri dari saluran udara dari lubang hidung ke pita suara di laring, termasuk sinus
paranasalis dan telinga tengah. Saluran pernapasan bawah meliputi kelanjutan
saluran udara dari trakea dan bronkus ke bronkiolus dan alveoli (Simoes et al.,
2016).
Infeksi respiratori atas terdiri dari rhinitis, faringitis, tonsillitis, rinosinusitis, dan otitis
media (Wantania, Naning & Wahani, 2008).
Sebagian besar infeksi respiratori atas disebabkan oleh virus. 25-30% disebabkan oleh
Rhinovirus; 25-35% disebabkan oleh Respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza dan
virus influenza, human metapneumovirus, dan adenovirus; 10% disebabkan oleh virus
corona; dan sisanya virus yang tidak teridentifikasi.
Saat ini, penyebab paling umum infeksi respiratori bawah adalah RSV. RSV cenderung
musiman, tidak seperti virus parainfluenza, yang merupakan penyebab paling umum infeksi
respiratori bawah berikutnya (Simoes et al., 2016)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ISPA
Usia
Jenis kelamin
Status gizi
Pemberian ASI
Berat badan lahir rendah (BBLR)
Imunisasi
Pendidikan orang tua
Status sosial ekonomi
Penggunaan fasilitas kesehatan
Lingkungan
Hubungan antara ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duijts, Jaddoe, Hofman, and Moll (2010)
bertujuan untuk menguji hubungan antara durasi pemberian ASI eksklusif dengan
infeksi pada saluran nafas atas (ISPA Atas), saluran nafas bawah (ISPA Bawah),
dan traktus gastrointestinal pada bayi. Hubungan antara ASI Eksklusif dengan
Kejadian ISPA
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duijts, Jaddoe, Hofman, and Moll (2010)
bertujuan untuk menguji hubungan antara durasi pemberian ASI eksklusif dengan
infeksi pada saluran nafas atas (ISPA Atas), saluran nafas bawah (ISPA Bawah),
dan traktus gastrointestinal pada bayi.
Informasi tentang durasi dan keeksklusifan pemberian ASI digabung dan
dikelompokkan menjadi 6 kategori: (1) tidak pernah; (2) parsial <4 bulan,
tidak sesudahnya; (3) parsial 4-6 bulan; (4) eksklusif 4 bulan, tidak sesudahnya;
(5) eksklusif 4 bulan, parsial sesudahnya; (6) eksklusif 6 bulan. Infeksi saluran
pernafasan dikombinasikan menjadi doctor-attended dan not doctor-attended
infeksi saluran nafas atas (serious cold, infeksi telinga, dan infeksi tenggorokan)
dan bawah (pneumonia, bronkitis, dan bronkiolitis).
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ASI eksklusif hingga usia 4 bulan
diikuti dengan pemberian ASI-parsial berkaitan dengan penurunan bermakna
penyakit infeksi saluran nafas dan gastrointestinal pada bayi. ASI eksklusif
hingga usia 6 bulan cenderung lebih protektif daripada ASI eksklusif hingga
usia 4 bulan dengan ASI-parsial sesudahnya.
Penelitian lain dengan judul Full Breastfeeding Duration and Associated Decrease in
Respiratory Tract Infection in US Children bertujuan untuk memastikan jika ASI
eksklusif ≥6 bulan dibandingkan dengan 4 sampai <6 bulan di Amerika Serikat
memberikan proteksi lebih terhadap infeksi saluran pernafasan. Metode
penelitiannya menggunakan analisa data sekunder dengan metode cross sectional.
Data dari 2277 anak yang berusia 6 sampai <24 bulan, dibagi dalam 5 kelompok
berdasarkan status pemberian ASI. Pengukuran hasil termasuk kemungkinan
menderita pneumonia, ≥3 kali cold/influenza, ≥3 kali otitis media, atau wheezing
dalam 1 tahun terakhir atau pertama kali menderita OM pada usia <12 bulan.
Hasil yang diperoleh bayi yang diberi ASI eksklusif untuk 4 sampai <6 bulan
memiliki resiko lebih besar menderita pneumonia dibanding yang diberi ASI
eksklusif sampai ≥6 bulan (Chantry, Howard, & Auinger, 2016).
Pada lokasi yang berbeda, penelitian yang dilakukan oleh Elly, Yunida, dan
Sudarwati (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi di Puskesmas Nusa Indah
Bengkulu. Penelitian ini menggunakan studi analitik deskriptif dengan metode case
control, menggunakan data sekunder dan primer. Jumlah sampel 90 orang dari
185 bayi yang menderita ISPA, dengan ratio 1:1. 45 orang (case group) dan 45
orang (control group), dengan total sampling technique untuk case group dan control
group menggunakan accidental sampling technique. Hasil menunjukkan bahwa
kebanyakan bayi tidak mendapat ASI eksklusif dan 40 bayi menderita ISPA.
Hipotesis
• H0: Tidak ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
• H1: Ada hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik cross sectional. Cross sectional ialah
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).
Populasi