Keluhan utama:
Pasien perempuan 28 tahun datang ke IGD RSUD Tarakan
dengan keluhan nyeri di perut kanan bawah sejak 1 jam
SMRS
Riwayat penyakit
sekarang
1 hari SMRS, pasien mulai merasa panas pada seluruh tubuh, Menurut pasien
demam naik turun dan tidak diukur. BAB dan BAK dalam batas normal dan tidak
terdapat perubahan. Kotoran berwarna cokelat tanpa darah maupun lendir. BAK
tidak nyeri, warna kuning dan tidak mengeluarkan darah.
Sejak 1 jam SMRS, OS mengeluh nyeri pada perut kanan bawah. Nyeri terlokalisir
pada perut bagian kanan. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- tusuk dan terus
menerus. Nyeri tidak hilang walaupun pasien berubah posisi. Nyeri tidak menjalar
ke ulu hati maupun ke pinggang. Pasien merasa mual dan muntah 1 kali berisi
makanan, kembung (+). Demam sudah tidak dirasakan.
Nyeri di perut kanan bawah dirasakan terus menerus dan memburuk sehingga
membuat OS sulit untuk berdiri dan berjalan. Akhirnya OS memutuskan untuk
berobat ke rumah sakit. OS pernah mengeluhkan hal yang serupa 1 tahun yang
lalu. OS tidak memiliki riwayat kencing manis, hipertensi, penyakit jantung ataupun
alergi obat tertentu. Pasien juga belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Riwayat Haid terakhir 15 September 2018.
Riwayat penyakit
dahulu
Umum:
Diabetes mellitus : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Gastritis : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Tuberkulosis : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Batu ginjal : Tidak ada
Lain-lain : (-) Operasi (-) Kecelakaan
Riwayat penyakit
keluarga
Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Penyebab
(Tahun ) Kesehatan Meninggal
Ayah 47 Laki-laki DM -
OS 28 Perempuan Sakit -
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri (-) Radang
(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus (-) Ketajaman penglihatan
Anamnesis sistem
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah kotor
(-) Gusi (-) Gangguan pengecap
(-) Selaput (-) Stomatitis
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Kehilangan pendengaran
(-) Tinitus
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Anamnesis sistem
Dada
(-) Nyeri dada (-) Sesak napas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (-) Batuk
Abdomen
(+) Kembung (-) Wasir
(+) Mual (-) Mencret
( -) Muntah (-) Tinja darah
(-) Muntah darah (-) Tinja berwarna dempul
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna ter
(+) Nyeri perut (-) Benjolan
(-) Perut membesar
Saraf
Anamnesis sistem
(-) Anestesi (-) Sukar mengingat
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo / Hiper-esthesi
(-) Kejang (-) Pingsan
(-) Afasia (-) Kedutan (’tick’)
(-) Amnesia (-) Pusing (Vertigo)
(-) Lain – lain (-) Gangguan bicara (Disarti)
Extremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis
(-) Kaku
Riwayat hidup
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : (-) Di rumah (+) Rumah Bersalin (-) R.S. Bersalin
(-) Hepatitis (-) BCG (-) Campak (-) DPT (-) Polio (-) Tetanus
Riwayat Makanan
Mulut: bibir lembab, lidah bersih, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Inspeksi
Mendatar, sawo matang, tidak ada bekas operasi
Palpasi
Supel, nyeri tekan kanan bawah, Mcburney (+), Blumberg (+), Rovsing (+), Psoas (-), Obturator (-), Defens Muscular (-)
Perkusi
Hipertimpani, nyeri ketuk lapangan perut kanan bawah, nyeri ketuk CVA (-)
Auskultasi
BU (+), normoperistaltik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 01 Oktober 2018
Fungsi ginjal
Ureum 10.1 mg/dL 15.0 – 48.5
Kreatinin 0.65 mg/dL 0.67 – 1.17
Fungsi hati
SGOT 15 mg/dL <40
SGPT 10 mg/dL <41
PEMERIKSAAN USG
Tanggal 1 Oktober 2018
Kesimpulan : Sugestif gambaran appendiksitis
Hepar, KE, pankreas, limpa, ginjal, uterus tidak tampak kelainan pada
USG
Resume
Pasien perempuan berusia 28 tahun, datang ke IGD RS Tarakan dengan
keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 jam SMRS. Nyeri terlokalisir
pada perut bagian kanan. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- tusuk dan
terus menerus. Nyeri tidak hilang walaupun pasien berubah posisi.
Nyeri tidak menjalar ke ulu hati maupun ke pinggang, mual (+), muntah (+) 1
kali berisi makanan, kembung (+).
BAB normal, flatus (+), BAK normal.
Keluhan serupa pernah dirasakan pasien 1 tahun yang lalu.
Pasien menyangkal riwayat merokok dan minum minuman beralkohol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, suhu
36,3 oC. Status lokalis ditemukan nyeri tekan pada abdomen bagian kanan
bawah, McBurney (+), Blumberg (+), Rovsing Sign (+), Obturator Sign (-), Psoas
Sign (-), Defans Muscular (-) dan nyeri ketuk seluruh lapang perut pada
perkusi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 19.300/uL
DIAGNOSA KERJA
DIAGNOSA BANDING
1. Appendisitis Akut
PEMERIKSAAN ANJURAN
2. Appendikogram
Penatalaksanaan
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone iv 1 x 2 gr skintest
Ketorolac iv 3 x 1 amp
Ondansentron iv 2 x 1 amp
Non-Medikamentosa
NGT
Puasa sebagai persiapan operasi laparatomi explorasi cito tanggal 01 Oktober 2018
Laporan operasi
Nama Tindakan: Appendectomy
Tanggal:
Jam Mulai: 15.00
Jam Selesai: 16.00
Laporan:
1. Pendarahan +/- 5cc
2. Appendiks contralateral hiperemis, oedem
3. Appendektomi retro antegrade
4. Evaluasi dbn, caecum tidak teraba massa
5. Cuci rongga abdomen dengan Nacl 0.9% dan kassa
6. Jahit lapisan abdomen lapis demi lapis.
7. Operasi selesai.
Berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm dan berpangkal di sekum. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian
proximal dan melebar pada bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis
pada usia itu.
Pendarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini
tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.
Persarafan sekum dan apendiks vermiformis berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari plekxus mesenterica
superior. Serabut saraf simpatis berasal dari medula spinalis torakal bagian kaudal, dan serabut parasimpatis berasal
dari kedua nervus vagus. Serabut saraf aferen dari apendiks vermiformis mengiringi saraf simpatis ke segmen medula
spinalis thorakal 10.
Anatomi Appendiks
Dinding appendiks:
◦ Mukosa
◦ Submukosa
◦ Muscularis
◦ serosa
Vascularisasi:
◦ A. appendikularis
◦ Cbg dr A. ileocolica
a. Appendikularis a. ileocaecal
Anatomi Appendiks
(con’t)
Persarafan parasimpatis : berasal dari
cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan
a.appendikularis.
Persarafan simpatis:berasal dari
n.torakalis X.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 250.000 kasus apendisitis. Insiden
apendisitis paling tinggi pada usia 10-30 tahun, dan jarang ditemukan pada anak usia
kurang dari 2 tahun. Setelah usia 30 tahun insiden apendisitis menurun, tapi
apendisitis bisa terjadi pada setiap umur individu. Pada remaja dan dewasa muda
rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan sekitar 3:2. Setelah usia 25
tahun, rasionya menurun sampai pada usia pertengahan 30 tahun menjadi seimbang
antara laki-laki dan perempuan. Sekitar 20-30% kasus apendisitis perforasi terjadi di
Afrika, sedangkan di Amerika sebanyak 38,7% insidensi apendisitis perforasi terjadi
pada laki-laki dan 23,5% pada wanita.
Etiologi
Faktor pencetus biasanya diawali
dengan obstruksi dengan penyebab
seperti:
- Timbunan tinja yang keras
(fecalith) tersering
Faktor pemberat:
- Hiperplasia jaringan limfoid
- Kurang asupan serat
(sekunder dari infeksi virus) - Kurang konsumsi air putih
- Parasit : cacing Oxyuris
Vermikularis, Schistosoma)
- Tumor primer appendiks
- Benda asing dalam tubuh: sisa
makanan
Patofisiologi
Patofisiologi
Klasifikasi appendisitis
• Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa
Appendisitis disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen
peningkatan tekanan dalam lumen mukosa appendiks menebal,
akut mengganggu aliran limfe, edema, dan kemerahan.
Appendisitis perforasi
◦ Pecahnya apendiks yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke
dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding
apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
Klasifikasi appendisitis
Appendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat nyeri
perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik.
Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks,
sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di
mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Apendisitis kronik kadang-kadang dapat menjadi
akut lagi dan disebut apendisitis kronik dengan eksaserbasi akut.
Manifestasi klinis
Nyeri perut. Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilikus. Setelah
beberapa jam, nyeri akan beralih ke perut kanan bawah pada titik McBurney.
Anoreksia. Mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa sakit, dan
umumnya self limited.
Abdominal tenderness. Pasien menemukan gerakan tidak nyaman dan ingin
berbaring diam, dan sering dengan kaki tertekuk. Kaku tanda adanya
perforasi dan peritonitis local atau difus.
Demam. Berkisar 37.2-38C tetapi >38.3C menandakan adanya perforasi.
Penegakan diagnosis
Anamnesis mengarahkan ke arah diagnosis
appendicitis
PF
KU tampak sakit sedang/berat, suhu meningkat 37.5-
38.5, >38.5 jika terjadi perforasi, takikardi.
NT McBurney (+), Rovsing (+), Blumberg (+)
Psoas sign rangsangan otot psoas melalui hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian
paha kanan ditahan. Tindakan ini akan menimbulkan nyeri bila apendiks vermiformis yang
meradang menempel di otot psoas mayor.
internus.
perforasi/ileus paralitik
Penegakan diagnosis
Leukosit peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan peradangan
mural dari apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada apendisitis
secara dini. Beberapa pustaka lain menyebutkan bahwa leukosit darah yang
meningkat >12.000 sel/mm3 pada sekitar tiga-perempat dari pasien dengan
apendisitis akut. Apabila jumlah leukosit darah meningkat >18.000 sel/mm3,
kemungkinan terjadinya komplikasi berupa perforasi.
UrinalisisPemeriksaan laboratorium urin dapat mengkonfirmasi atau
menyingkirkan penyebab urologi yang menyebabkan nyeri perut.
Foto polos abdomen bayangan radiopak appendikolit, distensi, obstruksi
usus, deformitas sekum, udara bebas/massa jaringan
USG edema appendiks
Barium enema non-filling appendiks, pengisian appendiks tidak rata/tertekuk
Keterangan Alavarado score:
Dinyatakan appendicitis akut bila > 7 point
Modified Alvarado score (Kalan et al) tanpa observasi of
Hematogram:
◦ 1–4 : dipertimbangkan appendicitis akut
◦ 5–6 : possible appendicitis tidak perlu operasi
◦ 7–9 :appendicitis akut perlu pembedahan
Kista ovari Memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
Kehamilan ektopik Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak jelas
seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai
pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvik dan bisa terjadi
syok hipovolemik.
Divertikulosis Klinisnya hampir sama dengan apendisitis akut dan sering dihubungkan
meckel dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis akut sehingga diperlukan
pengobatan serta tindakan bedah yang sama.
Penatalaksanaan
Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
Operatif
Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi
apendiktomi cito. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi atau
laparoskopi. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, pasien dianjurkan untuk
tirah baring dan diberikan antibiotik sistemik spektrum luas untuk mengurangi
insidens infeksi pada luka post operasi.
Teknik operasi
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah
perforasi,
Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal
ataupun suatu peritonitis generalisata.
Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya
karena bakteri masuk kerongga abdomen, dapat
menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Komplikasi
Tanda-tanda terjadinya perforasi:
◦ Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti
menjadi nyeri abdomen menyeluruh
◦ Suhu tubuh naik tinggi sekali.
◦ Nadi semakin cepat.
◦ Defans Muscular yang menyeluruh
◦ Bising usus berkurang
Prognosis
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat
mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.
Keterlambatan diagnosis morbiditas & mortalitas bila
terjadi komplikasi.
TERIMA KASIH