Anda di halaman 1dari 28

Journal Reading

Cochlear implant: what the radiologist


should know
Natália Delage Gomes, Caroline Laurita Batista Couto, Juliana Oggioni Gaiotti, Ana Maria Doffémond
Costa, Marcelo Almeida Ribeiro, Renata Lopes Furletti Caldeira Diniz
Radiol Bras. 2013 Mai/Jun;46(3):163–167

Oleh:
M. Arif Sudianto Utama, dr.
Pembimbing:
24/01/2017 Triwulan Handarini. dr., Sp. Rad (K). 1
PENDAHULUAN

• Implan koklea  hipoakusis SNHL berat


• Pencitraan : indikasi atau kontraindikasi bedah  radiologis
harus familiar.
• Multislice Computed Tomography (CT) (64 detektor) dan highfield thin
section Magnetic Resonance Imaging (MRI)  rekonstruksi 3D sangat
penting
• Peningkatan jumlah implan koklea  permintaan pemeriksaan
pencitraan meningkat

24/01/2017 2
Tinjauan literatur, tujuan:
o Pentingnya radiologis evaluasi pasien  syarat implan koklea
o Mengidentifikasi kontraindikasi pembedahan/menghambat
keberhasilan operasi

oDengan perangkat evaluasi klinis dan pencitraan yang


komprehensif.

24/01/2017 3
PEMBAHASAN

Implan koklea :
• Implantasi subkutan reseptor di belakang telinga dan sebuah
elektroda koklea melalui rongga mastoid  merangsang N. akustikus.
• Reseptor mengirimkan sinyal ke elektroda lingkar koklea.
• Ditransformasi ke dalam stimulasi listrik menyebar ke seluruh jalur
auditori tersisa  korteks auditori lobus temporal (Gambar 1).
• Aplasia N. Koklea, kontraindikasi CI  tatalaksana: menstimulasi
ganglion pada batang otak.

24/01/2017 4
IMPLAN KOKLEA :
Suara diterima oleh microphone, dalam bentuk
kode yang terbaca, dan secara langsung
menstimulasi koklea (implan)  dikonversikan
ke dalam sinyal listrik.

Gambar 1 : gambar ilustrasi implant koklea meliputi


reseptor eksternal dan elektroda koklea

24/01/2017 5
• Prosedur :
 Insisi kecil di belakang daun telinga
 Mastoidektomi dan pembukaan reses fasial untuk mencapai
lingkar basal koklea  Round window, dan penyisipan elektroda
koklea
• Pencitraan postoperative :
 Memastikan letak round window
 Mengkonfirmasi letak elektroda
 Mendeteksi keberadaan labyrinthitis ossificans
 Berlanjut ke oval window
 Menunjukkan pengumpulan cairan fistula CSF atau abses
 Visualisasi N. fasialis untuk deteksi komplikasi postoperatif
bandingkan foto post dengan preoperatif
24/01/2017 6
KONTRAINDIKASI ABSOLUT

• Studi radiologi untuk mengevaluasi kriteria kontraindikasi


absolut:
 Seperti aplasia N. koklearis (dibuktikan oleh MRI)
 Aplasia koklea dan/atau labirin

Meskipun laporan yang ada mempertanyakan kontraindikasi dari


dua yang terakhir

24/01/2017 7
KONTRAINDIKASI ABSOLUT….

• Aplasia labirin : telinga dalam tidak terbentuk  koklea,


vetibulum & KSS.
• Simptom : SNHL kongenital, terkadang dihubungkan dengan
sindrom Klippel-Feil & paparan thalidomide.

• Temuan CT :
 Kasus ringan  tulang petrosal : struktur labirin, hipoplasia apeks
petrosa, kanal auditori internal sempit & telinga tengah normal.
 Kasus berat  kanalis auditori interna & apeks tulang petrosal
tidak terbentuk, observasi ketiadaan/fusi ossicles.
 Kanalis N. fasialis prominen (menonjol) & ganglion genikulatum
lebih posterior dari normal
24/01/2017 8
KONTRAINDIKASI ABSOLUT….

• MRI T2-weighted sequences : kompleks vestibulokoklear


tidak terbentuk intensitas cairan labirin membran tidak
dapat diobservasi
• Kasus aplasia labirin unilateral, implan dilakukan pada
kontralateral.
• Jika bilateral, implan koklea menjadi kontraindikasi  ABD

24/01/2017 9
KONTRAINDIKASI ABSOLUT….

• Aplasia koklea : koklea tidak ada, komponen telinga dalam


bervariasi (dismorfik)  SNHL, biasanya bilateral.
• Pencitraan CT menunjukkan :
• Ketiadaan koklea dan vestibulum, KSS & tuba auditori internal
mungkin normal, hipoplastik atau berdilatasi (Gambar 2).
• Promontorium koklea & labirin tampak datar, ganglion
geniculatum dan porsio timpani N. fasial menempati ruang koklea.
• Aplasia koklea dihubungkan dengan aplasia N. Koklea  visualisasi
dengan MRI (Gambar 3 & 4).

24/01/2017 10
Gambar 2.
potongan aksial CT
Scan. Lingkar
koklea kiri tidak
ada, sesuai dengan
aplasia koklea.

24/01/2017 11
Gambar 3. Potongan
koronal CT Scan.
Penyempitan kanalis
auditori internal kiri,
tanda tidak langsung
aplasia N. koklearis
(panah)

24/01/2017 12
Gambar 4. Gambar
sagital MRI T2-weighted.
A : distribusi anatomi
nervus dalam kanalis
auditori interna. B:
ketiadaan N. koklearis
(panah)
24/01/2017 13
KONTRAINDIKASI RELATIF
• Displasia koklea
• Labyrinthitis ossifikans tertentu
• Infeksi, inflamasi, trauma atau pernah operasi telinga dalam
Labirin ossifikans:
 CT  Kepadatan yang tinggi pada membran tulang labiri.
 MRI  fokus pada bagian yang belum terkalsifikasi (memadat).

Kalsifikasi koklea : bukan merupakan kontraindikasi, namun dokumentasi


pencitraan diperlukan  kokleostomi lebih sulit dilakukan.
24/01/2017 14
Gambar 5. CT-potongan
aksial (A) dan koronal
(B). Peningkatan densitas
didalam basal koil
koklea, sesuai dengan
kalsifikasi (panah).

24/01/2017 15
• Prosesus mastoid
hipoplastik  apabila
unilateral, temuan
tersebut memerlukan
penempatan implant
koklea pada kontralateral
(sisi sehat).
Gambar 6. Potongan aksial CT Scan.
Penurunan aerasi sel mastoid bilateral .

24/01/2017 16
PELEBARAN DUKTUS DAN KANTUNG ENDOLIMFATIK

• Biasanya bilateral, dihubungkan dengan displasia koklea & kelainan


KSS sistem vestibular.
• Sering pada usia < 10 tahun.
• SNHL memberat setelah satu tahun atau fluktuatif
• CT : perluasan akuaduktus vestibular
• MRI : pembesaran kantong endolimfatik  dinding posterior tulang
temporal (Gambar 7).

24/01/2017 17
MRI : pembesaran kantong endolimfatik  dinding posterior tulang
temporal

Gambar 7. potongan aksial CT Scan (A,B) & oblik rekonstruksi multiplanar (C).
Gambaran normal akuaduktus vestibularis (A) & dilatasi bilateral akuaduktus
vestibularis (B,C-panah & bintang)
24/01/2017 18
MASTOIDITIS DAN ATAU OTITIS
• Opasitas pada telinga
bagian tengah & sel
mastoid
• Kadang komplikasi :
erosi septa mastoid
(coalescent
otomastoiditis), Abses,
Gambar 8: potongan CT Aksial: Meningitis,
A: opasitas total sel mastoid kiri berkaitan dengan tulang Tromboflebitis,
septa sklerosis. Trombosis sinus
B: otomastoiditis kolesteatom kronis kiri, dengan opasifikasi sigmoid, & faktor lain.
khas pada antrum & membran timpanik
berkaitan dengan ossicular chain erosion (panah).
24/01/2017 19
OTOSKLEROSIS

• Kelainan primer lapisan endotrakeal tulang labirin  beberapa kasus


berlanjut ke kalsifikasi.
• Otosklerosis fenestral  gangguan pendengaran konduktif
• Otosklerosis koklea menginduksi SNHL  keterlibatan membran
basiler.
• Bersifat bilateral & simetris 95% kasus  penyebabnya masih harus
ditegakkan.
• Otosklerosis koklea secara umum diikuti otosklerosis fenestral.

24/01/2017 20
OTOSKLEROSIS….

• CT adalah metode pilihan, & gadolinium-enhanced MRI


menunjukkan peningkatan kontras fokal dalam fase aktif.
• Fokus terletak anterior oval window
Gambar 9. potongan aksial CT
Scan. Bilateral pericochlear bone
demyelination (otosklerosis
retrofenestra)

24/01/2017 21
DEHISENSI N. FASIALIS
• Deteksi preoperatif  mencegah kelumpuhan N. fasialis sekunder
• Nervus keluar jalur  operator harus berhati-hati terhadap abnormalitas
tersebut sebelum memulai prosedur.

Gambar 10. A: Kanalis N. fasialis, menunjukkan lokasi bagian kaudal berkaitan KSS lateralis (CAI) B: Rekonstruksi
oblik menunjukkan kelainan N. fasialis (panah kecil) di superior KSS lateralis (panah besar). C: Rekonstruksi CT
Scan koronal menunjukkan segmen timpanik pada perluasan N. fasialis kanan, posisi pada anterior oval window
(panah)24/01/2017 22
ARTERI KAROTIS INTERNA ABERRANT

• Abnormalitas vaskuler kongenital  segmen


a. karotis interna berada dalam telinga
tengah.
• CT : struktur vaskuler tubuler mengelilingi
promontorium koklea, dihubungkan dengan
perluasan kanalikulus timpani inferior dan
ketiadaan foramen karotis segmen vertikal
a. karotis.

Gambar 11. CT aksial. Kelainan a. karotis


24/01/2017 kiri didalam telinga tengah 23
ARTERI STAPEDIAL PERSISTEN
• Abnormalitas kongenital, asimptomatik  diagnosis dibuat intraoperatif
• Pencitraan : perluasan segmen timpani anterior kanalis N. Fasialis & ketiadaan
foramen spinosus.
• Hubungannya dengan penyimpangan a. karotis interna dapat diobservasi

Gambar 12. A: CT Scan potongan koronal : a. stapedial kiri pesisten  pembesaran kanalis N.
fasialis, dengan proyeksi arteri menuju telinga tengah (panah). B: 3D CT Scan : foramen
spinosus kanan normal dan kiri tidak ada.
24/01/2017 24
DEHISENSI BULBUS JUGULARIS
• Variasi anatomi (asimptomatik), perluasan superior & lateral bubus
jugularis ke dalam telinga tengah, melalui dehisensi sigmoid plate.

Gambar 13. Potongan aksial CT Scan. Tidak ditemukan bone septum antara bulbus jugularis
kiri & hipotimpanum, dengan minimum protrusion ke dalam hipotimpanum (panah).
24/01/2017 25
KESIMPULAN

• Klasifikasi yang benar kondisi koklea dan deskripsi abnormalitas yang


jelas dengan alat-alat multislice CT dan highfield MRI menentukan
rencana pembedahan oleh tim pemasangan implan koklea  dampak
langsung pada kesuksesan pembedahan.
• Radiolog berpengalaman dalam mengevaluasi tulang temporal
memegang peran penting dalam menentukan kecacatan tersebut.

24/01/2017 26
24/01/2017 27
24/01/2017 28

Anda mungkin juga menyukai