Anda di halaman 1dari 19

DEFINISI

 Rancangan penelitian epidemiologi yang


mempelajari hubungan penyakit dan
paparan (faktor penelitian) dengan cara
mengamati status paparan dan penyakit
serentak pada individu-individu dari
populasi tunggal, pada satu saat atau
periode( Murti, 1997)
 Penelitian yg mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi.
 Melakukan analisis korelasi antara
fenomena, baik faktor resiko dengan
faktor efek.
 Terdapat 3 pendekatan:
1. Cross Sectional
2. Case Control
3. Cohort
Cross Cross
sectional sectional

Case
Control

Kohort
prospektif

Masa lampau Masa kini Masa datang


1. Cross Sectional
 Mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dgn efek dengan pendekatan
observasi atau mengumpulkan data
sekaligus pada satu saat.
 Tiap objek hanya diobservasi /diukur sekali
saja pada saat pemeriksaan.
 Tidak berarti bahwa semua subjek
penelitian diamati pada waktu yg sama.
 Sering disebut penelitian transversal.
Keuntungan
 Manfaat dari studi ini adalah dapat dipakai
untuk menentukan besarnya masalah
penyakit (dengan ukuran prevalens).
 Keuntungan dari rancangan penelitian ini
adalah kemudahannya untuk dilakukan,
cepat dan murah. Selain itu sering
menggunakan masayarakat umum sebagai
sampel sehingga generalisasinya cukup
memadai (bila perhitungan dan
pengambilan sampelnya tepat).
Kelemahan
 Kelemahannya adalah penelitian cross
sectional tidak tepat digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal (sebab
akibat) antara paparan dan penyakit.
 Penelitian cross sectional memang
termasuk dalam penelitian deskriptif, tetapi
penelitian ini dapat juga bersifat analitik
bila dalam analisis data menggunakan uji
statistik analitik.
Rancangan Cross Sectional
Populasi
(sampel)

Faktor Faktor
resiko + resiko -

Efek + Efek - Efek + Efek -


Hal-hal yang Harus Diperhatikan
pada X-Section
 Keluaran dan pajanan diukur pada waktu yang
sama, sehingga kurang dapat melihat sebab-
akibat.
 Banyak digunakan pada survei.
 SRS umumnya sulit digunakan
 Modifikasi sampel: stratifikasi, klaster, gabungan
 Dapat digunakan untuk menghitung
prevalensi.
Langkah-langkah:
 Identifikasi variabel  resiko dan efek
 Menetapkan subjek penelitian.
 Observasi/pengukuran variabel-variabel.
 Analisis korelasi dgn membandingkan
proporsi antar kelompok hasil
observasi/pengukuran.
Contoh:
Apakah terdapat hubungan antara anemi besi
pada bumil dengan berat badan bayi baru lahir.

 Tahap I
 Variabel bebas
 Variabel terikat
 Tahap II
 Subjek penelitian/populasi dan sampelnya
 Tahap III
 Pengumpulan data, observasi, pengukuran
 Tahap IV
 Mengolah dan menganalisis data
2. Case Control
 Metoda penelitian bagaimana faktor resiko
dipelajari dengan pendekatan retrospektif.
 Efek diidentifikasi saat ini, lalu identifikasi
faktor resiko dimasa lalu.
Rancangan Case Control
Faktor kasus
Resiko +
Efek +
Faktor
Resiko -
Populasi
retrospektif
Sampel
Faktor
Resiko +
Efek -
Faktor
kontrol
Resiko -
Langkah-langkah
 Identifikasi variabel.
 Menentukan objek penelitian.
 Identifikasi kasus.
 Pemilihan subjek sebagai kontrol.
 Melakukan pengukuran “retrospektif” utk
melihat faktor resiko.
 Analisis: bandingkan proporsi antara
variabel objek lit dg variabel kontrol.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada
Kasus-kontrol
 Pengambilan sampel dimulai dengan
identifikasi
 Untuk memperoleh kasus, perlu memeriksa
orang, yang jumlahnya tergantung prevalensi
kasus di populasi
 Definisi kasus sangat penting
 Secara ideal kontrol harus berasal dari
populasi yang sama
 Tidak dapat digunakan untuk menghitung
prevalensi
Contoh:
Hubungan perilaku pemberian
makanan oleh ibu dengan kejadian
malnutrisi pada anak balita.
3. Cohort
 Penelitian prospektif, merupakan salah
satu penelitian survey (non eksperimen)
paling baik.
 Digunakan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor resiko dgn efek
melalui pendekatan longitudinal.
Rancangan Cohort

Efek +
Faktor
Resiko +
Efek -
Populasi
Sampel
Efek +
Faktor
Resiko -
Efek -
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
pada Kohort
 Sampel dimulai dengan adanya pajanan atau
tidak.
 Peneliti harus mengetahui status
keterpajanan subyek.
 Untuk memperoleh n subyek terpajan perlu
memeriksa subyek, yang banyaknya
tergantung proporsi pajanan di populasi.
 Kohort dapat dilakukan secara retrsopektif
dg menggunakan rekam medis atau catatan
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai