Anda di halaman 1dari 19

Usulan Penelitian

APLIKASI MIKROBA ANTAGONIS UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN


TANAMAN TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG
(Ganoderma boninense) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PRE NURSERY

FAHMY FADLY
177001029

Komisi Pembimbing
Ketua : Dr. Lisnawita, SP, M.Si.
Anggota : Irda Safni, SP, MCP, Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Latar Belakang

Biodiesel Sabun & Deterjen

Industri minyak gore


Produk Kosmetik
ng

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang
mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Indonesia
merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia.
Luas Areal Kelapa Sawit Di Indonesia
Sumatera Utara
1,7 juta
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
1,5 juta
1 juta Produksi dan Luas
Riau
2,7 juta
Areal Kelapa Sawit
2017 2018 2017 2018
40.
14 5
11.
2

Kalimantan Tengah
1,5 juta 37.
Sumatera Selatan 9
1,6 juta

Luas Areal (Ha) :


Lu a s a re a l P ro d u ksi
<100.000 500.000-1.000.000 ( j u ta Ha ) ( j u ta To n )
100.000-500.000 >1.000.000
Gejala Serangan Penyakit Busuk
Pangkal Batang

Gejala utama penyakit adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi


hijau pucat dan busuk pada batang tanaman kemudian semua pelepah menjadi
pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka dan
suatu saat tanaman akan mati
Tubuh buah
Ganoderma dapat
mencapai diameter 30
cm. Pada saat matang, Koloni
bagian atas tubuh buah Ganoderma boninense
mengkilat. Permukaan
bawah berwarna putih
suram yang terdiri atas
pori tempat
Miselium Ganoderma
terbentuknya basidium
boninense
berupa tabung hialin
berwarna putih
bulat dengan diameter
kekuningan seperti
12 µm, basidiospora
beludru. Pertumbuhan
berwarna kecokelatan
miselium cenderung
dengan ukuran 11 μm x
lambat, 10–12 hari
7–8 μm.
miselium baru dapat
tumbuh memenuhi
(Susanto et al., 2013)
cawan petri diameter
9 cm
Tubuh buah (Susanto et al., 2013)
Ganoderma boninense
Solusi
memanfatkan rhizosfer tanaman
kelapa sawit itu sendiri Patogen dapat bertahan
dalam kondisi ekstrim
kuktur teknis

mekanis fungisida yang


Masalah tidak efektif

Pengendalian Yang
dihadapi

kimiawi kisaran inang


yang luas

Wahyudi et al. (2017) menyatakan bahwa beberapa jenis tanah bersifat tidak menguntungkan
terhadap patogen tanaman dengan mengganggu kelangsungan hidup serta pertumbuhan
patogen tersebut. Keragaman mikroba yang terdapat pada habitat tanaman kelapa sawit memiliki
peranan penting dalam upaya pengendalian penyakit BPB.
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas mikroba antagonis untuk


meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit busuk pangkal batang.

Hipotesis Penelitian

Terdapat mikroba antagonis yang paling efektif dalam meningkatkan ketahanan


tanaman terhadap penyakit busuk pangkal batang.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyusun tesis di Program studi Magister
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sebagai salah satu
sumber pengetahuan dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan rumah kaca Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan
laut pada bulan November 2019 sampai selesai.

Bahan Alat

Alkohol Polybag Cangkul Shaker

Medai PDA
Aluminium foil dan NA Mikroskop Inkubator

Bibit kelapa Bagan warna


Cling warp Autoclave
sawit daun (BWD)

Aquadest Isolat jamur Laminar air


dan bakteri flow Colony counter
Metode Penelitan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Non Faktorial dengan 17 perlakuan, yaitu :

A0 : Kontrol Negatif (tanpa aplikasi A8 : Aplikasi jamur A + bakteri B


Ganoderma boninese) A9 : Aplikasi jamur B + bakteri A
A1 : Kontrol Positif (aplikasi A10 : Aplikasi jamur B + bakteri B
Ganoderma boninese) A11 : Aplikasi bakteri A + bakteri B
A2 : Aplikasi jamur A A12 : Aplikasi jamur A + jamur B + bakteri A
A3 : Aplikasi jamur B A13 : Aplikasi jamur A + jamur B + bakteri B
A4 : Aplikasi bakteri A A14 : Aplikasi jamur A + bakteri A + bakteri B
A5 : Aplikasi bakteri B A15 : Aplikasi jamur B + bakteri A + bakteri B
A6 : Aplikasi jamur A + jamur B A16 : Aplikasi jamur A + jamur B + bakteri A +
A7 : Aplikasi jamur A + bakteri A bakteri B

Ulangan yang digunakan adalah sebanyak 3 ulangan. Setiap ulangan


terdiri dari 3 unit tanaman sehingga total percobaan adalah 153 unit tanaman.
Metode Penelitan
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij = μ + τi + βj + εij

Dimana :
Yij = Respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke–j
µ = Efek nilai tengah
τi = pengaruh perlakuan ke - i
βj = pengaruh kelompok ke - j
εij = galat percobaan pada perlakuan ke-i & kelompok ke-j

Data sidik ragam yang nyata dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan
uji jarak ganda Duncan dengan taraf 5% (Sastrosupadi, 2000).
Pelaksanaan Penelitian
Perbanyakan Mikroba Antagonis

Jamur dan bakteri yang digunakan adalah koleksi Lisnawita et al., (2018)
yang diperoleh dari rhizosfer tanaman kelapa sawit.

Jamur Bakteri

 diperbanyak dengan menggunakan  diperbanyak dengan menggunakan


jagung giling media Natrium Broth (NB)
 disterilkan kedalam autoclave  disiapkan dan disesuaikan suspensei
 diisolasi jamur kedalam media jagung inokulum pada 106 CFU/mL.
dengan ukuran 1x1 cm  dimasukkan 1 ml suspense bakteri
 diinkubasi selama 2 minggu hingga kedalam media NB
jamur tumbuh merata  diletakkan pada alat shaker selama 48
 dihaluskan dan ditimbang jam.
 disiapkan dan disesuaikan suspensi
inokulum pada 108 CFU/mL.
Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Inokulum G. boninense pada Rubber Wood Block (RWB)

 RWB dipotong dengan ukuran 6 cm x 6 cm x 6 cm dan dicuci bersih


 dimasukkan ke dalam kantung plastik polypropylene yang mengandung
2% ekstrak malt
 diinkubasi selama 12 jam
 disterilkan kedalam autoclave selama 1 jam
 diinokulasi dengan G. boninense
 RWB kemudian diinkubasi dalam gelap (pada 27oC) selama 30 hingga 60 hari.

Inokulasi Inokulum Ganoderma pada Bibit Kelapa Sawit

Bibit kelapa sawit diinokulasi buatan dengan menggunakan Ganoderma


yang diinfeksikan pada RWB. RWB di masukkan kedalam polibag yang telah
berisi tanah steril, lalu ditutup dengan tanah diatasnya.
Pelaksanaan Penelitian
Inokulasi Perlakuan

Jamur dan bakteri yang digunakan adalah koleksi Lisnawita et al., (2018)
yang diperoleh dari rhizosfer tanaman kelapa sawit.

Jamur

Jamur antagonis diaplikasikan ditanah dengan


jarak 2,5 cm dari RWB lalu ditabur 30 gr biakan
masing-masing jamur disekitar leher akar.
Selanjutnya ditutup dengan tanah

Bakteri

Bakteri antagonis diaplikasikan pada saat satu


hari setelah penanaman dengan cara disiram
diatas permukaan tanah sebanyak 30 ml
dengan kerapatan suspensi 108 CFU/mL.
Peubah Amatan
Kejadian Penyakit

dilakukan satu bulan setelah perlakuan selama empat bulan dengan interval satu
bulan dengan melihat gejala serangan secara visual (klorosis dan nekrosis daun,
dengan atau tanapa terbentuk tubuh buah (Idris et al, 2006)). Kejadian penyakit
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KjP = a/(a+b) x 100%


Keterangan:
KjP = Kejadian penyakit Ganoderma.
a = Jumlah bibit yang terinfeksi Ganoderma.
b = Total bibit yang diamati.
Peubah Amatan
Keparahan Gejala Daun (SFS)

dilakukan selama empat bulan yaitu satu bulan setelah inokulasi dengan melihat gejala visual tanaman de
ngan menggunakan skala linear dari 0 hingga 4 (Nadhrah et al., 2015) sebagai berikut:
0 = Bibit sehat dengan daun hijau dan tanpa nekrosis / daun klorosis (gejala daun) dan tidak ada miselium
jamur berwarna putih / tubuh buah
1 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan tidak ada nekrosis / daun klorosis (gejala
daun)
2 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan nekrosis / daun klorosis (gejala daun) ≤ 25%
3 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan nekrosis / daun klorosis (gejala daun) 26-75%
4 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan nekrosis / daun klorosis (gejala daun)> 75%
atau bibit mati / kering.
Keparahan gejalan daun di hitung dengan menggunakan rumus:
[ ax1 + bx0,5 ]
SFS (%) = x 100%
C
Dimana :
SFS = Keparahan gejala daun (%)
a = Jumlah daun kering (kecoklatan/layu)
b = Jumlah daun yang kuning
c = Jumlah daun
1 = indeks untuk daun kering
0,5 = Indeks untuk daun kuning
Peubah Amatan
Keparahan Penyakit Berdasarkan Indeks Daun (DSFI)

dilakukan satu sampai empat bulan dengan interval satu bulan setelah inokulasi dengan melihat gejala
visual tanaman dengan menggunakan skala linear dari 0 hingga 4 (Abdullah et al., 2015) sebagai berikut:
0 = tanaman sehat
1 = terdapat nekrosis pada tiga helai daun
2 = terdapat lebih dari tiga helai daun yang mengalami nekrosis
3 = muncul tubuh busa G. boninense pada pangkal batang
4 = tanaman mati

Keparahan penyakit G. boninense di hitung dengan menggunakan rumus:

∑ (AxB)
DSFI = x 100%
Bx4
Dimana :
DSFI = Keparahan penyakit (%)
A = Nilai skala skoring penyakit tiap individu tanaman (0,1,2,3,4)
B = Jumlah bibit yang menunjukkan kelas penyakit per perlakuan
4 = Nilai skoring serangan tertinggi
Peubah Amatan
Jumlah Daun

dilakukan setiap minggu mulai satu minggu setelah inokulasi (msi) sampai dengan dua belas minggu
setelah inokulasi.

Warna Daun

dilakukan satu sampai empat bulan dengan interval satu bulan setelah inokulasi dengan menggunakan
Bagan Warna Daun (BWD) pada daun teratas yang telah membuka penuh.

Kematian Tanaman

Pengamatan kematian tanaman diamati selama empat bulan dari satu bulan setelah inokulasi dengan
interval 1 bulan dengan melihat tanaman yang kering (mati).

Histopatologi

dilakukan pada saat akhir pengamatan dengan cara membersihkan bibit tanaman dengan air mengalir
dan memotong secara vertikal pangkal batang tanaman kelapa sawit kemudian diamati bagian-
bagiannya dengan menggunakan mikroskop.
THANKS FOR YOUR ATTENTION
Thank you for you question !!!

Anda mungkin juga menyukai