FAHMY FADLY
177001029
Komisi Pembimbing
Ketua : Dr. Lisnawita, SP, M.Si.
Anggota : Irda Safni, SP, MCP, Ph.D
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang
mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Indonesia
merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia.
Luas Areal Kelapa Sawit Di Indonesia
Sumatera Utara
1,7 juta
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
1,5 juta
1 juta Produksi dan Luas
Riau
2,7 juta
Areal Kelapa Sawit
2017 2018 2017 2018
40.
14 5
11.
2
Kalimantan Tengah
1,5 juta 37.
Sumatera Selatan 9
1,6 juta
Pengendalian Yang
dihadapi
Wahyudi et al. (2017) menyatakan bahwa beberapa jenis tanah bersifat tidak menguntungkan
terhadap patogen tanaman dengan mengganggu kelangsungan hidup serta pertumbuhan
patogen tersebut. Keragaman mikroba yang terdapat pada habitat tanaman kelapa sawit memiliki
peranan penting dalam upaya pengendalian penyakit BPB.
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyusun tesis di Program studi Magister
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sebagai salah satu
sumber pengetahuan dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan rumah kaca Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan
laut pada bulan November 2019 sampai selesai.
Bahan Alat
Medai PDA
Aluminium foil dan NA Mikroskop Inkubator
Yij = μ + τi + βj + εij
Dimana :
Yij = Respon atau nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke–j
µ = Efek nilai tengah
τi = pengaruh perlakuan ke - i
βj = pengaruh kelompok ke - j
εij = galat percobaan pada perlakuan ke-i & kelompok ke-j
Data sidik ragam yang nyata dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan
uji jarak ganda Duncan dengan taraf 5% (Sastrosupadi, 2000).
Pelaksanaan Penelitian
Perbanyakan Mikroba Antagonis
Jamur dan bakteri yang digunakan adalah koleksi Lisnawita et al., (2018)
yang diperoleh dari rhizosfer tanaman kelapa sawit.
Jamur Bakteri
Jamur dan bakteri yang digunakan adalah koleksi Lisnawita et al., (2018)
yang diperoleh dari rhizosfer tanaman kelapa sawit.
Jamur
Bakteri
dilakukan satu bulan setelah perlakuan selama empat bulan dengan interval satu
bulan dengan melihat gejala serangan secara visual (klorosis dan nekrosis daun,
dengan atau tanapa terbentuk tubuh buah (Idris et al, 2006)). Kejadian penyakit
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dilakukan selama empat bulan yaitu satu bulan setelah inokulasi dengan melihat gejala visual tanaman de
ngan menggunakan skala linear dari 0 hingga 4 (Nadhrah et al., 2015) sebagai berikut:
0 = Bibit sehat dengan daun hijau dan tanpa nekrosis / daun klorosis (gejala daun) dan tidak ada miselium
jamur berwarna putih / tubuh buah
1 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan tidak ada nekrosis / daun klorosis (gejala
daun)
2 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan nekrosis / daun klorosis (gejala daun) ≤ 25%
3 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan nekrosis / daun klorosis (gejala daun) 26-75%
4 = Terdapat miselium jamur berwarna putih / tubuh buah dan nekrosis / daun klorosis (gejala daun)> 75%
atau bibit mati / kering.
Keparahan gejalan daun di hitung dengan menggunakan rumus:
[ ax1 + bx0,5 ]
SFS (%) = x 100%
C
Dimana :
SFS = Keparahan gejala daun (%)
a = Jumlah daun kering (kecoklatan/layu)
b = Jumlah daun yang kuning
c = Jumlah daun
1 = indeks untuk daun kering
0,5 = Indeks untuk daun kuning
Peubah Amatan
Keparahan Penyakit Berdasarkan Indeks Daun (DSFI)
dilakukan satu sampai empat bulan dengan interval satu bulan setelah inokulasi dengan melihat gejala
visual tanaman dengan menggunakan skala linear dari 0 hingga 4 (Abdullah et al., 2015) sebagai berikut:
0 = tanaman sehat
1 = terdapat nekrosis pada tiga helai daun
2 = terdapat lebih dari tiga helai daun yang mengalami nekrosis
3 = muncul tubuh busa G. boninense pada pangkal batang
4 = tanaman mati
∑ (AxB)
DSFI = x 100%
Bx4
Dimana :
DSFI = Keparahan penyakit (%)
A = Nilai skala skoring penyakit tiap individu tanaman (0,1,2,3,4)
B = Jumlah bibit yang menunjukkan kelas penyakit per perlakuan
4 = Nilai skoring serangan tertinggi
Peubah Amatan
Jumlah Daun
dilakukan setiap minggu mulai satu minggu setelah inokulasi (msi) sampai dengan dua belas minggu
setelah inokulasi.
Warna Daun
dilakukan satu sampai empat bulan dengan interval satu bulan setelah inokulasi dengan menggunakan
Bagan Warna Daun (BWD) pada daun teratas yang telah membuka penuh.
Kematian Tanaman
Pengamatan kematian tanaman diamati selama empat bulan dari satu bulan setelah inokulasi dengan
interval 1 bulan dengan melihat tanaman yang kering (mati).
Histopatologi
dilakukan pada saat akhir pengamatan dengan cara membersihkan bibit tanaman dengan air mengalir
dan memotong secara vertikal pangkal batang tanaman kelapa sawit kemudian diamati bagian-
bagiannya dengan menggunakan mikroskop.
THANKS FOR YOUR ATTENTION
Thank you for you question !!!