SlE PD Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan
Systemic lupus erythematosus
(SLE)

By : Group 13

Rizki Fitriana
(1130017009)
Siti Afifah
(1130017164)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


Definisi

SLE

Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah


gangguan autoimun multisistem yang
mempengaruhi imunitas humoral dan selular.
Carman. 2014).

Lupus Eritematosus Sistemin atau di kenal


penyakit lupus adalah suatu penyait autoimun
menahun yang menimbulkan peradangan dan
bisa menyerang berbagai organ tubuh,
termasuk kulit, persendian dan organ dalam
tubuh manusia (Desmawati. 2013).
ETILOGI
SLE

Penyebabnnya sampai
sekarang belum di
ketahui secara pasti, di
duga di awali dengan
faktor pencetus Yaitu :

1. Faktor lingkungan
2. Faktor Genetik
3. Faktor Hormonal
FAKTOR
LINGKUNGAN

Faktor lingkungan
1. sebagai faktor pencetus
khususnya Ultraviolet B
(UVB) merupakan trigger
apoptosis sel keratinosit.
Selain itu ultraviolet di
duga merupakan DNA
dan Ro dan RNP menjadi
lebih imunogenik.
FAKTOR
GENETIK

beberapa gen yang


terkait dengan SLE yaitu
2. HLA-DR, PTPN22, STAT4,
IRF5, BLK, OX40L, FGGR24,
BANKI, SPPI, IRAKI,
TNFAIP3, C2, C4, Ciq, PXK,
DNA repairs (TREXI)
adherence of inflannatory
cells to the enddothelium
(ITGAM), dan tissue response
to injury (KLKI, KLK3)
FAKTOR
HORMONAL

3. Di duga esterogen
mempunyai peran besar
dalam patogenesis lupus.
Selain estrogen hormon
prolaktin di duga mempunyai
peran terhadap aktifitas
penyakit lupus.
PATHWAY

DI MAKALAH
Pemeriksaan
penunjang
1. Pemeriksaan lab
a. Pemeriksaan darah
b. Urin rutin dan mikroskopik

2. Radiology : Rontgen Dada


3. diagnosis SLE dapat ditegakkan secara pasti jika
dijumpai empat kriteria atau lebih
yaitu

1. Kriteria Batasan
2. Ruam discoid
3. Artritis
4. Serosis
5. Gangguan renal
6. Gangguan Neorologi
7. Gangguan Ulkus mulut
8. Gangguan
Hematologik
9. Gangguan Imunologik
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
keperawatan
Di rumah sakit RSI Jemur Sari datang Seorang Anak bernama
An.S usia 15 tahun ke UGD bersama dengan kedua orang tuanya
dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada
daerah pipi dan leher, awalnya kecil namun setelah satu minggu
ukuran tersebut bertambah lebar, An.S juga mengalami demam,
nyeri dan terasa kaku seluruh persendian terutama pagi hari dan
kurang nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik diperolah ruam pada
pipi dengan batas tegas, peradangan pada siku, lesi pada daerah
leher, malaise. Pasien mengatakan terdapat sariawan pada mukosa
mulut. Pasien ketika bertemu dengan orang lain selalu menunduk dan
menutupi wajahnya dengan masker. Tekanan darah 110/80mmHg,
RR 20x/mnt, Nadi 90x/mnt Suhu 38,5 ºC, Hb 11 gr/dl, WBC
15.000/mm
K
D
E
I P
A E
R
G
A
N W
O A
T
S
A
A N
1. Kontrol Nyeri I
N
T
E
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, R
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri V
-Identifikasi skala nyeri E
-Identifikasi faktor yang memperberat dan N
memperingan nyeri S
-Monitor efek sampik penggunaan I
analgetik

Tim Pokja. 2018


2. Hipertermia I
N
-Kemampuan mengenali onset nyeri dari T
E
skala 3 (sedang) menjadi skala 2 (cukup R
menurun) V
-Kemampuan menggunakan teknik non- E
farmakologis dari skala 4 (cukup N
meningkat) menjadi skala 3 (sedang) S
-Penggunaan analgesik dari skala 2 (cukup I
meningkat) menjadi skala 4 (cukup
menurun

Tim Pokja. 2018


3. Pola Tidur I
N
T
-Keluhan sulit tidur dari skala 4 (cukup E
meningkat) menjadi skala 3 (sedang) R
-Keluhan pola tidur berubah dari skala 4 V
E
(cukup meningkat) menjadi skala 2 (cukup
N
menurun) S
-Kemampuan beraktifitas dari skala 1 I
(meningkat) menjadi skala 4 (cukup
menurun)

Tim Pokja. 2018


1. Manajemen Nyeri I
OBSERVASI : -Identifikasi lokasi, karakteristik, N
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. -Identifikasi T
skala nyeri. -Identifikasi faktor yang memperberat dan E
memperingan nyeri, Monitor efek sampik penggunaan R
analgetik
V
Terapeutik : -Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, Hipnosis, E
Akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, N
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres S
hangat/dingin, terapi bermain). -Fasilitas Istirahat dan I
tidur, Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan stategi, meredakan nyeri
Edukasi : -Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri., Jelaskan strategi meredakan nyeri. -Ajarkan
tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Tim Pokja. 2018


2. Terapi Relaksasi I
Observasi : -Identifikasi penurunan tingkat energi , ketidak N
mampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu T
kemampuan kognitif. -Identifikasi tekhnik relaksasi yang E
pernah efektif di gunakan. Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan. - R
Monitor respons terhadap terapi relaksasi V
Terapeutik : -Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa E
gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang nyaman, jika
memungkinkan. -Gunakan nada suara lembut dengan irama N
lambat dan berirama. -Gunakan relaksasi sebagai strategi. S
penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika I
sesuai
Edukasi : -Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis. Musik, mediasi, napas dalam,
relaksasi otot pgoresif). -Anjurkan rileksdan merasakan
sensasi relaksasi. -Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis.Napas dalam, peregangan atau imajinasi terbimbing)

Tim Pokja. 2018


3. Manjemen Hipotermia I
Observasi : N
Identifikasi penyebab Hipertermia (missal dehidrasi, T
terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator) E
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit R
Monitor komplikasi akibat hipptermia V
Terapeutik : E
Sediakan lingkungan yang dingin N
Longgarkan atau lepaskan pakaian S
Berikan cairan oral
Lakukan pendingan ekternal (missal, selimut I
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

Tim Pokja. 2018


Review
jurnal
Lihat di ward
SYUKRON

Anda mungkin juga menyukai