Anda di halaman 1dari 13

PRESCRIBING

1. LEGISLASI, REGULASI, DAN GUIDELINES


2. IMPLEMENTASI (hambatan dan keberhasilan)
3. MONITORING
4. REKOMENDASI KEBIJAKAN
1.LEGISLASI, REGULASI, DAN GUIDELINES
• Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
• Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/menkes/per/viii/2011 tentang
keselamatan pasien rumah sakit.
• Peraturan Direktur Rumah Sakit
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
• KepMenKes RI No. 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital By Laws).
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit.
GUIDELINES
• Peresepan perbekalan farmasi dilakukan oleh dokter umum, dokter
gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis, sementara penyediaan
perbekalan farmasi dilakukan oleh instalasi farmasi.
• Peresepan tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem
peresepan secara elektronik atau tertulis.
• Tenaga kesehatan yang berkompeten menulis permintaan obat (pada
resep ataucatatan pengobatan) adalah dokter yang memiliki Surat Izin
Praktek (SIP) yaitu dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan
dokter gigi spesialis.
• Peresepan & Penyaluran
1. Syarat kelengkapan resep
2. Individu yang kompeten
3. Obat yg diberikan tercatat dalam rekam medis
1. Syarat kelengkapan resep

• Regulasi ditetapkan untuk menentukan pengertian dan syarat


kelengkapan resep atau pemesanan.
• Maksud dan tujuan  Untuk menghindari keragaman dan menjaga
keselamatan pasien, maka rumah sakit menetapkan persyaratan atau
elemen penting dari kelengkapan suatu resep atau permintaan obat
dan instruksi pengobatan.
• Ditetapkan proses untuk menangani atau mengelola hal-hal dibawah ini:
1. resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar, tidak
lengkap, dan tidak terbaca
2. resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang NORUM (Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike)
3. jenis resep khusus, seperti emergensi, cito, berhenti otomatis (automatic stop
order), tapering dan lainnya
4. instruksi pengobatan secara lisan atau melalui telepon wajib dilakukan tulis
lengkap, baca ulang dan meminta konfirmasi (lihat juga SKP.2) Standar ini
berlaku untuk resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan di semua
unit pelayanan di rumah sakit.
5. Rumah sakit diminta memiliki proses untuk menjamin penulisan resep atau
permintaan obat dan instruksi pengobatan sesuai dengan kriteria 1) sampai
dengan 4) diatas.
Elemen Penilaian PKPO.4.1
1. Ada regulasi tentang syarat elemen resep lengkap yang meliputi a) sampai
dengan g) di maksud dan tujuan serta penetapan dan penerapan langkah
langkah untuk pengelolaan peresepan /permintaan obat dan instruksi
pengobatan yang tidak benar, tidak lengkap dan tidak terbaca agar hal tersebut
tidak terulang kembali. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan evaluasi syarat elemen resep lengkap yang meliputi a)
sampai dengan g) di maksud dan tujuan. (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan proses pengelolaan resep yang tidak benar, tidak
lengkap dan tidak terbaca. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan proses untuk mengelola resep khusus, seperti darurat,
standing order, berhenti otomatis (automatic stop order), tapering dan lainnya.
(D,W)
2. Individu yang kompeten
• Standar PKPO 4.2
• Rumah sakit menetapkan individu yang kompeten yang diberi kewenangan untuk menulis resep/
permintaan obat atau instruksi pengobatan.

• Maksud dan Tujuan PKPO.4.2


• Untuk memilih dan menentukan obat yang dibutuhkan pasien, diperlukan pengetahuan dan
pengalaman spesifik. Rumah sakit bertanggungjawab menentukan staf medis dengan pengalaman
cukup dan pengetahuan spesifik sesuai peraturan perundang- undangan yang diberi izin
membuat/menulis resep atau membuat permintaan obat.
• Rumah sakit membatasi penulisan resep meliputi jenis dan jumlah obat oleh staf medis misalnya
resep obat berbahaya, obat kemoterapi, obat radioaktif dan obat untuk keperluan investigasi. Staf
medis yang kompeten dan diberi kewenangan membuat atau menulis resep harus dikenal dan
diketahui oleh unit pelayanan farmasi atau lainnya yang memberikan atau menyalurkan obat.
• Dalam situasi darurat, rumah sakit menentukan tambahan PPA yang diberi izin untuk membuat
atau menulis resep atau permintaan obat dan instruksi
• Elemen Penilaian PKPO.4.2
1. Ada daftar staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
menulis resep yang tersedia di semua unit pelayanan. (D)
2. Ada bukti pelaksanaan rumah sakit menetapkan dan melaksanakan
proses untuk membatasi, jika diperlukan, jumlah resep atau jumlah
pemesanan obat yang dapat dilakukan oleh staf medis yang diberi
kewenangan. (lihat juga KKS 10 EP 1) (R)
3. Ada bukti staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
menulis resep atau memesan obat dikenal dan diketahui oleh unit
layanan farmasi atau oleh lainnya yang menyalurkan obat (D)

• Komisi Akreditasi Rumah Sakit31


• Standar PKPO.4.3
• Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di rekam medis pasien

• Maksud dan Tujuan PKPO.4.3

• Rekam medis pasien memuat daftar obat yang diinstruksikan yang memuat
identitas pasien, nama obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, nama dan
tanda tangan dokter dan keterangan bila perlu tapering off, titrasi dan rentang
dosis. Pencatatan juga termasuk obat yang diberikan “jika perlu”/prorenata.
• Pencatatan dibuat di formulir obat yang tersendiri dan dimasukkan ke dalam
berkas rekam medis dan disertakan pada waktu pasien pulang dari rumah sakit
atau dipindahkan. (lihat juga PAP.2.2? )
MONITORING
REKOMENDASI KEBIJAKAN

Anda mungkin juga menyukai