SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Nama
NIM
: 109102000054
Tanda Tangan
Tanggal
: 26 September 2013
iii
NAMA
NIM
: 109102000054
JUDUL SKRIPSI
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
iv
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI :
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Ditetapkan di
: Ciputat,
Tanggal
: 26 September 2013
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul Skripsi
Kata Kunci
vi
ABSTRACT
Name
Program Study
Title
Keywords
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sejak masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi
kami untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D, Apt selaku pembimbing I dan Bapak
Supandi, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan sejak penyusunan
proposal skripsi hingga penyusunan skripsi.
4.
Bapak dan Ibu staf pengajar segenap civitas akademika di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
6.
viii
Pengasuh Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences, Prof. Dr.
KH. Ali Musthafa Yaqub beserta segenap mahasantri Darus Sunnah,
khususnya Keluarga Besar AntaBena. Teman-teman Farmasi Angkatan 2009
khususnya EDTA-C, Keluarga Besar CSS MoRA (Community of Santri
Scholars of Ministry of Religious Affairs) UIN Jakarta khususnya Angkatan
2009, serta Tim Isolasi yang selalu meluangkan waktunya untuk bekerja sama,
berdiskusi, memberikan masukan, serta memberikan dukungan doa dan
semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan
hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi
kalangan akademis, khususnya bagi mahasiswa farmasi, masyarakat pada
umumnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan.
ix
NIM
: 109102000054
Program Studi
: Farmasi
Fakultas
Jenis Karya
: Skripsi
Untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di
: Ciputat
Yang menyatakan,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB 1
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................
1.2. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................
BAB 2
1
2
2
2
xi
3
3
3
4
4
4
4
4
5
7
7
11
12
BAB 4
BAB 5
16
16
16
16
16
17
17
17
17
19
21
23
23
24
24
27
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Bagan Alur Kerja ....................................................................... 22
Gambar 4.1 Struktur Herberten ....................................................................... 29
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil uji penapisan fitokimia dari ekstrak n-heksana tumbuhan lumut
hati Mastigophora diclados (Brid. Ex Web) Nees. ........................ 24
Tabel 4.2. Perbandingan pergeseran kimia () proton senyawa fraksi 5-B dengan
golongan herbertene ....................................................................... 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Lumut Hati Mastigophora diclados (Bird. ex
Web.) Nees ................................................................................. 33
Lampiran 2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak n- Heksana Lumut Hati
Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees .......................... 34
Lampiran 3. Profil KLT Senyawa Fraksi 1-244............................................... 35
Lampiran 4. Profil KLT Senyawa Gabungan Fraksi ....................................... 37
Lampiran 5. Profil KLT Senyawa 5 (33-41), Fraksi 1-111 ............................. 38
Lampiran 6. Profil KLT Gabungan Fraksi Senyawa 5. ................................... 40
Lampiran 7. Skema Pemurnian Ekstrak n-Heksana Lumut Hati Mastigophora
diclados (Bird. Ex Web.) Nees ................................................... 41
Lampiran 8. Profil KLT Senyawa Fraksi 5-B, 5-D, 5-F dan 5-J .................... 43
Lampiran 9. Profil KLT Senyawa Fraksi 5-B ................................................. 44
Lampiran 10. Spektrum 1H-NMR Senyawa Fraksi 5-B .................................. 45
Lampiran 11. Spektrum 1H-NMR Senyawa Fraksi 5-B = 0,64 ppm, 0,99 ppm
dan 1,25 ppm .............................................................................. 46
Lampiran 12. Spektrum 1H-NMR Senyawa Fraksi 5-B = 4,93 5,73 ppm
xv
47
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia, setelah Brazil. Lebih dari 56.000 spesies flora yang tumbuh
di Brazil, 3.100 spesies diantaranya berasal dari Bryophyta (Giulietti et al.,
2005). Sedangkan di Indonesia sekitar 30.000 spesies, jumlah ini sama dengan
10% flora dunia. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati
(Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus; lumut tanduk
(Anthocerotopyhta) hanya 500 spesies; dan lumut daun (Bryopsida) memiliki
12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple, 1999).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian
dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri,
2007). Di Indonesia, tumbuhan lumut hati Mastigophora diclados banyak
ditemukan di dataran tinggi yang sejuk dan lembab seperti di hutan Gunung
Slamet, Baturraden, Jawa Tengah. M. diclados hidup menempel pada batang
pinus dan Agathis pada ketinggian 800 m blok 55, (Haerida & Gradstein, 2011),
hutan pegunungan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah M. diclados
hidup di ketinggian (Gradstein & Culmsee, 2010), pada batang pohon Palm
sepanjang jalan menuju kawah putih pada ketinggian 2050 m Gunung Patuha
Bandung, Jawa Barat (Gradstein et al, 2011).
Lumut hati dibedakan dari kelas-kelas tumbuhan lumut lainnya karena
adanya minyak tubuh (oil bodies), yang mampu mensintesis senyawa yang larut
lemak seperti asetogenin, terpenoid dan senyawa aromatik, sementara kelas
lumut lainnya tidak. Lumut hati memiliki badan minyak (oil bodies) sebagai
penanda yang sangat penting untuk klasifikasi lumut hati tersebut. Beberapa
kandungan kimia dari lumut hati merupakan senyawa yang khas bagi kelas ini
dan menunjukkan berbagai aktivitas biologis yang menarik, seperti
antimikroba, sitotoksik, antioksidan, sebagai inhibitor enzim serta dapat
merangsang apoptosis (Komala, 2010).
beberapa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman mastigophora adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Phylum
: Marchantiophyta
Class
: Jungermanniopsida
Order
: Jungermanniales
Suborder
: Lophocoleineae
Family
: Mastigophoraceae
Genus
: Mastigophora Nees.
Species
(Komala, 2010).
2.1.2
Kandungan Kimia
Berdasarkan
kandungan
kimianya,
Mastigophoraceae
dan
2.1.3
Aktivitas Biologis
M. diclados memiliki aktivitas sitotoksik terhadap HL-60 dan sel
KB, antioksidan menggunakan pelarut DPPH dan aktivitas antimikrobial
terhadap Bacillus subtilis (Komala, 2010).
2.2 Simplisia
2.2.1
Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel
yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia
murni (Depkes RI, 2000).
Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. (Depkes RI, 2000).
2.3.2
b. Faktor Kimia
Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),
dipandang secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :
1. Faktor
2.3.3
Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Depkes RI, 2000).
Berikut adalah beberapa cara ekstraksi dengan menggunakan
pelarut:
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik
berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus).
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan
maupun yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI, 2000).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks
merupakan
ekstraksi
dengan
pelarut
pada
balik.
menarik atau mengekstraksi zat aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak ini akan menghasilkan zat
aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang,
2.
3.
4.
2.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga nilai Rf
terletak antara 0,2 - 0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3.
4.
larutan yang
10
d. Pengembangan
Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat
pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan
normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm
disamping pengembangan sederhana, yaitu perambatan satu kali sepanjang
10 cm ke atas, pengembangan ganda dapat juga digunakan untuk
memprbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas beturutturut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan
kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan
membiarkan pelat diudara selama 5-10 menit (Stahl, 1985).
e. Deteksi Bercak
Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang
tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika,
maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan
mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan
sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi
sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang
dapat berfluoresensi, membuat bercak akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak
dapat berfluoresensi maka bahan penjerapnya akan diberi indikator yang
berfluoresensi, dengan demikian bercak akan kelihatan hitam sedang latar
belakangnya akan kelihatan berfluoresensi (Rohman, 2007).
11
2.4.2
Kromatografi Kolom
Salah satu metode pemisahan senyawa dalam jumlah besar adalah
menggunakan kromatografi kolom. Pada kromatografi kolom fasa diam
yang digunakan dapat berupa silika gel, selulose atau poliamida. Sedangkan
fasa geraknya dapat dimulai dari pelarut non polar kemudian ditingkatkan
kepolarannya secara bertahap, baik dengan pelarut tunggal ataupun
kombinasi dua pelarut yang berbeda kepolarannya dengan perbandingan
tertentu sesuai tingkat kepolaran yang dibutuhkan (Stahl, 1969).
Metode ini digunakan untuk memisahkan dan memurnikan
komponen pada suatu campuran. Fasa diam yang digunakan adalah
adsorben bubuk yang ditempatkan pada kolom kaca vertikal. Campuran
yang akan dianalisis ditempatkan pada lapisan atas kolom. Fasa gerak yang
berupa pelarut murni ataupun campuran beberapa pelarut dituangkan di atas
sampel. Pelarut akan mengalir ke bawah dan menyebabkan komponen
campuran terdistribusi di antara adsorben bubuk dan pelarut yang
digunakan, pemisahan terjadi saat pelarut membawa komponen melalui
ujung bawah dari kolom, beberapa komponen akan keluar lebih dahulu dan
ada beberapa komponen yang keluar akhir. Laju elusi yang terjadi
dipengaruhi juga oleh gaya gravitasi, oleh karena itu kromatografi kolom
biasa disebut juga kromatografi kolom gravitasi. Kromatografi kolom dapat
disesuaikan dengan jumlah sampel, jika sampel banyak dan kompleks, pada
sistem kromatografi kolom dapat digunakan kolom dengan diameter yang
12
2.4.3
Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk
pemurnian komponen larutan organik. Ada tujuh metode dalam
rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan
warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul
dan mencuci kristal, mengeringkan produknya (Williamson, 1999).
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara
13
14
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik
(Wiggen Hauser), blender, labu Erlenmeyer, beaker gelas, corong, kolom
kromatografi, statif, botol vial, spatula, batang pengaduk, pipet tetes, pipet
ukur, vacuum rotary evaporator (Eyela N-1001 Series) , water bath (Eyela
SB-1000), Nuclear Magnetic Resonance (JEOL JNM ECA-500).
3.2.2
Bahan Uji
Ekstrak n-heksana dari tumbuhan lumut hati Mastigophora diclados
(Brid. ex Web.), M. diclados yang diperoleh dari Gunung Slamet
Purwokerto dan telah dideterminasi di Pusat Penelitian Biologi- LIPI,
Cibinong Bogor.
3.2.3
Bahan Kimia
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah n-heksana
(Brataco Chemica), etil asetat (Brataco Chemica), metanol (Brataco
Chemica), silika gel 60 (Merck), plat KLT silika gel 60 GF254, aquadest dan
reagen untuk skrinning fitokimia.
16
17
Penyiapan Bahan
Lumut hati Mastigophora diclados disortasi basah untuk dipisahkan
dari kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, dicuci dengan air hingga
bersih, ditiriskan agar bebas dari sisa air, dikeringanginkan dalam ruangan.
Setelah kering, kemudian disortasi kering, ditimbang dan dihaluskan
menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Simplisia yang dihasilkan,
disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindung dari cahaya.
3.3.2
Pembuatan Ekstrak
Sejumlah serbuk kering Mastigophora diclados dimaserasi dengan
pelarut n-heksana teknis yang telah didestilasi. Maserasi dilakukan hingga
warna pelarut n-heksana bening. Hasil maserasi disaring dan filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu lebih
kurang 28oC, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana. Ekstrak kental
yang diperoleh, ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap berat
simplisia awal.
% rendemen ekstrak =
x 100 %
3.3.3
Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, tanin dan fenolik. Prosedur
pengujiannya adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi Alkaloid
18
b. Identifikasi Saponin
Ekstrak ditambahkan 5 ml aquadest panas, didinginkan
kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit
setinggi 1-10 cm dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih
tidak hilang (Depkes RI, 1995).
c. Identifikasi Flavonoid
Tiga metode yang digunakan untuk menguji flavonoid. Pertama,
amonia encer (5 mL) ditambahkan ke sebagian filtrat encer dari ekstrak.
Kemudian asam sulfat pekat (1 mL) ditambahkan. Hilangnya warna
kuning menunjukkan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan
aluminium 1% ditambahkan ke sebagian dari filtrat, terbentuknya warna
kuning menunjukkan adanya flavonoid. Ketiga, sebagian dari ekstrak
dipanaskan dengan 10 mL etil asetat yang telah diuapkan selama 3
menit. Campuran kemudian disaring dan 4 mL filtrat dikocok dengan
penambahan 1 mL larutan amonia encer, terbentuknya warna kuning
menunjukkan adanya flavonoid. (Ayoola et al, 2008).
d. Identifikasi Terpenoid
Sejumlah 0,5 g ekstrak masing-masing ditambahkan dengan 2
mL kloroform. Kemudian dengan hati-hati ditambahkan (3 mL) H2SO4
pekat sampai membentuk lapisan. Terbentuknya warna merah
kecoklatan pada permukaan menunjukkan adanya terpenoid (Ayoola et
al, 2008).
19
e. Identifikasi Tanin
Sebanyak 0,5 g ekstrak dipanaskan dalam 10 ml air dalam
tabung reaksi dan kemudian disaring. Ditambahkan beberapa tetes
FeCl3 0,1% dan diamati perubahan warna menjadi hijau kecoklatan atau
biru kehitaman. (Ayoola et al, 2008).
f. Identifikasi Fenolik
Sejumlah ekstrak ditambahkan 3-4 tetes larutan besi klorida,
terbentuknya warna biru-hitam menunjukkan adanya fenolik (Tiwari et
al, 2011).
3.3.4
kolom, kemudian
ditambahkan pelarut
20
yaitu plat silika gel, sedangkan fase gerak yang digunakan yaitu pelarut
atau campuran pelarut yang dapat memberikan pemisahan yang baik. Plat
silika gel dibuat dengan ukuran lebar 2 cm dan panjang 5 cm dan diberi
garis batas awal dan batas akhir elusi 0,5 cm.
Ekstrak yang akan diuji dilarutkan dalam pelarut n-heksana
sebanyak 1 mL, kemudian ditotolkan pada garis batas awal elusi lalu
dikeringkan. Setelah totolan tersebut mengering, lempengan ditempatkan
dalam sebuah chamber bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah
garis dimana posisi bercak berada. Setelah eluen mencapai garis akhir
elusi, lempeng dikeluarkan dan dikeringkan.
Bercak yang dihasilkan diamati di bawah lampu UV pada
panjang gelombang 254 nm. Untuk menampakkan bercak yang tidak
berwarna dan tidak berfluorosensi dapat diamati dengan menggunakan
pereaksi godyn (reagen A ; 1% vanilin dilarutkan dalam etanol : 3%
HClO3 dalam aquadest, 1:1 dan reagen B ; 10% H2SO4) dan dilanjutkan
dengan pemanasan.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan
tipis menggunakan nilai Rf. Nilai Rf (Retardation factor) didefinisikan
sebagai berikut (Sastrohamidjojo, 1985) :
c. Rekristalisasi
Untuk senyawa berbentuk kristal pemurniannya dapat dilakukan
dengan rekristalisasi, yaitu melarutkan senyawa dengan pelarut atau
campuran pelarut yang cocok. Pelarut yang digunakan dipilih
berdasarkan kemampuan melarutkan zat yang akan dimurnikan. Adanya
21
3.3.5
22
Mastigophora diclados
(Brid.) Nees
Disortasi, dicuci, dikeringkan,
dihaluskan dengan blender
Serbuk kering
M. diclados (Brid.) Nees
Dimaserasi dengan n-heksana,
disaring dan dievaporasi
Ekstrak n-heksana
Ampas
Uji KLT
Kromatografi Kolom
Fase diam : Silika Gel
Eluen
: n-heksana, etil asetat dan metanol
F1
F2
Uji KLT
F244
Rekristalisasi
Identifikasi Struktur
dengan 1H-NMR
Gambar 3.1 Bagan alur ekstraksi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder dari
ekstrak n-heksana tumbuhan lumut hati Mastigophora diclados
(Brid.) Nees
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Penyiapan Bahan
Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah lumut hati
Mastigophora diclados (Brid. Ex Web) Nees yang diperoleh dari Gunung
Slamet Purwokerto sebanyak 2,3 kg sampel segar dan dideterminasi di Pusat
Penelitian Biologi- LIPI, Cibinong Bogor (Lampiran 1). Setelah melalui
proses sortasi, pengeringan, penghalusan dan penyaringan, diperoleh
2,103 kg serbuk kering.
Simplisia disortasi basah untuk memisahkan dari kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing sehingga dapat mengurangi jumlah pengotor yang
ikut terbawa dalam bahan uji, dicuci dengan air hingga bersih kemudian
ditiriskan agar bebas dari sisa air. Proses pengeringan dilakukan dengan
menjemur di udara terbuka dalam ruangan. Simplisia yang telah kering
disortasi kembali dari kotoran-kotoran yang tertinggal . Simplisia yang
telah disortir, kemudian dihaluskan dengan blender hingga menjadi
serbuk. Untuk mencegah kerusakan atau mutu simplisia, serbuk simplisia
disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindung dari cahaya.
4.2.
Ekstraksi
Sejumlah 2,103 kg serbuk kering Mastigophora diclados dimaserasi
dengan pelarut n-heksana teknis yang telah didestilasi. Maserasi dilakukan
sebanyak 9 kali dalam 5 botol maserasi hingga warna pelarut n-heksana
bening dan menghabiskan sebanyak 30 liter pelarut n-heksana. Penggunaan
pelarut n-heksana ditujukan untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat
non polar, dimana berdasarkan literatur tumbuhan ini mempunyai banyak
mengandung senyawa non polar. Hasil maserasi disaring dan filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu lebih
23
24
Golongan kimia
Pengamatan Sampel
1.
Alkaloid
2.
Saponin
3.
Flavonoid
4.
Terpenoid
5.
Tanin
6.
Fenolik
25
26
sehingga diperoleh 14 gabungan fraksi yaitu gabungan fraksi 1-2, 3-17, 1826, 27-32, 33-41, 42-56, 57-68, 69-77, 78-101, 102-110, 111-125, 126-152,
153-170 dan 171-244 (lampiran 4).
Dari semua fraksi tersebut terlihat bercak yang masih banyak, yang
menunjukkan bahwa masing-masing fraksi tersebut belum didapatkan
senyawa murni. Untuk itu dilakukan pemisahan dengan kromatografi
kolom. Fraksi yang menjadi fokus isolasi yaitu penggabungan fraksi 33-41
(5) dengan jumlah ekstrak sebanyak 1,925 g. Pada fraksi ini terdapat kristal
pada dinding vial yang menunjukkan bahwa terdapat senyawa yang hampir
murni.
Senyawa 5 dilanjutkan pemisahannya dengan mengunakan
kromatografi kolom dengan diameter kolom yang lebih kecil yaitu 2,5 cm
dan jumlah silika gel 20 g karena jumlah ekstrak yang akan diisolasi
sebanyak 1,925 gram. Setelah ekstrak dimasukkan, kemudian dielusi
dengan n-heksana : etil asetat (H:EA) = 10:0 sebanyak 150 mL dan
dilanjutkan dengan gradien H:EA = 9:1 (400 mL), H:EA = 8:2 hingga H:EA
= 6:4 masing-masing 150 mL (hingga warna pelarut menjadi bening).
Terakhir dibilas dengan etil asetat 100% sebanyak 100 mL dan diperoleh
111 fraksi. Masing-masing fraksi pada vial diuji dengan KLT (lampiran 5).
Fraksi yang menampakkan bercak yang sama digabungkan dan diuapkan
pelarutnya.
Dari hasil kromatografi tersebut diperoleh 15 gabungan fraksi yaitu
gabungan fraksi 1-4, 5-9, 10-16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23-37, 38-56, 57-75,
76-89, 90-104, 105-111 (lampiran 6) yang beberapa fraksi diantaranya
terbentuk kristal. Berdasarkan pengujian KLT, fraksi yang terbentuk kristal
tersebut menunjukkan bercak tunggal dengan sedikit pengotor.
Senyawa hasil isolasi sulit
27
28
adanya gugus metil (CH3), serta terdapat 6 proton yang terlihat pada
pergeseran kimia (H) = 1,25 ppm (s, 6H) yang menunjukkan adanya 2
gugus metil (CH3) (lampiran 11).
Selain itu, terlihat adanya gugus aromatis pada pergeseran kimia (H)
= 4,93 5,73 ppm (m), dimana terdapat 4H yang terlihat pada pergeseran
kimia (H) = 4,93 ppm (1H d, J=0,9 Hz), pada pergeseran kimia (H) = 4,95
ppm (1H d, J=9,6 Hz), pada pergeseran kimia (H) = 5,14 ppm (1H s) dan
pada pergeseran kimia (H) = 5,73 ppm (1H dd, J=10,4 Hz dan J=17,5 Hz)
(lampiran 12).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa senyawa 5-B
memiliki pola struktur yang mempunyai gugus aromatik dengan 4H yang
menunjukkan aromatik disubstitusi dan mempunyai 4 gugus metil. Pola
spektrum ini memiliki kemiripan dengan pola senyawa sesquiterpenoid
herbertene (gambar 4.1) yang sebelumnya juga pernah diisolasi dari
tumbuhan lumut species ini.
Tabel 4.2 Perbandingan pergeseran kimia (H) proton senyawa fraksi 5-B
dengan golongan herbertene (Matsuo, et al,1981)..
H
Gugus Fungsi
Herbertene
Senyawa Isolat
3H (CH3)
3H (CH3)
6H (2CH3)
4H
29
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari isolasi senyawa metabolit sekunder
ekstrak n-heksana Mastigophora diclados (Brid. ex Web.) Nees adalah
senyawa 5-B sebanyak 19 mg dengan nilai Rf = 0,45 dan titik leleh 1521540C. Berdasarkan analisa dengan 1H-NMR, senyawa tersebut memiliki
kemiripan pola struktur dengan senyawa golongan sesquiterpenoid
herbertene, yaitu adanya 4 gugus metil pada pergeseran kimia (H) = 0,64
ppm (s, 3H), 0,99 ppm (s, 3H) dan 1,25 ppm (s, 6H), serta adanya 4 proton
pada pergeseran kimia (H) = 4,93 ppm (1H d, J=0,9 Hz), pada pergeseran
kimia (H) = 4,95 ppm (1H d, J=9,6 Hz), pada pergeseran kimia (H) = 5,14
ppm (1H s) dan pada pergeseran kimia (H) = 5,73 ppm (1H dd, J=10,4 Hz
dan J=17,5 Hz), yang menunjukkan adanya gugus aromatis disubstitusi.
5.2.Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari tanaman ini untuk
memperoleh senyawa-senyawa metabolit sekunder, karena dimungkinkan
masih banyak senyawa lain yang belum teridentifikasi pada penelitian ini.
Analisa dengan metode instrumentasi FTIR, LCMS,
13
C-NMR,
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32
Desertasi.
33
34
Hasil Pengamatan
Alkaloid (-)
Fenolik (-)
Saponin (-)
(sebelum)
Terpenoid (+)
(sesudah dikocok)
Tanin (-)
35
36
Keterangan :
A. Profil KLT senyawa fraksi 1 169, dengan eluen n-heksana : etil asetat
(9:1).
B. Profil KLT senyawa fraksi 172 - 226, dengan eluen n-heksana : etil asetat
(8:2).
C. Profil KLT senyawa fraksi 229 244, dengan eluen n-heksana : etil asetat
(6:4).
37
Keterangan :
A. Profil KLT senyawa gabungan fraksi dengan eluen n-heksana : etil asetat
(9:1).
B. Profil KLT senyawa gabungan fraksi, dengan eluen n-heksana : etil asetat
(9:1) dan diamati di bawah UV 254 nm.
38
39
Keterangan :
A. Profil KLT senyawa 5 (33-41), fraksi 1 111, dengan eluen n-heksana : etil
asetat (9:1).
B. Profil KLT senyawa 5 (33-41), fraksi 1 111, dengan eluen n-heksana : etil
asetat (9:1) dan ditambah dengan penampak bercak berupa Pereaksi Godin
(reagen A ; 1% vanilin dilarutkan dalam etanol : 3% HClO3 dalam aquadest,
1:1 dan reagen B ; 10% H2SO4).
40
B
A
B
A
Keterangan :
A. Profil KLT gabungan fraksi senyawa 5.
B. Profil KLT gabungan fraksi senyawa 5, diamati di bawah UV 254 nm
C. Profil KLT gabungan fraksi senyawa 5, ditambah pereaksi Godin.
41
10
11
12
13
Kromatografi Kolom
Pelarut n-heksan : etil asetat
Uji KLT (spot sama digabung)
14
244 fraksi
111 fraksi
Kromatografi Kolom
Pelarut n-heksan : etil asetat
Uji KLT (Rf sama digabung)
104 fraksi
Keterangan :
1
: (1-2)
: 0,003 gram
: (3-17)
: 0,548 gram
: (18-26)
: 0,026 gram
: (27-32)
: 2,011 gram
: (33-41)
: 1,925 gram
: (42-56)
: 0,928 gram
: (57-68)
: 0,84 gram
: (69-77)
: 0,268 gram
: (78-101)
: 1,59 gram
10
11
5-A
: (1-4)
: 0,089 gram
5-B
: (5-9)
: 0,426 gram
5-C
: (10-16)
: 0,054 gram
5-D
: (17)
: 0,161 gram
5-E
: (18)
: 0,218 gram
5-F
: (19)
: 0,11 gram
5-G
: (20)
: 0,061 gram
5-H
: (21)
: 0,031 gram
5-I
: (22)
: 0,018 gram
5-J
: (23-37)
: 0,058 gram
5-K
: (38-56)
: 0,019 gram
12
5-L
: (57-75)
: 0,021 gram
13
5-M
: (76-89)
: 0,003 gram
14
5-N
: (90-104)
: 0,002 gram
5-C
5-D
UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
: (18-23)
: 0,0873 gram
5-E
: (24-37)
: 0,032 gram
5-F
: (38-75)
: 0,0347 gram
42
9-A
: (1-23)
: 0,686 gram
9-B
: (24-35)
: 0,188 gram
9-C
: (36-67)
: 0,257 gram
9-D
: (68-104)
: 0,897 gram
43
Lampiran 8. Profil KLT Senyawa Fraksi 5-B, 5-D, 5-F dan 5-J
B
A
Keterangan :
D. Profil KLT senyawa fraksi fraksi 5-9 (5-B), fraksi 17 (5-D), fraksi 18 (5-F)
dan fraksi 23-37 (5-J) dilihat di atas Lampu UV 254 nm dengan eluen nheksana : etil asetat (9:1).
E. Profil KLT senyawa fraksi 5-B, 5-D, 5-F dan 5-J, dengan eluen n-heksana :
etil asetat (9:1) dan ditambah dengan penampak bercak berupa Pereaksi
Godin; Rf = 0,45.
44
B
A
Keterangan :
A. Profil KLT senyawa fraksi fraksi 5-9 (5-B), dengan eluen n-heksana : etil
asetat (9:1) dan diamati di bawah Lampu UV 254 nm.
B. Profil KLT senyawa fraksi fraksi 5-9 (5-B), dengan eluen n-heksana : etil
asetat (9:1) dan ditambah dengan penampak bercak berupa Pereaksi Godin;
Rf = 0,45.
45
46
Lampiran 11. Spektrum 1H-NMR Senyawa Fraksi 5-B H = 0,64 ppm, 0,99
ppm dan 1,25 ppm
47
Lampiran 12. Spektrum 1H-NMR Senyawa Fraksi 5-B H = 4,93 5,73 ppm