Anda di halaman 1dari 7

RANCANGAN FORMULA

Alasan Pemilihan Bahan

Nama Bahan Alasan Pemilihan Bahan


Aquades Pemilihan bahan pelarut pada sediaan krim ini, aquades memiliki peran
sebagai pelarut dan fase air. Pelarut ini jua dipilih karena berupa cairan
jernih, tidak bewarna, tidak berasa dan tidak berbau (Rowe et al., 2009)
sehingga mudah dan tidak menganggu dalam pengaplikasiaannya di
sediaan farmasi. selain itu aquades diperoleh dengan cara penyulingan,
cara penukaran ion, osmosis terbalik atau cara lain yang sesuai (Ansel,
2008) sehingga lebih bebas dari kotoran maupun mikroba dibandingkan
dengan air biasa dan digunakan dalam sediaan-sediaan yang
membutuhkan air, terkecuali parenteral (Ansel, 2008). Aquades memiliki
sifat dapat bercampur dengan pelarut polar, bereaksi dengan bahan yang
mudah terhidrolisis, serta stabil secara kimia pada semua bentuk fisik
(air, cair, uap). (Rowe et al., 2009).

Glycol Stearat Emolient surfactan agen pengemulsi

PEG Pemilihan bahan PEG sebagai pelarut dan basis sediaan krim
(Polyethylene
dikarenakan bahan tersebut memiliki pemerian tidak bewarna untuk
Glycol) liquid
HOPE Edisi V sediaan cair dan bewarna putih untuk sediaan padat, dan juga hampir
hal 545-550
tidak berbau sehingga menjadi pertimbangan dalam pembentukan
sediaan krim tidak mempengaruhi organoleptik dari krim yang akan
dibuat nantinya. Selain itu dalam segi kelarutan, PEG mudah larut dalam
PEG 6/PEG
300/Macrogol air (5g: 50 ml) sehingga memudahkan proses pembuatan dan dapat di
proses dalam fase air. Penggunaan PEG juga cocok untuk penggunaaan
sediaan krim miconazol nantinya dalam segi pH yang masuk rentang
sediaaan yaitu berkisar 4.5–7.5 (Hope V).
Polietilen glikol juga dipilih karena sifatnya yang hidrofilik dan aman
bagi penggunaan sediaan farmasi topikal. Penggunaan PEG membantu
sediaan krim tertahan pelepasan obatnya sehingga dapat perlahan
terabsorpsi di permukaan kulit dan tidak mudah hilang. Dengan basis
krim berbahan PEG juga membuat sediaan krim miconazole nantinya
mudah dibersihkan dari kulit dengan mencucinya bersama air (HOPE
VI).
Kepadatan atau viskositas sediaan semi solid krim topikal yang
diinginkan, disesuaikan dengan jumlah konsentrasi PEG yang digunakan
(HOPE VI).
PEG memiliki beberapa jenis, dan macam-macam kombinasi dari
polietilen glikol bisa digabung dengan memakai dua jenis atau lebih
untuk memperoleh konsistensi basis yang diinginkan, dan sifat khasnya
(Ansel, 1989). Hal ini yang menyebabkan penggunaan PEG-600 dan
PEG-32 dikombinasikan.
tingkat pelepasan obat yang larut dalam air berkurang seiring dengan
meningkatnya berat molekul polietilen glikol. Saat digunakan bersamaan
dengan pengemulsi lainnya, polietilen glikol dapat bertindak sebagai
emulsion stabilizer (HOPE VI).

Alasan penggunaan: Stabil, Hidrofilik sehingga mudah dicuci, tidak


menyebabkan iritasi pada kulit, toksisitas rendah (HOPE) PEG 300 larut dalam
airm etanol, aseton dan kloroform namun tidak larut pada paraffin, minyak
mupun lemak (anonim, 2019). PEG 300 memiliki berat molekul yang lebih
rendah untuk mempermudah penetrasi ke kulit. Dalam farmakokinetik PEG
berfungsi untuk meningkatkan absorbsi dan disolusi suatu zat yang kurang larut
dalam air. Karena dapat membentuk dua fase sistem polimer yang berbeda
sehingga dapat mempengaruhi kelarutan zat kurang larut tersebut (Shargel et al,
1996)

Miconazole Nitrate Mikonazole nitrate merupakan bentuk garam nitrat dari mikonazol, suatu
derivat imidazol yang digunakan untuk perawatan infeksi kulit kandidal.
Mikonazol secara selektif mampu merusak membran sel jamur (Pubchem,
2019). Berbentuk kristal padat,sukar larut dalam air, etanol maupun propilen
glikol. larut dalam pelarut organik seperti Etanol, DMSO dan Dimetil
Forfamida. Mikonazol nitrat sebagian terlarut dalam larutan dapar. Untuk
kelarutan maksimal (0.3 mg/ml) dalam 1:2 larutan DMSO:PBS dengan pH 7.2,
dapar ini direkomendasikan disimpan 1 hari saja (Chaymanchem, 2018)
Mikonazole nitrate merupakan bentuk garam nitrat dari mikonazol, suatu
derivat imidazol yang digunakan untuk perawatan infeksi kulit kandidal.
Mikonazol secara selektif mampu merusak membran sel jamur (Pubchem,
2019). Berbentuk kristal padat,sukar larut dalam air, etanol maupun propilen
glikol. larut dalam pelarut organik seperti Etanol, DMSO dan Dimetil
Forfamida. Mikonazol nitrat sebagian terlarut dalam larutan dapar. Untuk
kelarutan maksimal (0.3 mg/ml) dalam 1:2 larutan DMSO:PBS dengan pH 7.2,
dapar ini direkomendasikan disimpan 1 hari saja (Chaymanchem, 2018)

Butylated BHA merupakan antioksidan dengan aktivitas antimikrobial. Studi invitro


Hydroxyanisole
menunjukkan potensi fungsida BHA terhadap pertumbuhan jamur secara
(BHA)
menarik meningkat pada pH 3 dan 9 (Sameer 2019). Bagian aktif dari BHA
yang bertomdal sebagai antioksidan adalah cincin aromatis terkonjugasi yang
dapat bertindak sebagai stabilisator untuk radikal bebas. (11) BHA
diketahuimemiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan vitamin E.
BHA Digunakan luas dalam indusri kosmetik, makanan maupun produk
farmasi. Regulasi dari FDA mengatakan bahwa pemakaian BHA tidak boleh
melebihi 0,02 % w/w (100 ppm) sehingga yang direkomendasikan untuk
formulasi topikal adalah 0.005-0.2%. BHA digunakan untuk mempertahankan
warna sediaan, BHA juga efektif mengontrol oksidasi short chain fatty acids
(Burdock, 2010). BHA mampu menahan oksidasi vitamin A, lemak dan minyak
sayur. BHA merupakan stabilisator yang efektif untuk essential oils, parafin dan
polietilen (DHHS, 2016). Formulasi BHA banyak digunakan dengan pelarut
propil gallat dan asam sitrat (Furia, 1972)

As. Benzoat Pada presentase 0,1-0,2% as. Benzoate dapat digunakan sebagai
pengawet (Hope). Asam benzoat digunakan untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri, bahan ini efektif pada pH 2,5 – 4,5
(Winarno, 1992). pH kulit dapat berkisar 4,5-7, sehingga penggunaan as.
Benzoate sebagai pengawet cocok, karena penggunaan optimal as.
Benzoat sebagai pengawet adalah 4,5. Asam benzoate Stabil pada suhu
dan tekanan normal. Sedikit/sulit larut dalam air dingin,. Kelarutan
dalam air 2,9% pada suhu 20˚C, sehinga harus dicampur dalam keadaan
suhu 60-70˚C dan ditambah dengan peningkat kelarutan.
Parafin cair Presentase penggunaan paraffin cair dalam sediaan krim adalah 1-32%
(Hope). Paraffin cair merupakan bahan yang tidak berbau dan bentuknya
tidak padat, sehingga mudah dan nyaman dalam penggunaan. Fase
minyak dapat terpenuhi dengan adanya paraffin cair karena rentang
konsentrasi paraffin cair yang dapat digunakan cukup besar. Dipilihnya
paraffin cair juga karena menurut (BPOM, 2015) emolien yang berbasis
paraffin dapat melembabkan kulit tanpa mempengaruhi flora kulit
normal. Menurut baker, Woerdenbag, Gooskens, naafs, Kaaij dan
Wieringa (2012) bahwa paraffin cair merupakan senyawa yang stabil
secara kimia, relatif murah, dan kompatibel terhadap kebanyakan
pengawet serta obat, sehingga paraffin cair merupakan emolien yang
tepat dalam sediaan krim.

Polyethylene Glycol; Polietilien; Glikol; Peg; Makrogol

(HOPE Edisi V hal 545-550)

Rumus Kimia: H(OCH2CH2)nOH

Pemerian :Bentuk cair umumnya jernih dan berkabut, cairan kental, tidak berwarna atau
praktis tidak berwarna, agak higroskopik, bau khas lemah. Bentuk padat biasanya praktis
tidak berbau dan tidak berasa, putih, licin seperti plastik mempunyai konsistensi seperti
malam, serpihan butiran atau serbuk, putih gading. Penggunaan PEG juga cocok untuk
penggunaaan sediaan krim miconazol nantinya dalam segi pH yang masuk rentang sediaaan
yaitu berkisar 4.5–7.5

Bobot jenis pada suhu 25ºC 1,12.

Kelarutan Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah larut dalam air, larut
dalam aseton, dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam etilen glikol monoetil eter, dalam
etil asetat dan dalam toluen; tidak larut dalam eter dan dalam heksan.

Kesempurnaan melarut dan warna larutan Larutan 5g dalam 50 ml air tidak berwarna:
jernih untuk bentuk cair dan tidak lebih dari agak berkabut dari bentuk padat.

pH (5% w/v solution) 4.5–7.5


Stabilitas :polietilen glikol secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan,meskipun nilai
dengan berat molekul kurang dari 2000 yanghigroskopis. polietilen glikol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba,dan tidak menjadi tengik.

Kondisi Penyimpanan :polietilen glikol harus disimpan dalam wadah yang tertutup di
tempat yang sejuk dan kering. baja, aluminium, kaca, atau baja dilapisi stainlesskontainer
lebih disukai untuk penyimpanan nilai cair.

Inkompabilitas :Cair dan padat nilai polietilen glikol mungkin tidak kompatibel dengan
beberapa zat pewarna.Aktivitas antibakteri antibiotik tertentu berkurang dibasis polietilen
glikol, terutama yang dari penisilin danbacitracin. Khasiat pengawet parabens juga mungkin
mengalami gangguan karena mengikat dengan polietilen glikol.efek fisik yang disebabkan
oleh basis glikol polietilen mencakuppelunakan dan pencairan dalam campuran dengan fenol,
asam tanat, danasam salisilat. Perubahan warna sulfonamid dan ditranol juga bisaterjadi, dan
sorbitol dapat diendapkan dari campuran. Plastik, sepertisebagai polyethylene, fenol
formaldehida, polivinil klorida

Note tambahan :

Besar kecilnya angka PEG merepresentasikan Berat Molekul nya, biasanya untuk sediaan kosmetik
akan menggunakan berat molekular yang lebih kecil karena akan lebih mudah berpenetrasi ke kulit.
Pada kosmetik, fungsi PEG ada tiga: emolien (membantu melembutkan dan melubrikasi kulit),
sebagai emulsifier (membantu menyatukan basis air dan minyak) dan sebagai sarana yang membantu
membantu bahan lain menyerap di kulit. As their molecular weight increase, their water solubility
vapor pressure, hygroscopicity and solubility in organic solvents decrease (Remington: The Science
and Practice of Pharmacy, 2006)
(kombinasi dari PEG-6 Stearat dan PEG-32 Stearat supaya menghasilkan emulsi yang ringan dengan
stabilitas baik pada rentang pH yang luas)

Daftar Pustaka

DHHS/National Toxicology Program; Fourteenth Report on Carcinogens: Butylated Hydrox


yanisole(25013165) p.1 (2016).Available from, as of November 22, 2016: https://ntp.niehs.ni
h.gov/pubhealth/roc/index-1.html#toc1

Burdock, G.A. (ed.). Fenaroli's Handbook of Flavor Ingredients. 6th ed.Boca Raton, FL 2010
, p. 193

J. Plant Prot. and Path., Mansoura Univ., Vol. 10 (4): 217 - 223, 2019. Effectiveness of pH
and ButylatedHydroxyanisole (BHA) on Fungicidal Activity of Certain Fungicides for
Controlling Green and Blue Mold Diseases on OrangeFruits Sameer, W. M. and I. S.
Ibrahim Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Al-Azhar University, Nasr
City, Cairo, Egypt

Madhavi DL, Deshpande SS, Salunkhe DK. Butylatedhydroxyanisole (BHA; tert-butyl-4-


hydroxyanisole) and butylatedhydroxytoluene (BHT; 2,6-di-tert-butyl-pcresol) in food anti-
oxidants: Technological, Toxicological, and health perspectives.1996.

Furia, T.E (ed). CRC Handbook of Food Additives. 2nd ed. Claveland: The Chemical Rubber., 1972
Han SS, Lo SC, Choi YW, Kim JH, Beck SH. Antioxidant activity of crude extract and pure
compounds of Acerginnala max. Bull. Korean.Chem Soc. 2004; 25(3): 389-391

https://medium.com/@cosmethics/everything-you-need-to-know-about-peg-family-(diakses
28 Agustus 2019)

https://pharmaceutical.basf.com/en/Drug-Formulation/Kollisolv-PEG-300.html (diakses 28
Agustus 2019)

https://www.caymanchem.com/pdfs/15420.pdf (diakses 28 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai