100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan1 halaman
Metode area di bawah kurva disolusi-waktu digunakan untuk menghitung efisiensi disolusi tablet antibiotik. Tablet dengan efisiensi disolusi tertinggi 81,4% memiliki pelepasan obat yang paling baik, sementara yang terendah hanya 18,2%. Efisiensi disolusi di atas 50% dianggap cukup untuk mengantisipasi bioavailabilitas, meskipun faktor lain seperti kandungan obat dan konsentrasi plasma juga memp
Metode area di bawah kurva disolusi-waktu digunakan untuk menghitung efisiensi disolusi tablet antibiotik. Tablet dengan efisiensi disolusi tertinggi 81,4% memiliki pelepasan obat yang paling baik, sementara yang terendah hanya 18,2%. Efisiensi disolusi di atas 50% dianggap cukup untuk mengantisipasi bioavailabilitas, meskipun faktor lain seperti kandungan obat dan konsentrasi plasma juga memp
Metode area di bawah kurva disolusi-waktu digunakan untuk menghitung efisiensi disolusi tablet antibiotik. Tablet dengan efisiensi disolusi tertinggi 81,4% memiliki pelepasan obat yang paling baik, sementara yang terendah hanya 18,2%. Efisiensi disolusi di atas 50% dianggap cukup untuk mengantisipasi bioavailabilitas, meskipun faktor lain seperti kandungan obat dan konsentrasi plasma juga memp
Metode Area bawah kurva disolusi-waktu digunakan dalam menghitung efisiensi
disolusi (DE) dan dihitung dalam waktu 30 menit. Efisiensi disolusi (DE) tertinggi merupakan efisiensi terbaik dari zat aktif dari suatu tablet untuk lepas. Tabel 3 menunjukkan nilai efisiensi disolusi (DE) pada waktu 30 menit. Merk F mempunyai nilai DE tertinggi yaitu 81.4% sementara B, mempunyai nilai De paling rendah yaitu 18,2%. Merk C,D,E dan G mempunyai nilai DE di atas 50% pada waktu 30 menit, yang mana sudah cukup baik untuk mengantisipasi bioavailabilitas yang efisien, sementara merk A, H, dan I mempunyai nilai yang kecil. Merk D dengan DE 80,4% tidak dapat mencapai respon terapetik yang optimum karena kandungan obat absolutenya adalah 58,3 mg. Walaupun jika mencapai bioavailabilitas yang baik, merk D tidak dapat terukur kadar minimum dalam jaringan untuk memberikan efek atau aksi bakterisidal (membunuh bakteri) yang cepat; disamping durasi aksinya lemah. Hal ini karena 500 mg dosis dicerna secara oral mencapai konsentrasi plasma 8-13 mg/ml dengan 0,254 h dan kadar efektif minimumnya (MEC) adalah 8 mg/ml. Hal ini juga telah dilaporkan bahwa hubungan linear antara dosis dan konsentrasi plasma berkenaan untuk dosis 200-2000 mg (Hardman and Limbird, 2001). Selain itu, merk B yang diindikasikan sebagai obat dengan kandungan obat absolute terbaik 190,1 mg hanya melepaskan 26,2%, karenanya nilai DE nya sangat kecil yaitu 18,2%. DE telah ditunjukkan menjadi pedekatan kuantitatif untuk menguji profil pelepasan obat , tak sama dengan metode f1 dan f2 yag mana merupakan data kualitatif terbaik. Tetapi pengujian terbaik dan prediksi bioavailabilitas yang baik seharusnya tercantum kandungan obat absolute, profil pelepasanobat (khususnya T50 dan T70) dan efisinsi disolusi. Sebuah tablet dapat mempunyai kekuatan hancur minimum yang baik 4 kgf (banker and Rhodes, 1979) dan masih belum mempunyai nilai DE yang baik, sama kasusnya dengan merk B dengan CSFR yang tertinggi. Oleh karena itu tidak menyia-yiakan kegunaan peralatan mesin, karakteristik pelepasan, kandungan obat absolute dan DE, cukup baik untuk mencoba memprediski korelasi yang baik dengan penelitian in vivo. Beberapa pekerja telah menunjukkan inekuivalensi abtar brand obat dengan produk obat inovator (oluleye and Familusi, 2005) dan mengkolerasikan penelitian in vitro dan in vivo untuk memprediksi bioavailabilitas dan bioekivalensi (Sarat et al., 1991; Babalola et al., 2001). Beberapa brand (merk B dan J) tidakmenunjukkan bukti yang dapat memprediksi bioavailabilitas dan bioekivalensi yang memuaskan berdasarkan nilai efisiensi disolusi masing-masing 18,2 dan 24,2%. Penyebab terbesarnya dari nilai DE yang kecil terbelakang ditujukan untu lambatnya % pelepasan,