Anda di halaman 1dari 10

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

- TEORI BELAJAR : TEORI DIENES, TEORI BELAJAR


BERMAKNA DARI AUSUBEL, DAN MODEL STRUKTUR
INTELEKTUAL GUILFORD -

Kelompok 5

1. Adeline M. Titaley 2017-42-018


2. Megaria Refwalu 2017-42-045
3. Rolina Loiulro 2017-42-008
4. Nelma D. Lethulur 2017-42-021
5. Christhoper Makapuan 2017-42-114
TEORI DIENES
Dienes (dalam Bell, 1979) memandang matematika
sebagai pelajaran tentang struktur. Menurutnya, setiap
konsep (prinsip) matematika dapat dipahami dengan baik
jika disajikan kepada siswa melalui beragam representasi
konkrit dan fisik.
Terdapat 3 tipe konsep matematika menurut Dienes, yaitu :
1. Konsep murni matematika : ide-ide matematika mengenai klasifikasi
bilangan dan relasi antar bilangan, serta tidak tergantung dari cara bilangan
itu disajikan.
2. Konsep notasi matematika : sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat
langsung dari cara bilangan itu disajikan.
3. Konsep terapan matematika : penggunaan konsep murni dan konsep
notasi matematika untuk pemecahan masalah matematika.
Enam tahap dalam belajar mengajar konsep matematika yang dikemukakan oleh
Dienes, yaitu :
Terdiri atas aktivitas tidak terstruktur dan tidak diarahkan. Guru
Tahap sebatas menyediakan berbagai jenis materi, dan kemudian
1. Permainan dimanipulasi oleh siswa . Dalam tahap ini, siswa membentuk
Bebas mental dan sikap sebagai persiapan memahami struktur
matematika dari konsep.

Dari tahap permainan bebas, siswa akan mulai mengamati pola


dan keteraturan yang terdapat pada konsep. Kemudian
2. Tahap mereka siap melakukan permainan dan eksperimen
Permainan menggunakan aturan yang dibuat oleh mereka sendiri, serta
parameter dan variasi di dalam konsep; setelah itu
menganalisis struktur matematika dari konsep.

Siswa belum dapat menemukan struktur matematika yang


merupakan persekutuan untuk seluruh penyajian konsep dan
Tahap belum mampu mengklasifikasikan contoh dan bukan contoh
3. Mencari dari contoh, sehingga diperlukan adanya bantuan guru dengan
Kesamaan menunjukkan bagaimana setiap contoh dapat diterjemahkan
ke dalam setiap contoh lain tanpa mengganti sifat abstrak yang
dimiliki bersama semua contoh.
Siswa perlu mengembangkan sebuah penyajian tunggal konsep
Tahap bersifat abstrak yang mencakup setiap elemen persekutuan
4.
Penyajian yang terdapat pada setiap contoh, berupa penyajian secara
diagram atau penyajian verbal.

Siswa perlu merumuskan secara tepat simbol-simbol verbal


dan matematis untuk mendeskripsikan penyajian tentang
5. Tahap
konsep, dengan adanya intervensi dari guru. Harus ditunjukkan
Simbolisasi
simbol yang baik dalam pemecahan masalah, membuktikan
teorema, dan dalam menjelaskan konsep.

Siswa mengurutkan sifat-sifat konsep dan memeriksa akibat-


akibatnya, yaitu aksioma (sifat dasar struktur) dan dalil (sifat
Tahap yang diturunkan dari aksioma) beserta bukti.
6.
Formalisasi Dalam tahap ini, siswa memeriksa akibat dari konsep dan
menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah
matematika murni dan terapan.
Berdasarkan penjelasan tentang tahap belajar mengajar konsep
matematika oleh Dienes, dapat dikemukakan beberapa implikasi yang
dapat diperhatikan guru dalam pembelajaran matematika, yakni :
1. Dalam merencanakan pembelajaran matematika, guru
perlu memperhatikan adanya enam tahap belajar
mengajar konsep menurut Dienes dengan
memperhatikan kesiapan kognisi siswa. Pada siswa SD
misalnya keenam tahap tersebut penting diperhatikan
dalam perencanaan, tetapi pada tingkatan siswa yang
lebih tinggi, tahap permainan bebas dapat saja
diabaikan. Untuk tingkatan mahasiswa, tahap kedua
yakni permainan dapat pula diabaikan.
2. Guru perlu merancang pengalaman belajar yang
bervariasi kepada siswa dalam tahapan pembentukan
konsep.
3. Guru perlu melibatkan atau menggunakan alat peraga
dan beragam model yang relevan dengan konsep yang
dipelajari dalam pembelajaran matematika.
TEORI BELAJAR BERMAKNA DARI AUSUBEL
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu :

Pada dimensi pertama, informasi


dikomunikasikan kepada siswa dalam Pada dimensi kedua, siswa
bentuk : menghubungkan atau mengaitkan
1. Belajar penerimaan, yang informasi tersebut pada konsep-
menyajikan informasi tersebut konsep dalam struktur kognitifnya
dalam bentuk final. yang disebut sebagai belajar
2. Belajar penemuan, yang bermakna, tetapi siswa mungkin
mengharuskan siswa untuk saja sebatas menghafal informasi
menemukan sendiri sebagian atau baru tersebut atau disebut belajar
seluruh materi yang dipelajari. hafalan.

Dari dua dimensi tersebut, terdapat empat kemungkinan tipe belajar (Ratumanan,
2015), yakni :
1. Belajar menerima yang bermakna.
2. Belajar penemuan yang bermakna.
3. Belajar menerima yang hafalan (tidak bermakna).
4. Belajar penemuan yang hafalan (tidak bermakna).
MODEL STRUKTUR INTELEKTUAL GUILFORD
J. P. Guilfor, dkk, mengembangkan model struktur intelektual dalam bentuk
model tiga dimensi yang awalnya terdiri atas 120 tipe kemampuan
intelektual berbeda kemudian direvisi menjadi 150 tipe kemampuan
intelektual.
Model struktur intelektual Guilford tersusun atas tiga variable, yakni :

1. Operasi Pikiran (operasi mental) : himpunan dari proses-proses mental yang


digunakan dalam belajar. Terdapat lima jenis operasi, yakni :
 Kognisi : kemampuan mengenal dan memahami berbagai bentuk informasi.
 Ingatan : kemampuan menyimpan informasi dalam pikiran dan memanggil
keluar informasi yang telah disimpan sebagai respons terhadap rangsangan
tertentu.
 Produksi divergen : kemampuan kreatif melihat informasi yang diberikan
dalam cara baru, sehingga kesimpulan unik dan yang tak diharapkan adalah
akibatnya (banyak memungkinan alternatif).
 Produksi konvergen : kemampuan mengambil sekumpulan informasi
tertentu dan menarik kesimpulan yang diterima secara umum (hanya satu
kemungkinan jawaban).
 Evaluasi : kemampuan memproses informasi untuk melakukan penilaian,
menarik kesimpulan, dan mengambil keputusan.
2. Isi Belajar : variabel yang mengklasifikasikan sifat-sifat materi yang sedang dipelajari.
Awalnya Guilford menentukan empat tipe belajar, yakni :
 Bentuk (figural) : potongan atau bentuk seperti segitiga, kubus, parabola, dll.
 Simbol (symbolic) : simbol atau kode yang merepresentasikan objek konkrit atau objek
abstrak.
 Arti (semantic) : kata-kata dan ide yang membangun bayangan mental ketika
dihadirkan sebagi rangsangan.
 Perilaku (behavioral) : manifestasi rangsangan dan respons dalam diri manusia, yaitu
cara manusia bersikap, sebagai akibat dari keinginan sendiri dan tindakan orang lain.
Kemudian Guilford membagi figural menjadi dua sub variabel yakni visual dan auditori,
sehingga variabel isi belajar menjadi lima sub variabel.

3. Produk belajar : variabel yang berhubungan dengan cara mengatur dan menyusun
informasi dalam pikiran. Terdapat enam produk belajar, yakni :
 Satuan (units) : notasi tunggal, gambar, kata, benda, atau ide.
 Kelas (classes) : himpunan satuan.
 Relasi (relations) : hubungan antara satuan dan kelas.
Sistem (systems) : komposisi satuan kelas dan relasi menjadi struktur yang lebih besar
dan lebih bermakna.
 Transformasi (transformations) : proses mengubah, menginterpretasi kembali,
menyusun kembali informasi yang ada menjadi informasi baru.
 Implikasi (implications) : ramalan (dugaan) mengenai konsekuensi interaksi antara
satuan, kelas, relasi, sistem, dan transformasi.
Implikasi teori Guilford dalam pembelajaran matematika :

1. Dalam pembelajaran matematika, contoh soal kreativitas yang


dikembangkan oleh Guilford diterapkan mulai pada tingkat TK yaitu
dalam mengenal bilangan, menggambar bangun datar dan bangun
ruang; pada tingkat SD, SMP, SMA , bahkan pata tingkat perguruan
tinggi terdapat beberapa materi esensial yang memungkinkan anak
untuk berkreatifitas misalnya materi geometri.

2. Dalam menyelesaikan soal pembelajaran matematika dapat


menerapkan soal-soal open-ended kepada siswa, dari jawaban yang
diberikan siswa dapat dibuktikan bahwa kemampuan untuk
memberikan berbagai alternatif jawaban adalah berdasarkan
informasi yang diberikan oleh guru maupun pengalaman pribadinya.

3. Kreatifitas seorang siswa dapat dilihat dari kemampuannya untuk


menyelesaikan suatu persoalan dengan ide kreatif tanpa bersumber
pada satu teori saja, sehingga memunculkan banyak ide dari berpikir
kreatifnya yang bergantung pada kemampuan diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai