Anda di halaman 1dari 64

DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU NO.

14/2008
TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
DI LINGKUNGAN DITJEN. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DISAMPAIKAN OLEH:
•KEPALA BAGIAN HUKUM, ORGANISASI DAN HUMAS
DITJEN P2P KEMENKES
•SRI HANDINI, SH. MH. MKes
INFORMASI PUBLIK

Menurut UU No. 14 Tahun 2008, Informasi


Publik Adalah
Informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan
publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan badan
publik lainnya yang sesuai dengan Undang-
Undang ini serta informasi lain yang berkaitan
dengan kepentingan publik.
Jenis-jenis
Informasi Publik
UU 14 Tahun 2008

Yang Wajib DisediakanInformasi


Dan Diumumkan Secara Berkala

Yang Wajib Diumumkan


Secara Serta Merta

Yang Wajib Tersedia Setiap Saat

Yang Dikecualikan

Yang Diperoleh
Berdasarkan Permintaan
HAK PEMOHON INFORMASI PUBLIK (UU
No.14/2008)
1. Setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini.
2. Setiap orang berhak :
a. Melihat dan mengetahui Informasi Publik;
b. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi
Publik;
c. Mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang
ini; dan/atau
d. Menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Setiap pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik
disertai alasan permintaan tersebut.
4. Setiap pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila
dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang ini.


HAK BADAN PUBLIK
1. Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Informasi publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, adalah :
a. Informasi yang dapat membahayakan negara;
b. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha
tidak sehat;
c. Informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;
d. Informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau
e. Informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.
PPID
PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DOKUMENTASI
 PPID KEMENKES
- PPID UTAMA (SESJEN)
- PPID PELAKSNA(SES UNIT UTAMA)
 PPID UNIT PELAKSANA TEKNIS
- PPID PELAKSANA (KA.UPT)

6
STRUKTUR ORGANISASI DITJEN PP&PL
( Permenkes 1144/2010)
Direktur Jenderal
Sekretaris Ditjen (PPID
PELAKSANA)

Bagian Program Bagian Umum Bagian Keuangan Bagian Hukum


Dan Informasi dan Kepegawaian Organisasi dan
Humas
(Koordinator
PPID)

Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat


Surveilans Imunisasi dan Pengendalian Penyakit Pengendalian Penyakit Pengendalian Penyakit Tidak Penyehatan Lingkungan
Karantina Kesehatan dan Menular Langsung Bersumber Binatang Menular
Kes. matra (PP ML) (PP BB) (PP TM) (PL)

SSubdit Subdit Subdit Subdit Penyakit Jantung Subdit


Surveilans dan Tuberkulosis Malaria dan Pembuluh Darah Penyehatan Air
Penanggulangan KLB

Subdit Subdit Subdit Subdit Diabetes Melitus Subdit Pengawasan


Kesehatan Matra AIDS dan PMS Arbovirosis dan Penyakit Metabolik Kualitas Lingkungan

Subdit Subdit Infeksi Saluran Subdit Subdit Subdit penyehatan kawasan


Imunisasi Pernapasan Akut (ISPA) Zoonosis Penyakit Kanker & Sanitasi Darurat

Subdit diare,kecacingan &


Subdit infeksi saluran pencernaan Subdit Filariasis & Subdit Penyakit Kronis dan Subdit Sanitasi makanan
Karantina Kesehatan lainnya Schistosomiasis Degeneratif Lainnya dan Bahan Pangan

Subdit Subdit Subdit Gangguan akibat Subdit


Kusta & Frambusia Pengendalian Vektor kecelakaan dan Cedera Pengamanan Limbah
Kelompok
Jabfung
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Jabfung Jabfung Jabfung Jabfung
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
DIREKTORAT PENCEGAHAN PENCEGAHAN
DAN DAN
SURVEILANS DAN DAN
PENGENDALIAN PENGENDALIAN
DAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MASALAH
KARANTINA PENYAKIT PENYAKIT
TULAR KESEHATAN
KESEHATAN MENULAR TIDAK
VEKTOR DAN JIWA
LANGSUNG MENULAR
ZOONOTIK DAN NAPZA
STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL

BAGIAN BAGIAN
BAGIAN BAGIAN
HUKUM, ORGANSASI, KEUANGAN DAN
PROGRAM DAN KEPEGAWAIAN DAN
DAN HUBUNGAN BARANG MILIK
INFORMASI UMUM
MASYARAKAT NEGARA

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN PERATURAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PROGRAM PERUNDANG- PERBENDAHARAAN KEPEGAWAIAN
UNDANGAN

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN


SUBBAGIAN
ORGANISASI DAN VERIFIKASI DAN LAYANAN
ANGGARAN
TATA LAKSANA AKUNTANSI PENGADAAN

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
SUBBAGIAN ADVOKASI
PENGELOLAAN TATA USAHA
INFORMASI DAN HUKUM DAN
BARANG MILIK DAN RUMAH
EVALUASI HUBUNGAN
NEGARA TANGGA
MASYARAKAT

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN

DIREKTORAT
SURVEILANS DAN KARANTINA
KESEHATAN

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
PENYAKIT INFEKSI KEKARANTINAAN
SURVEILANS IMUNISASI
EMERGING KESEHATAN

SEKSI
SEKSI SEKSI KARANTINA
SEKSI
KEWASPADAAN DETEKSI PENYAKIT KESEHATAN
IMUNISASI DASAR
DINI INFEKSI EMERGING PELABUHAN DAN
BANDAR UDARA

SEKSI
SEKSI SEKSI KARANTINA SEKSI
RESPON KEJADIAN INTERVENSI KESEHATAN IMUNISASI LANJUTAN
LUAR BIASA PENYAKIT INFEKSI WILAYAH DAN POS DAN KHUSUS
DAN WABAH EMERGING LINTAS BATAS DARAT
NEGARA

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT HIV AIDS DAN HEPATITIS DAN PENYAKIT TROPIS
INFEKSI SALURAN
TUBERKULOSIS PENYAKIT INFEKSI PENYAKIT INFEKSI MENULAR
PERNAPASAN AKUT
MENULAR SEKSUAL SALURAN LANGSUNG
PENCERNAAN

SEKSI
SEKSI INFEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS SALURAN
HIV AIDS HEPATITIS KUSTA
SENSITIF OBAT PERNAPASAN
ATAS

SEKSI SEKSI
SEKSI
PENYAKIT PENYAKIT
TUBERKULOSIS SEKSI SEKSI
INFEKSI INFEKSI
RESISTENSI PNEUMONIA FRAMBUSIA
MENULAR SALURAN
OBAT
SEKSUAL PENCERNAAN

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN
ZOONOTIK

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT VEKTOR DAN
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
FILARIASIS DAN BINATANG
MALARIA ZOONOSIS ARBOVIROSIS
KECACINGAN PEMBAWA
PENYAKIT

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PENCEGAHAN PENCEGAHAN FILARIASIS PENCEGAHAN VEKTOR

SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI BINATANG
PENGENDALIAN PENGENDALIAN KECACINGAN PENGENDALIAN PEMBAWA
PENYAKIT

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT PENYAKIT
PENYAKIT PARU SUBDIREKTORAT
PENYAKIT PENYAKIT KANKER DIABETES
KRONIK DAN GANGGUAN INDERA
JANTUNG DAN DAN KELAINAN MELLITUS DAN
GANGGUAN DAN FUNGSIONAL
PEMBULUH DARAH DARAH GANGGUAN
IMUNOLOGI
METABOLIK

SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
PENYAKIT
PENYAKIT PARU PENYAKIT PENYAKIT GANGGUAN
DIABETES
KRONIK JANTUNG KANKER INDERA
MELLITUS

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


SEKSI
PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT
GANGGUAN
GANGGUAN PEMBULUH KELAINAN GANGGUAN
FUNGSIONAL
IMUNOLOGI DARAH DARAH METABOLIK

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT MASALAH SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


KESEHATAN JIWA ANAK DAN MASALAH KESEHATAN JIWA MASALAH PENYALAHGUNAAN
REMAJA DEWASA DAN LANJUT USIA NAPZA

SEKSI SEKSI SEKSI


KESEHATAN KESEHATAN MASALAH PENYALAHGUNAAN
JIWA ANAK JIWA DEWASA NAPZA DI MASYARAKAT

SEKSI SEKSI SEKSI


KESEHATAN KESEHATAN MASALAH PENYALAHGUNAAN
JIWA REMAJA JIWA LANJUT USIA NAPZA DI INSTITUSI

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
PENATAAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)
 Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas
teknis penunjang di lingkungan Kementerian, dapat dibentuk
Unit Pelaksana Teknis
1. Perpres 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara
2. Perpres 35 Tahun 2015 tentang Kemenkes
3. Permenkes 64 tahun 2015 tentang OTK Kemenkes

 UPT adalah organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan


tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis
penunjang tertentu dari organisasi induknya.
(PermenPAN 18/2008 tentang UPT)
USULAN
KEBIJAKAN PIMPINAN

1. Tidak ada pengurangan jumlah dan jenis UPT


2. Tidak ada penurunan Eselonisasi UPT
3. Penataan fungsi sesuai dengan tugas UPT
4. Penataan kedudukan UPT disesuaikan dengan
Permenkes 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan
DAFTAR UPT DI LINGKUNGAN Ditjen PP dan PL

 UPT DITJEN PP DAN PL : 59 UPT

1. Kantor Kesehatan Pelabuhan : 49


a. KKP Kelas I : 7
b. KKP Kelas II : 21
c. KKP Kelas III : 20
d. KKP kelas IV : 1

2. Balai/Besar Besar Teknik Kesehatan Lingk. & PP : 10


a. Balai BesarTeknik Kesling dan PP : 4
b. Balai Teknik Kesling dan PP Kelas I : 5
c. Balai Teknik Kesling dan PP Kelas II : 1
 KKP adalah Unit Pelaksana teknis Di Lingkungan
Kementerian Kesehatan Yang Di Bawah dan bertanggung
Jawab di bawah Ditjen PP dan PL
Permenkes 2348 tahun 2011 tentang OTK KKP

 B/BTKLPP adalah Unit Perlaksana Teknis Kementerian


Kesehatan Yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Ditjen PP dan PL.
Permenkes 2349 tahun 2011 tentang OTK BTKLPP
DISAMPAIKAN OLEH:
BAGIAN HUKUM ORGANISASI DAN HUMAS
DITJEN PP DAN PL
KEMENTERIAN KESEHATAN

JAKARTA, 18 SEPTEMBER 2015


Etika Organisasi Pemerintah
 Etika organisasi pemerintah diperlukan dlm kehidupan
organisasi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi
 Etika adalah nilai-nilai normatif/pola/perilaku seseorang/
badan/lembaga/organisasi sebagai kelaziman yang dapat
diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya
 Etika organisasi adalah pola sikap & perilaku yg diharapkan
dari setiap individu & sekelompok anggota organisasi yg
secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yg
sejalan dg tujuan maupun filosofi organisasi ybs
 PNS merupakan Aktor etika organisasi pemerintah dalam
mewujudkan tujuan organisasi
Etika Dalam Jabatan
Kewajiban Penyelenggara Negara (psl 5 UU No. 28/1999)
 M’ucapkan sumpah/janji sesuai agamanya sblm memangku
jabatannya
 B’sedia diperiksa kekayaannya sblm, selama, & setelah menjabat
 Melaporkan & m’umumkan kekayaannya sblm & stlh menjabat
 Tidak melakukan KKN
 Melaks tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, & gol
 Bekerja dg penuh tanggung jawab & tdk melakukan perbuatan
tercela, tanpa pamrih, baik utk kepentingan pribadi, keluarga, kroni,
maupun kelompok, & tdk m’harapkan imbalan dlm bentuk apapun
yg bertentangan dg ketentuan PerUUan yg berlaku
 Bersedia jadi saksi dalam perkara KKN/lainnya
AREA PERUBAHAN
1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

8 2. Penataan Tata Laksana


3. Penataan Peraturan Perundang-Undangan
4. Penguatan Pengawasan
5. Penataan Organisasi
6. Penataan Sistem Manajemen SDM
Aparatur
7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
8. Manaj Perubahan Pola Pikir & Budaya Kerja
..... Lanjutan
RAIH MANAJEMEN & RB DENGAN 4T

Tertib Tertib
Tertib Tertib
Adminis-
BMN SPIP perUUan
trasi
ANTI KORUPSI
PASAL 2 (1)
SETIAP ORANG YANG SECARA MELAWAN HUKUM MELAKUKAN
PEBUATAN MEMPERKAYA DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN ATAU
SUATU KORPORASI YANG DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
ATAU PEREKONOMIAN NEGARA, DIPIDANA DENGAN PIDANA
PENJARA SEUMUR HIDUP ATAU PIDANA PALING SINGKAT 4 (EMPAT)
TAHUN DAN PALING LAMA 20 TAHUN, DENDA PALING SEDIKIT
RP200.000.000,- DAN PALING BANYAK RP1.000.000.000,-.
7 Klasifikasi Korupsi
Merugikan Keuangan Negara

1
2 Suap
Konflik 7
Kepentingan

3 Gratifikasi
KORUPSI

Perbuatan 6
Curang
4
Penggelapan dalam
Pemerasan 5 Jabatan
PENYEBAB KORUPSI
TERPAKSA Dilakukan karena ingin memenuhi kebutuhan
(corruption by need) hidupnya sehari-hari yang tidak. tercukupi oleh
gajinya yang rendah.
Berhubungan dengan Niat dan Perilaku.

MEMAKSA Dilakukan karena adanya sifat keserakahan untuk


(corruption by greed) bisa hidup secara berlebihan (bermewah-
mewahan).
Berhubungan dengan Niat dan Perilaku

DIPAKSA Korupsi: pertemuan antara niat dan kesempatan.


(corruption by system) Kesempatan tercipta karena kelemahan sistem dan
peraturan
30
BUKU PERMENKES 14 TAHUN 2014
HAL-HAL YANG DIATUR DALAM PERMENKES
NOMOR : 14 TAHUN 2014

1 Kategori Gratifikasi

2 Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)

3 Mekanisme Pelaporan Gratifikasi

32
Pengertian  Pasal 12 B – UU No.31/1999
 jo UU No.20/2001
Gratifikasi
 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Nilai Rp. 10.000.000 atau lebih  pembuktian bahwa suap
dilakukan oleh penerima
 Nilai kurang Rp. 10.000.000, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan suap dilakukan oleh penuntut umum

TIDAK berlaku bila  bila lapor ke KPK dalam waktu 30


hari kerja 33
PENGERTIAN GRATIFIKASI
Gratifikasi adalah : Pemberian uang,
Gratifikasi barang, rabat (discount), komisi
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
Pasal 1 Permenkes No.14/2014 fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya baik yang diterima di dalam
negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik
yang berhubungan dengan jabatan atau
kewenangan (penjelasan Pasal 12 B
Ayat(1) UU 31/1999 jo UU 20/2001)
KATEGORI GRATIFIKASI

Gratifikasi

Tidak Dianggap
Dianggap Suap
Suap

Terkait Tidak Terkait


Kedinasan Kedinasan
35
...Lanjutan Kategori Gratifikasi

 Gratifikasi yang dianggap suap adalah gratifikasi


yang diterima oleh Aparatur Kementerian Kesehatan
yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan
dengan kewajiban dan tugas penerima.
 Gratifikasi yang tidak dianggap suap adalah
gratifikasi yang diterima oleh Aparatur
Kementerian Kesehatan yang tidak berhubungan
dengan jabatan dan tidak berlawanan dengan
kewajiban dan tugas penerima.

36
GRATIFIKASI DIANGGAP SUAP
Meliputi penerimaan namun tidak terbatas pada:

1. Marketing fee atau imbalan terkait pemasaran produk;

2. Cashback yang diterima instansi digunakan untuk


kepentingan pribadi ;

3. Gratifikasi terkait pengadaan barang/jasa, pelayanan


publik atau proses lainnya;

4. Sponsorship terkait pemasaran atau penelitian suatu


produk.

37
GRATIFIKASI TIDAK DIANGGAP SUAP
1. Gratifikasi Tidak dianggap suap Terkait Kedinasan:

Meliputi gratifikasi yang diperoleh namun tidak terbatas pada:

 Cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan (rapat, seminar, workshop,


konferensi pelatihan dll)

 Kompensasi diterima terkait kegiatan kedinasan seperti honor,


transport akomodasi sesuai standar biaya yang berlaku di instansi
pemberi sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, nilai wajar, tidak
terdapat konflik kepentingan dan tidak melanggar ketentuan yang
berlaku di instansi penerima.

 Sponsorship diberikan pada organisasi terkait pengembangan institusi,


perayaan tertentu ysng dimanfaatkan secara transparan dan akuntabel

 Kompensasi/pengahasilan/jasa profesi saat jam kerja yg mendapat ijin


tertulis atasan.

38
2. Gratifikasi Yang Tidak Dianggap Suap
Tidak Terkait Kedinasan :
a. Diberikan orang lain yang memiliki hubungan keluarga
(kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu,
cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu, dan
keponakan, sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dg
penerima gratifikasi.
b. Diberikan orang lain dalam acara pernikahan, keagamaan, adat
yang tidak ada konflik kepentingan yang dilaporkan ke KPK dan
setelah diverifikasi KPK dinyatakan tidak dianggap suap.
c. Pemberian instansi berasal dari sumbangan bersama kepada
Aparatur Kemenkes selain upacara sebagaimana dimaksud
pada huruf b yang dilaporkan ke KPK dan setelah diverifikasi
KPK dinyatakan tidak dianggap suap;
d. Pemberian dari atasan kepada bawahan sepanjang tdk
menggunakan anggaran negara;

39
e. Pemberian dari sesama aparatur terkait acara perayaan
menyangkut kedudukan/jabatannya seperti pisah sambut,
promosi jabatan, pensiun yang dilaporkan ke KPK dan setelah
diverifikasi KPK dinyatakan tidak dianggap suap;
f. Pemberian dari sesama aparatur terkait musibah/bencana yang
dialami penerima gratifikasi atau keluarganya sepanjang tidak
mempunyai konflik kepentingan;
g. Hadiah, hasil undian, diskon/rabat, voucher, point reward atau
souvenir yang berlaku umum;
h. Hidangan, sajian yang berlaku umum;
i. Prestasi akademis/non akademis yang diikuti dengan
menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan,
perlombaan/kompetisi.
j. Keuntungan/bunga dari penempatan dana, investasi, saham
pribadi yang berlaku umum;
k. Kompensasi/pengahasilan/jasa profesi saat jam kerja yg
mendapat ijin tertulis atasan langsung/pihak lain yang
berwenang.
40
Unit Pengendalian Gratifikasi
(UPG)

Unit
Pengendalian
Gratifikasi
(UPG) adalah
Unit pelaksana
program
pengendalian
gratifikasi. 41
….Lanjutan UNIT PENGENDALIAN
GRATIFIKASI
UPG Kemenkes
(Kepmenkes RI No.HK.02.02/MENKES/193/2014)

Analisa, pelaporan, monev ke KPK terkait Gratifikasi

Unit UPG Unit Utama


Pengendalian (SK Irjen No. HK.02.03.1/1.4/2442/2004)

Gratifikasi Penerima laporan dari aparatur Kemenkes,


klarifikasi dan mengumpulkan berkas terkait
(UPG) gratifikasi

UPG Unit Pelaksana Teknis


Penerima laporan dari aparatur Kemenkes,
klarifikasi dan mengumpulkan berkas terkait
gratifikasi

42
MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI

 Aparatur Kemenkes wajib lapor gratifikasi ke KPK


 Untuk mempermudah koordinasi, pelaporan gratifikasi di
lingkungan Kemenkes dapat dilakukan melalui Unit
Pengendalian Gratifikasi (UPG).
 Dalam hal Aparatur Kemenkes melaporan gratifikasi
kepada UPG Kemenkes, harus memberitahukan kepada UPG
Unit Utama atau UPG UPT disertai bukti tanda terima dari
UPG Kemenkes.
 Dalam hal Aparatur Kemenkes melaporan gratifikasi
kepada KPK, harus memberitahukan kepada UPG Kemenkes
disertai bukti tanda terima dari KPK.
 Ketentuan pelaporan gratifikasi dikecualikan bagi
gratifikasi yang ditetapkan sebagai tindak pidana korupsi
dan/atau sedang dalam proses hukum
43
Batasan Waktu Pelaporan GRATIFIKASI

KPK

15 hari
30 hari

UPG
Kemenkes
5 hari

5 hari
UPG Unit
Utama
5 hari
UPG Unit
Pelaksana
Teknis
Aparatur
Kemenkes
44
KETENTUAN LAIN
Setiap pihak ketiga
yang bekerja atau
menjadi mitra
Kementerian
Kesehatan wajib
menandatangani pakta
integritas

45
Komitmen Pengendalian
Gratifikasi
Pada 12 Maret 2014
ditandatangani
Komitmen Bersama
antara Menkes dengan
Stakeholder tentang
Pengendalian
Gratifikasi dan
Pencegahan Tindak
Pidana Korupsi
46
Mitra Kerja Kemenkes yang
Menandatangani Komitmen
1. Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI)

2. International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG)

3. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

4. Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia


(Gakeslab)
5. Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP
Jamu).
6. Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI)

7. PT. Kimia Farma (Persero)

8. PT. Indofarma (Persero) tbk

9. PT. Bio Farma (Persero)

10. PT. Rajawali Nusindo Indonesia (RNI)

11. PT. Phapros, Tbk


47
Isi Komitmen
 Pernyataan Komitmen Bersama untuk:
1. Tidak memberi/menerima suap, gratifikasi, uang
pelicin dan atau fasilitas yang dianggap suap;

2. Tidak membiarkan adanya praktik suap;

3. Melaporkan setiap penerimaan gratifikasi yang


dianggap suap;

48
Isi Komitmen
 Pernyataan Komitmen Bersama untuk:
4. Menjaga lingkungan pengendalian gratifikasi;

5. Mendorong upaya pencegahan korupsi di lingkungan


masing-masing;

6. Mewajibkan semua angggota asosiasi untuk


melakukan pakta integritas.

49
Korupsi seperti benang kusut yang tidak mudah diurai
Sumber : clossetide wordpress.com
REFLEKSI PERISTIWA GRATIFIKASI LANJUTAN….
Modus Korupsi Saat Ini : Melibatkan Keluarga !!
Melakukan Korupsi Bersama-sama
Dampak Korupsi

perbedaan yang ada


di depan mata & tanpa jarak

06/11/2013 54
SIAPA PENERIMA
GRATIFIKASI?

Pegawai Negeri
atau
Penyelenggara
Negara

55
Uang /
setara Uang
Pinjaman tanpa
Rabat/Diskon
Bunga
Komisi Pengobatan Cuma2
Tiket Perjalanan Perjalanan Wisata
Fasilitas
Penginapan
dan fasilitas lainnya…

61
Ibu Menteri Kesehatan Menerima Dropbox Pelaporan
Gratifikasi dari Pimpinan KPK pada Rakerkesnas 2014
Penandatanganan Komitmen Bersama Pengendalian Gratifikasi antara
Kemenkes dengan Stakeholder pada Rakerkesnas 2014
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai