“DIFTERI”
Presentan:
dr. Farra martaningga
DPJP: Pembimbing:
dr. Fiona, Sp.A dr. Aprrizal, MARS
Nama : An. MG
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds Mekarsari Cipicung 12/05
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. Rasidin
Masuk RS : 29 / 07 / 2017 pukul 00.26 WIB
ANAMNESIS
alloanamnesis
Keluhan Utama : Sesak nafas
Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan dan makanan tertentu.
Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya pasien sudah berobat ke RS Mery Cileungsi dan dirujuk k RSUD
Cileungsi karena ruang isolasi penuh
Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak mengkonsumsi obat-
obatan selama hamil, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak ada
kebiasaan merokok dan minum alcohol.
Riwayat kelaahiran :
Anak lahir spontan ditolong oleh bidan. Kehamilan cukup bulan.dan saat lahir anak
langsung menangis kuat.
Thoraks
Inspeksi : Simetris , retraksi interkostal (-)
Palpasi : Simetris saat statis dan dinamis.
Status Generalis
Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Tidak ada pembesaran Jantung
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Pulmo
Inspeksi : Simetris .
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri simetris.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen
Inspeksi : Datar, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani di ke empat kuadran abdomen
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, defans muskuler (-)
Kimia Klinik
GDS : 117 mg/dl
Fungsi Liver : SGOT : 89 U/L
SGPT : 28 U/L
Elektrolit: Natrium (Na) : 130mmol/L
Kalium (K) : 6,4 mmol/L
Kesan : sinus takikardi
Resume
Pemeriksaan pada kepala : mata cekung (+/+), air mata (-/-). Hidung :
pernapasan cuping hidung(+/+) , sekret(+/+) , mukosa mulut kering (+),
faring : pseudomembran (+) , leher : bullneck (+) Pada pemeriksaan
abdomen bising usus (+) normal, tugor kulit kembali cepat, pada
Extermitas: Akral dingin,edema -/-/-/- , CTR ˃ 2 detik
Assesement
- Dispneu Ec Difteri
- Dehidrasi Berat
- sepsis
Planning
Pasang NGT
Pasang DC
Pasang Elektroda
B. Planning Diagnostik:
Pemeriksaan laboratorium Darah rutin, SGOT/SGPT, GDS, ELEKTROLIT
EKG
Prognosis
Dubia ad malam
Follow Up Pasien di iGD dan ICU Isolasi
29/07/17 05:25 WIB
S/ P/
• Sesak nafas (+), benjolan di leher •Advice dr. Fiona, Sp.A :
(+) •Icu isolasi
•IVFD Asering 20 gtt macro/6 jam
O/ selanjutnya 16 gtt macro
•Inj. Ondancetron 3 x 2 mg KP
• KU: Sedang •PCT 20 cc/4 jam
• KS: Compos mentis •Inj Meropenem 3 x 400 mg / drip st
• Saturasi 98% •Inj. Amikasin 2 x 200 mg
• HR: 120x/menit •Nymiko drop 4 x 1 cc
• RR: 28x/menit •Pasang NGT + DC
•Jika syok resusistasi cairan dulu 20
• T: 37,6°C cc/kgBB secepatnya
• Mata:cekung (+/+) •Vit B1 dosis 3 x 100 mg s/d 10 hari
• Tenggorokan : Pseudomembran •Azitromisin Syr 1 x 3 ml
(+) •EKG
• Leher: Bullneck + •ADS (CITO), dosis Hari ke - 1 40.000 IU
dalam 200 ml NaCl 0,9%, dosis Hari
A/ ke - 2 : 20.000 unit dalam 200 ml
NaCl 0,9%. (belum di berikan di
• Dispneu Ec Difteri karenakan ADS tidak ada)
• - Dehidrasi Berat •Profilaksis Eritromisin bagi yang
kontak dengan pasien.
• - Imbalance Elektrolit
• sepsis
29/07/17 08:20 WIB
S/
P/
• Sesak nafas (+), bengkak di
leher (+) nyeri menelan (+) • Advice dr. Lony, Sp.A
O/ • • ADS 80.000 IU dalam 400
• KU: Tampak Sakit Sedang ml NaCl 0,9% : 40.000 IU
• KS: Compos mentis dalam NaCl 0,9% 200 ml
• GCS E4V5M6 dan 40.000 IU dalam NaCl
• HR: 120 x/menit 0,9% 200 ml (blm ada ADS)
• RR: 28 x/menit • •Perdrop dalam I, II
• Saturasi 98% • •Hati - hati Syok anafilaktik,
• Mata:cekung (+/+) siapkan adrenalin
• Tenggorokan : • •Antibiotik meropenem 3 x
Pseudomembran (+) 400 mg
• Leher: Bullneck + • •Mikasin 2 x 200 mg
A/ • •Azitromicyn syr 1 x 3 ml
• Difteri • •Mikasin Drop 4 x 1 cc
• Sepsis
29/07/17 11: 30 WIB
A/
• Difteri
• Sepsis
29/07/17 19: 00 WIB
S/ P/
• os mengeluh sakit • Advice dr. Fiona, Sp.A :
O/ • jika terjadi distres atau kondisi
nafas menurun maka di
• / KU: tampak sakit berat lakukan intubasi
• KS: Compos mentis
• konsul dr. Andi Sp.An (jika di
perlukan intubasi)
• HR: 113 x/menit
• RR: 26 x/menit
• TD: 121/85
• T: 36°C
• Tenggorokan : Pseudomembran +
• Leher: Bullneck +
• Ekstremitas: akral hangat, udem -
/-/-/-
A/
• Difteri
• Sepsis
29/07/17 21:40 WIB
S/ P/
• Sesak nafas (+) meningkat • Persiapan intubasi
O/
• / KU: Tampak Sakit berat
• KS: Compos mentis
• GCS E4V5M6
• HR: 108 x/menit
• RR: 42 x/menit
• TD: 108/53
• T: 36,8°C
• Saturasi 90%
• Tenggorokan : Pseudomembran +
• Leher: Bullneck +
• Ekstremitas: akral dingin, CRT> 2 "
A/
• Difteri
• Sepsis
29/07/17 21:45 WIB
S/
•Sesak nafas (+) meningkat , BAB (+)
P/
• Resusitasi
O/
• RJP 5 siklus diikuti
•KU: Tampak Sakit berat
pemberian epinefrin 0,2
•GCS E3V2M3 mg intravena, respirasi (-).
•HR: 30-40 x/menit
•RR: 5-7 x/menit
• RJP 5 siklus dilanjutkan
epinefrin 0,2 mg intravena
•TD: 70/42
kembali, respirasi (-).
•T: 36,5°C
•Saturasi 90% • RJP 5 siklus ketiga,respon (-
•Mata:midriasis minimal (+/+) ), diberikan injeksi sulfas
•Tenggorokan : Pseudomembran + atropin 2 mg intravena,
•Leher: Bullneck + respon (-).
•Ekstremitas: akral dingin, CRT> 2 " • EKG : Flat / Asystole.
•Nadi tidak teraba (+)
Difteri Tonsil Faring : menderita disfagia, serak, malaise atau nyeri kepala.
Dalam 1-2 hari kemudian timbul membrane yang melekat berwarna putih
kelabu, , infeksi faring ringan disertai dengan pembentukan membrane
tonsil unilateral atau bilateral, yang meluas secara berbeda-beda
mengenai uvula, palatum molle, orofaring posterior, hipofaring dan
daerah glottis. Edema jaringan lunak dibawahnya dan pembesaran
limfonodi dapat menyebabkan gambaran "bull neck". Pada kasus berat,
dapat terjadi kegagalan pernafasan atau sirkulasi. Dapat terjadi paralisis
palatum molle baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan dan
regurgitasi. Stupor, koma, kematian bisa terjadi dalam 1 minggu sampai 10
hari. bisa disertai penyulit miokarditis atau neuritis.
Gejala utama
Berupa membran khas terutama pada tonsil dan dinding faring dengan sifat
membran : tebal, putih kelabu, pinggir hiperemis dan udem, sukar diangkat dan
mudah berdarah.
Diagnosis
Difteri hidung
Ditemukan sekret serosanguinus dari lubang hidung dan tanda-tanda infeksi pada
lubang hidung dan bibir atas.
Difteri laring
Suara serak, stridor
Ada obstruksi pernafasan : sesak, retraksi dinding thoraks, sianosis
Difteri laring mudah didiagnosis secara klinis bila ada difteri tonsil dan faring. Bila
tidak ada tanda-tanda difteri tonsil dan faring, maka diagnosis difterilaring harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan laringoskopi.
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan bakteriologik :
Berupa preparat apusan langsung dari biakan (isolasi kuman
difteri) dari bahan apusan mukosa hidung dan tenggorok
(nasofaringeal swab).
Pemeriksaan penunjang3
Darah Rutin
Pemeriksaan mikrobiologi
Shick Tes : terutama untuk menentukan kerentanan
(suseptibilitas)/status imunitas terhadap difteria. Tidak berguna untuk
diagnosis dini.
Uji Kepekaan Moloney : untuk menentukan sensitivitas terhadap
produk bakteri dari basil difteri (hati-hati terjadi reaksi anafilaksis)
AGD, KGD, Elektrolit sesuai keadaan
Diagnosis Banding
Difteria Hidung, penyakit yang menyerupai difteria hidung ialah rhinorrhea
(common cold, sinusitis, adenoiditis), benda asing dalam hidung, snuffles
(lues congenital).
Difteria Faring, harus dibedakan dengan tonsillitis membranosa akut yang
disebabkan oleh streptokokus (tonsillitis akut, septic sore throat),
mononucleosis infeksiosa, tonsillitis membranosa non-bakterial, tonsillitis
herpetika primer, moniliasis, blood dyscrasia, pasca tonsilektomi.
Difteria Laring, gejala difteria laring menyerupai laryngitis, dapat
menyerupai infectious croups yang lain yaitu spasmodic croup,
angioneurotic edema pada laring, dan benda asing dalam laring.
Difteria Kulit, perlu dibedakan dengan impetigo dan infeksi kulit yang
disebabkan oleh streptokokus atau stafilokokus.
Penyulit
Penyulit difteri dapat terjadi sebagai akibat inflamasi lokal atau akibat
aktivitas eksotoksin. Maka penyulit difteri dapat dikelompokkan dalam
penyulit jalan nafas,
dampak eksotoksin terutama otot jantung, saraf dan ginjal,
infeksi sekunder oleh bakteri lain.
Pengobatan dan Penatalaksanaan.
Tujuan pengobatan penderita difteria adalah menginaktivasi toksin yang belum terikat
secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal,
mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi
penyerta dan penyulit difteria.
A. Pengobatan umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok
negative 2 kali berturut-turut. Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu.
Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang
adekuat, makanan lunak yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori.
Penderita diawasi ketat atas kemungkinan terjadinya komplikasi antara lain dengan
pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan setiap minggu selama 5 minggu. Khusus pada
difteri laring di jaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara dengan
menggunakan nebulizer.
Pengobatan dan Penatalaksanaan.
B. Pengobatan Khusus
1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS)
Antitoksin harus diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria. Dengan pemberian
antitoksin pada hari pertama, angka kematian pada penderita kurang dari 1%. Namun
dengan penundaan lebih dari hari ke-6, angka kematian ini biasa meningkat sampai
30%. Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama Sakit
C. Pengobatan Penyulit
Pengobatan terutama ditujukan untuk menjaga agar hemodinamika tetap baik.
Penyulit yang disebabkan oleh toksin pada umumnya reversible. Bila tampak
kegelisahan, iritabilitas serta gangguan pernafasan yang progresif merupakan
indikasi tindakan trakeostomi
D. Pengobatan Karier
Karier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan, mempunyai uji Schick
negative tetapi mengandung basil difteria dalam nasofaringnya. Pengobatan yang
dapat diberikan adalah penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan, atau eritromisin
40mg/kgBB/hari selama satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi/
edenoidektomi.
(+) (+) Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan atau eritromisin 40 mg/kgBB + ADS
20.000 KI
(-) (+) Toksoid difteria ( imunisasi aktif), sesuaikan dengan status imunisasi
Prognosis
Umumnya tergantung dari umur, virulensi kuman, lokasi dan penyebaran membran, status
imunisasi, kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis, dan perawatan umum.
Prognosis difteria setelah ditemukan ADS dan antibiotik, lebih baik daripada sebelumnya,
keadaan demikian telah terjadi di negara-negara lain. Kematian tersering pada anak
kurang dari 4 tahun akibat membran difteri. Menurut Krugman, kematian mendadak
pada kasus difteria dapat disebabkan oleh karena
(1) Obstruksi jalan nafas mendadak diakibatkan oleh terlepasnya difteria,
(2) Adanya miokarditis dan gagal jantung,
(3) Paralisis difragma sebagai akibat neuritis nervus nefrikus.
Anak yang pernah menderita miokarditis atau neuritis sebagai penyulit difteria, pada
umumnya akan sembuh sempurna tanpa gejala sisa; walaupun demikian pernah
dilaporkan kelainan jantung yang menetap. Penyebab strain gravis prognosisnya buruk.
Adanya trombositopenia amegakariositik dan leukositosis > 25.000/µl prognosisnya buruk.
Mortalitas tertinggi pada difteri faring-laring (56,8%) menyusul tipe nasofaring (48,4%) dan
faring (10,5%) .
Terima Kasih