Anda di halaman 1dari 60

TOPIK :

- KANKER
Kelompok IV NASOFARING
- KANKER PAYUDARA
Farah Indriyani
- KANKER SERVIKS
Leni Rosianty - HEPATOMA
Mesri Ulina
DEFINISI

Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul dan
berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat dan tidak terkendali dengan
bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya serta merusak bentuk dan fungsi
organ asalnya. Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut kanker.
KANKER NASOFARING

Kanker Nasofaring (KNF) merupakan


karsinoma yang muncul pada
daerah nasofaring ( area di atas
tenggorokan dan di belakang
hidung ),yang menunjukkan bukti
adanya diferensiasi skuamosa
mikroskopik ringan atau
ultrastruktur.
ETIOLOGI
Secara umum, faktor resiko yang menyebabkan kanker
dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal merupakan faktor di luar Angka insidensi KNF tertinggi
tubuh yang mempengaruhi atau mendorong
terdapat pada ras Asia dengan
pembentukan kanker. Sedangkan faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam tubuh. penyebaran KNF terbanyak terjadi
di Cina selatan (termasuk Hong
Kong), Singapura, Vietnam,
Faktor genetik, lingkungan dan pola hidup merupakan
Malaysia, dan Filipina.
faktor resiko terjadinya karsinoma nasofaring.
Klasifikasi Kanker Nasofaring
Keadaan Tumor Batasan
Primer (T)

Tx Tumor primer tidak dapat dinilai


T0 Tidak terdapat tumor primer.
Tis Karsinoma in situ.
T1 Tumor terbatas pada nasofaring atau meluas ke orofaring
dan/atau kavitas nasal, tanpa ekstensi parafaringeal.
T2 Tumor meluas ke parafaringeal.
T3 Tumor masuk ke struktur tulang pada dasar tengkorak
dan/atau sinus paranasal.
T4 Tumor dengan perluasan intrakranial, hipofaring, orbita, atau
infratemporal fossa.
Kelenjar Getah
Batasan
Bening Regional
(N)

Klasifikasi stadium TNM (sistem tumor-kelnjar-metastasis) American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7 untuk Kanker Nasofaring dalam Perhimpunan
Onkologi Indonesia (POI) 2010
Kelenjar Getah Batasan
Bening Regional
(N)

Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai.


N0 Tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional.
N1 Metastasis unilateral di kelenjar getah bening servikal, 6cm
atau kurang di atas fosa suprakavikula, atau keterlibatan
kelenjar getah bening retrofaringeal bilateral atau unilateral, <
6 cm pada dimensi terbesarnya.
N2 Metastasis bilateral di kelenjar getah bening, 6 cm atau kurang
dalam dimensi terbesar diatas fosa suprakalvikula
N3 Metastasis di kelenjar getah bening, ukuran > 6 cm.
N3a Ukuran > 6 cm
N3b Perluasan ke fosa supraklavikula
Metastasis Jauh Batasan
(M)

Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai


M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Metastasis jauh.
Sumber : Perhimpunan Onkologi Indonesia. Edisi 1, 2010.
– Daerah China bagian selatan menempati urutan
pertama dengan 2500 kasus baru pertahun atau
prevalensi 39,84/100.000 penduduk. Ras mongoloid
merupakan salah satu faktor dominan.
– Kasus ini di Indonesia sendiri cukup merata di setiap
daerah. Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
ditemukan lebih dari 100 kasus setahun, RS Hasan
Sadikin Bandung rata- rata 60 kasus, Ujung Pandang
25 kasus, Palembang 25 kasus, 15 kasus setahun di
Denpasar, dan 11 kasus di Padang dan Bukit Tinggi.
Patofisiologi
Benjolan pada tenggorokan

Infeksi telinga

Telinga berdengung (tinnitus)

Tidak nyaman atau gangguan


pendengaran

Gejala Berupa : Kesulitan membuka mulut


Klinis
Sakit kepala & Sakit tenggorokan

Wajah terasa nyeri atau mati rasa

Mimisan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

DIAGNOSIS Pada daerah yang bersangkutan untuk menghindarkan


positif palsu pada penyakit degeneratif tulang (artrosis).
a. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan tidak langsung daerah
Penegakan diagnosis nasofaring dapat dilakukan dengan cermin, tetapi variasi
bisa dilakukan dengan anatomi nasofaring pada beberapa pasien akan
mengakibatkan evaluasi yang tidak adekuat pada daerah
pemeriksaan CT-Scan ini.
daerah kepala dan
leher. Diagnosis pasti b. Biopsi nasofaring Konfirmasi pasti diagnosis KNF
ditegakkan dengan diperoleh dari hasil biopsi positif yang diambil dari
tumor di nasofaring. Endoskop ini memiliki jalur
melakukan biopsi penghisap dan forsep biopsi yang dapat dimasukkan
nasofaring melaluinya untuk mengambil biopsi tumor di bawah
pandangan langsung.
Komplikasi
– Komplikasi yang mungkin terjadi – Kanker juga dapat menyebar ke
akibat kanker nasofaring dapat organ lain. Apabila kanker telah
berbeda-beda. Jika kanker yang menyebar, akan menimbulkan
diderita pasien semakin besar, gejala lain sesuai organ yang
akan membahayakan organ lain di terserang. Jika kanker telah
dekatnya, seperti tulang, menyebar ke kelenjar getah
tenggorokan, dan otak. bening, maka diperlukan tindakan
pembedahan untuk mengangkat
kelenjar tersebut.
Gejala dan tanda
Gejala dan tanda kanker nasofaring dapat dibagi dalam 4
kelompok yaitu :

1.Gejala nasofaring dapat 3.Gangguan penglihatan


berupa epistaksis ringan atau sehingga penglihatan menjadi
sumbatan hidung dan pilek diplopia (penglihatan
ganda)

2.Gangguan pada telinga


merupakan gejala dini yang
timbul karena tempat asal 4. Metastasis ke kelenjar
tumor. Gangguan dapat berupa leher dalam bentuk benjolan
tinitus, rasa penuh di telinga, di leher.
berdengung sampai rasa nyeri di
telinga.
Pemilihan Terapi Kanker

Memilih obat kanker tidaklah mudah, Terapi medik yang dapat


banyak faktor yang perlu diperhatikan digunakan untuk mengobati
yakni jenis kanker, kemosensitivitas karsinoma nasofaring ialah :
atau resisten, populasi sel kanker, a. Radioterapi
persentasi sel kanker yang terbunuh, b.Kemoterapi
siklus pertumbuhan kanker, imunitas c. Terapi Kombinasi
tubuh dan efek samping terapi yang d. Operasi
diberikan
Penatalaksanaan Diet Pada KNF

Jenis Diet

Diet yang diberikan bagi penderita kanker adalah Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
(TKTP) (Almatsier, 2004). Pada pasien kanker nasofaring selama pengobatan, seringkali
kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare, pembengkakan pada mulut, kesulitan
menelan dan lain sebagainya yang menyebabkan pasien perlu asupan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan kekebalan tubuh penderita dan
mengurangi efek yang lebih parah dari pengobatan kanker (Moore, 2002).
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
Prognosis atau tingkat
kesembuhan kanker nasofaring
dapat bervariasi, tergantung Tidak ada cara yang terbukti
dari stadium dan penyebaran
kanker. Umumnya, tingkat
secara pasti dapat mencegah
harapan hidup pasien kanker timbulnya karsinoma nasofaring.
nasofaring akan lebih tinggi jika Namun, upaya yang dapat
terdeteksi sejak dini atau pada dilakukan adalah menghindari
stadium awal. Namun, banyak kebiasaan yang dikaitkan dengan
faktor yang juga berperan dalam kondisi ini.
tingkat kesembuhan dan tingkat
harapan hidup.
TERIMAKASIH
Human Papilloma Virus
(HPV)
Kanker yang tumbuh pada bagian sel-sel
leher rahim atau mulut rahim yang Merupakan virus yang menyerang kulit dan
disebabkan oleh infeksi Human Papilloma membran mukosa manusia dan hewan.
Virus (HPV) dan ditularkan langsung melalui
kontak kulit saat melakukan hubungan
seksual pada penderita yang telah terinfeksi Kebanyakan dari Human Papilloma Virus
virus HPV. (HPV) tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala.
Ada dua golongan HVP :
- HVP resiko tinggi penyebab kanker
- HVP resiko rendah
Tipe yang paling berbahaya dari HPV
adalah jenis HVP 16 dan 18 yang
menyebabkan 80% kanker serviks.
Pernularan umumnya 90% hubungan
seksual dan 10% non seksual
EPIDEMIOLOGI

SINGAPORE
THAILAND
Pada Ras Cina Pada Ras Melayu
per 100.000
25,0 17,8 23,7 penduduk

IARC (International Agency For Research On Cancer) pada


tahun 2012 prevalensi kejadian untuk kanker serviks ada
528.000 kasus dengan angka kematian 266.000 kasus

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia pada tahun 2010, kasus

rawat inap pada kanker serviks sebesar 5.349 kasus (12,8%) di seluruh

rumah sakit. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kanker

dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu

sebesar 0.8%. Kepulauan Riau, Maluku Utara dan DI Yogyakarta

menjadi wilayah yang memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu

sebesar 1.5%.
ETIOLOGI
Perumpuan yg merokok

Perempuan dengan mitra


seksual multiple
Pengguna obat
imunosupresan/penekan
kekebalan tubuh.

Aktivitas Seksual Dini Riwayat terpapar Infeksi Menular


Seksual (IMS)
DETEKSI DINI
KANKER SERVIKS
Tes Pap Smear
Tes ini dilakukan oleh dokter kandungan dengan menggunakan alat spekulum yang berfungsi membuka liang vagina
untuk memeriksa perubahan sel-sel leher rahim yang kemungkinan dapat berubah menjadi kanker.

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)


Pada tes IVA dilakukan dengan mengusap atau mengoles pada leher rahim dengan asam asetat 3-5% menggunakan
aplikator kapas lesi prakanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik.

Biopsi Serviks
Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil sampel jaringan, atau biopsi dari serviks untuk memeriksa kanker
serviks atau kondisi lainnya. Biopsi serviks sering dilakukan selama kolposkopi.

Kolposkopi
Sebuah tes tindak lanjut untuk tes Pap abnormal. Serviks dilihat dengan kaca pembesar, yang dikenal sebagai
kolposkopi, dan dapat mengambil biopsi dari setiap daerah yang tidak terlihat sehat.
LANJUTAN...
Biopsi Kerucut (cone biopsy)
Biopsi serviks di mana irisan berbentuk kerucut jaringan akan dihapus dari serviks dan diperiksa di bawah mikroskop
disebut biopsi kerucut. Biopsi kerucut dilakukan setelah Tes Pap abnormal, baik untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan sel-sel berbahaya dalam serviks.

CT scanner
CT scanner membutuhkan beberapa sinar-X, dan komputer menciptakan gambar detail dari serviks dan struktur
lainnya dalam perut dan panggul. CT scan sering digunakan untuk menentukan apakah kanker serviks telah
menyebar, dan jika demikian, seberapa jauh.

Magnetic resonance imaging (MRI scan)


Sebuah scanner MRI menggunakan magnet bertenaga tinggi dan komputer untuk membuat gambar resolusi tinggi
dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul. Seperti CT scan, MRI scan dapat digunakan untuk
mencari penyebaran kanker serviks.

Tes DNA HPV


Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari Human papillomavirus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat
mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks yang hadir.
Faktor etiologi karsinoma cervik

(aktivitas seksual dini, merokok, wanita dgn mita multiple, infeksi virus HPV dll)
Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
Ca. Serviks Penatalaksanaan penatalaksanaan

Pembedahan rolad 0-IIa


Keputihan Invasi ke vaskuler Invasi ke serabut Kemoterapi dan Takut
saraf radioterapi stad. IIb - IVb
bau busuk
Gangguan Gangguan pola Perdarahan spontan Nyeri Cemas
seksual Kemoterapi dan radioterapi
body image
Gangguan rasa nyaman (ER)
Berulang
nyeri

Mediator Hipovolemia Anemia


pertumbuhan
mikroorganisme Resiko defisit O2 ke jaringan ↓
Resiko volume cairan
PATOFISIOLOGI Gangguan perfusi jaringan
infeksi

Gastro Sumsum Sistem


intestinal tulang integritas

Stomatitis Depresi Kulit kering


Mual-muntah sumsum tulang Gatal
Anoreksia Hiperpigmentasi
Resiko Leukopeni Alopesia
Trombositopeni
kurang Resiko
Anemia
kerusakan Gangguan body
Daya tahan integritas kulit
tubuh ↓ image
STADIUM KANKER SERVIKS
Stadium adalah istilah yang digunakan oleh ahli medis untuk menggambarkan tahapan kanker
serta sejauh mana kanker tersebut telah menyebar dan menyerang jaringan di sekitarnya.
Penetapan stadium ini merupakan upaya hati hati guna mengetahui dan memilih perawatan yang
terbaik untuk mengobati penyakit.
Klasifikasi untuk tingkat kanker serviks ada 2 menurut International Kategori T menjelaskan asal (primer)
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) dari World Health tumor.
Organization (WHO) Tx : Tumor primer tidak dapat
dievaluasi
Sistem Tumor Nodul dan Metastasis (TNM) dari International Union Against
Cancer (UICC) serta American Joint Committee on Cancer (AJCC). T0 : Tidak ada bukti tumor primer
Tis : Karsinoma in situ (kanker dini
Stadium FIGO terbagi kepada 0, I, IA, IA1, IA2, IB, IB1, II, IIA, IIB, III, yang belum menyebar ke jaringan
IIIA, IIIB, IV, IVA, dan IVB. tetangga)

Sementara, T1-T4 : Ukuran dan/atau besarnya


tumor primer.
Stadium TMN terbagi kepada Tx, T0, Tis, T1, T1a, T1a1, T1a2, T1b, T1b1,
T2, T2a, T2b, T3, T3a, T3b, T4, dan M1
Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan Diet Kanker Serviks

• Cerlage serviks • Energi tinggi, yaitu 32 kkal/ kg BBI. Apabila pasien


• Terapi antibiotic dalam keadaan gizi kurang, maka energi menjadi 36
kkal/ kg BBI.
• Metode krioterapi • Protein tinggi, yaitu 1 – 1,5 g/kg BB.
• Terapi laser • Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi
total dan dalam bentuk MCT atau lemak tidak jenuh.
• Kemoterapi • Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi
• Histerektomi total total.
• Vitamin dan mineral cukup sesuai AKG, terutama
• Biopsi Kerucut vitamin A, B kompleks, C dan E.
• Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi
radioaktif internal.
• Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien
akan menjalani kemoterapi agresif, pasien harus
mendapat makanan yang steril.
• Porsi makan kecil dan sering diberikan.
PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker meliputi :

a. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan

seks.

b. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau

menurut petunjuk dokter.

c. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker serviks.

d. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan alat kelamin dan tidak merokok.

e. Memperbanyak makan sayur dan buah segar.


PROGNOSIS
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan umum fisik, stadium, ciri-ciri histologis sel-sel tumor,

kemampuan ahli atau tim yang menangani, dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan mempertahankan kelangsungan

hidup pasien (survival live) 5 tahun setelah pengobatan adalah sebagai berikut:

 Stadium I : lebih kurang 85%

 Satdium II : antara 42% dan 70%

 Stadium III : antara 26% dan 42%

 Stadium IV : antara 0% dan 12%


KANKER
PAYUDARA
KANKER PAYUDARA
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal pada sel
– sel yang terdapat pada jaringan payudara. Jaringan payudara
tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara. Kanker payudara meyebabkan sel dan
jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan
bertambah banyak secara tidak terkendali.

Karsiogenesis atau perkembangan kanker terjadi dala dua tahap,


yaitu tahap inisiasi dan tahap promosi.

Inisiasi adalah awal terjadinya perubahan sel yang cepat tetapi


belum bersifat aktif. Tahap promosi adalah tahap aktifnya sel – sel
kanker menjadi matang, berkembang dan menyebar dengan cepat.
Tahap inisiasi hingga manifestasi klinik dapat terjadi dalam waktu
5 – 20 tahun.
EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara adalah kanker paling umum kedua di dunia dan merupakan kanker yang paling sering di
antara perempuan dengan perkiraan 1,67 juta kasus kanker baru yang didiagnosis pada tahun 2012 (25% dari
semua kanker). Kasus kanker payudara lebih banyak terjadi di daerah kurang berkembang (883.000 kasus)
dibandingkan dengan daerah yang lebih maju (794.000 kasus).

Tingkat Incidence Rate (IR) bervariasi hampir empat kali lipat di seluruh wilayah dunia, mulai dari 27 kasus per
100.000 di Afrika Tengah dan Asia Timur sampai 92 kasus per 100.000 di Amerika Utara.

Menurut IARC (InternationalAgency For Research On Cancer) pada tahun 2012 menyebutkan prevalensi
kejadian kanker payudara sebesar 40 per 100.000 wanita. Estimasi Globocan angka kematian di Indonesia
untuk kanker payudara adalah 16.6 kematian per 100.000 penduduk.

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014
kasus (28,7%). Penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia
pada tahun 2013, yaitu sebesar 0.5%. DI Yogyakarta menjadi wilayah yang memiliki prevalensi kanker
payudara tertinggi yaitu sebesar 2.4%.
ETIOLOGI
Berdasarkan data tahun 1992 – 1996 Science and Engineering Education Center (SEEC) mengungkapkan
USIA
kemungkinan terjadinya kanker payudara pada usia 15 – 39 tahun sebesar 59/100.000 dan usia 55 – 59 tahun
sebesar 296/100.000. Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke
atas. Hanya 6%-nya terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun. Meski demikian, semakin hari
semakin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an

GENETIK
Adapun faktor keturunan yang mempengaruhi risiko kanker payudara pada wanita, antara lain:
terdapat tiga orang atau lebih keluarga sedarah yang terkena kanker payudara, adanya riwayat
kanker payudara pada keluarga, adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.

RIWAYAT
TUMOR JINAK
Adanya riwayat penyakit tumor payudara juga dapat menjadi penyebab timbulnya kanker payudara.
Beberapa sel tumor jinak pada payudara dapat berubah menjadi ganas, seperti pada jenis tumor
hyperplasia dan duktus atipik.
ETIOLOGI
HORMONAL Faktor hormonal yang berperan meningkatan risiko kanker payudara, yaitu: faktor endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen yang dimaksud yaitu faktor menarche dini (usia 12 tahun). Di negara – negara berkembang
terjadi pergeseran usia menstruasi awal dari sekitar 16 – 17 tahun menjadi kurang dari 12 tahun. Risiko kanker
payudara 1,7 - 3,4 lebih tinggi dari wanita dengan menarche usia normal.

Sedangkan faktor eksogen yang dikatakan dapat meningkatkan risiko kanker payudara yaitu penggunaan terapi
hormonal (Hormon Replace Therapy) dalam jangka waktu lama. Terapi hormon esterogen yang berlebih dari luar
juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita disebabkan karena dapat merangsang pertumbuhan
sel – sel menjadi lebih cepat dan tidak terkontrol.

LINGKUNGAN Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara yaitu pengaruh pekerjaan dan radiasi.
& GAYA HIDUP
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun gaya
hidup yang berperan dalam hal memperbesar risiko terkena kanker payudara terdiri dari merokok aktif,
konsumsi alkohol, konsumsi lemak berlebih, serta aktifitas fisik. Oleh sebab itu angka kejadian kanker
payudara terus meningkat, bahkan tidak hanya terjadi pada wanita di atas umur 50 tahun tetapi pada wanita
yang masih tergolong muda.
Pada stadium lanjut
dapat timbul nyeri
tulang, penurunan
berat badan,
pembengkakan
lengan dan ulserasi
kulit.
Berdasarkan sifatnya, kanker payudara Stadium Kriteria
dibedakan menjadi dua. Pertama, kanker I Terbatas pada payudara dengan diameter ≤ 2 cm
payudara invasif, sel kanker merusak II Terbatas pada payudara dengan diameter 2 cm sampai
saluran dan dinding kelenjar susu, serta
≤ 5 cm atau tumor yang lebih kecil dan secara klinis
menyerang lemak dan jaringan
melibatkan kelenjar limfe aksila yang kecil dan dapat
konektif payudara disekitarnya. Kanker
ini bersifat invasif hanya menyerang digerakkan.
tanpa menyebar (metastatik) ke simpul
IIIa Tumor dengan diameter 5 cm dengan pembesaran
limpa ataupun organ lain dalam tubuh.
Kedua, kanker payudara noninvasif, sel limfe aksila, melekat satu dengan yang lain atau pada

kanker terkunci dalam saluran susu, jaringan yang berdekatan.


serta tidak menyerang lemak dan IIIb Melibatkan kulit – edema, ulserasi, nodula satelit;
jaringan konektif payudara
melekat pada dinding dada; metastasis kelenjar limfe
disekitarnya. Ductal carcinoma in situ
(DCIS) termasuk salah satu kanker supraklavikular atau infraklavikular; edema lengan

payudara non invasif yang paling sering ipsilateral; kanker mengalami inflamasi.
terjadi (90%).
IV Metastasis jauh
PEMERIKSAAN
Penatalaksanaan Diet Kanker Payudara

PAYUDARA • Energi tinggi, yaitu 36 kkal/ kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/ kg BB


untuk perempuan. Apabila pasien dalam keadaan gizi kurang, maka
energi menjadi 40 kkal/ kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/ kg BB
untuk perempuan.
• Protein tinggi, yaitu 1 – 1,5 g/kg BB.
• Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi total dan dalam
bentuk MCT atau lemak tidak jenuh.
• Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
• Vitamin dan mineral cukup sesuai AKG, terutama vitamin A, B
• Mamografi kompleks, C dan E.
payudara • Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.
• Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani
• Fine Needle kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.
Aspirate (FNA) • Porsi makan kecil dan sering diberikan.
• Adapun bahan makanan yang dianjurkan untuk diet kanker payudara,
• Biopsi inti antara lain :
• Biopsi Bedah • Makanan yang kaya akan kandungan antioksidan, seperti jeruk,
jambu biji, apel, tomat.
• Karotenoid, yang terkandung dalam wortel.
• Lignin, yang dapat ditemukan dalam buah pir, plum, sayuran buncis,
asparagus, kembang kol, brokoli, daun bawang, bawang putih,
paprika, bawang bombay, labu, ubi, lobak, rumput laut, kacang
kedelei, kacang merah, gandum, jagung, beras merah dan sorgum.
• Pengobatan Terhadap Ductus
Carcinoma In Situ(DKIS)
• Mastektomi
• Mastektomi di bawah kulit atau
mastektomi untuk menghemat kulit.
• Operasi Aksilari

Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik


untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan
hidup lima tahun pada penderita kanker payudara
yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati :
1. 95 persen untuk stadium 0
2. 88 persen untuk stadium I
3. 66 persen untuk stadium II
4. 36 persen untuk stadium III
5. 7 persen untuk stadium IV.
HEPATOMA
Hati adalah organ terbesar yang terletak di
perut sebelah kanan atas.

Fungsi hati :
• Penting dalam menyaring darah agar tetap
bersih dan membuang racun atau zat sisa
dari dalam darah.
• Menyimpan energi dalam bentuk gula
(glikogen)
• Menghasilkan empedu untuk memecah
lemak di saluran pencernaan.
Hepatocellular Carcinoma
(HCC) atau disebut juga
hepatoma atau Karsinoma
Hepato Selular (KHS)
merupakan tumor ganas
hati primer yang berasal
dari hepatosit
Hepatoma biasa Hepatitis virus Kebiasaan
dan sering terjadi kronik adalah merokok juga
pada pasien faktor risiko dikenali sebagai
dengan sirosis hati penting hepatoma, faktor resiko,
yang merupakan virus penyebabnya khususnya disertai
komplikasi adalah virus kebiasaan minum
hepatitis virus hepatitis B dan C minuman keras.
kronik
EPIDEMIOLOGI

RISKESDAS
• Asia tenggara menduduki peringkat
kedua dalam insiden tumor hepar di
• Prevalensi tumor/kanker di
dunia Indonesia menunjukkan adanya
• Indonesia berada di peringkat ketiga peningkatan dari 1.4 per 1000
penduduk di tahun 2013
setelah Vietnam, dan Thailand menjadi 1,79 per 1000
• KHS merupakan 10-20% dari seluruh penduduk pada tahun 2018

penyakit hepar di Indonesia • Angka kejadian di Indonesia


• KHS paling banyak ditemukan pada kanker hati sebesar 12,4 per
100.000 penduduk dengan rata-
usia 50-70 tahun dan lebih sering rata kematian 7,6 per 100.000
terjadi pada pria dibanding wanita penduduk.

dengan rasio insiden 2-4:1


– Ketika tumor berkembang menjadi lebih besar,
pasien bisa mengalami hal-hal berikut ini:
 Nyeri di sisi kanan perut bagian atas
 Nyeri pada bahu sebelah kanan
 Kehilangan nafsu makan dan berat
badan
 Merasa mual
 Benjolan di perut bagian atas
 Kulit dan mata berwarna kuning
 Urin berwarna seperti teh dan tinja
berwarna abu-abu terang
 Asites (pengumpulan cairan di dalam
perut)
Pemeriksaan
Laboratorium
Kadar α-fetoprotein(AFP) dalam serum yang meningkat pada 70-90%
pasien karsinoma hepatoseluler, kadarnya sangat tinggi > 1000
mg/ml

Pemeriksaan
Radiologi
Imaging study yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
karsinoma hepatoseluler adalah pemeriksaan Multidetector CT scan
atau MRI yang diperkuat dengan kontras

Biopsi
DIAGNOSA
Kebanyakan pasien kanker hati yang datang sudah stadium
lanjut, yaitu stadium 3 atau 4

Untuk menegakkan Tes MRI


Ultrasound CT
diagnosa Darah Hati
scan

Jika gambar ultrasound menunjukkan tumor, maka


dokter harus melakukan biopsi pada hati
Hepatokarsinogenesis dianggap suatu proses yang berasal dari sel-sel
induk hati atau berasal dari sel hepatosit yang matang dan merupakan
perkembangan dari penyakit hati kronis yang didorong oleh stres
oksidatif, inflamasi kronis dan kematian sel yang kemudian diikuti oleh
proliferasi terbatas / dibatasi oleh regenerasi, dan kemudian
remodeling hati permanen.
TERAPI
Tindakan pengobatan, tergantung pada –Ablasi frekuensi radio –Radioterapi tubuh ablatif
stadium kanker yang dihadapi : stereotaktik (SABR)
 Tindakan pengobatan ini
– Pengangkatan dengan pembedahan dilakukan dengan menggunakan  Tindakan ini diindikasikan pada
 pasien penderita kanker hati yang teknik pengobatan termal lokal, pasien yang telah mengalami
tumornya hanya memengaruhi menggunakan suhu 60∘C untuk kekambuhan meskipun telah
salah satu dari lobus hati dan
fungsi hatinya masih normal
menghancurkan jaringan tumor menjalani beberapa sesi TACE

–Kemoembolisasi Trans-Arteri (TACE)  Bagi mereka yang terinfeksi  Pasien dengan trombosis vena
kanker hati primer dan kanker portal yang tidak cocok dengan
 bagi pasien yang tumornya telah
menyebar ke kedua sisi hati, hati metastatik. TACE juga bisa diobati dengan
namun belum menyebar ke organ –Transplantasi hati SABR
lain
 Khusus bagi pasien yang fungsi  respons objektif mencapai 80-90%
–Injeksi alkoholm pada KHS
hatinya telah memburuk, dan
 pasien dengan ukuran tumor lebih pasien yang telah menjalani
kecil dari 3 cm atau yang jumlah
tumornya kurang dari 3 buah
tindakan pengobatan
KOMPLIKASI PROGNOSA
Komplikasi umum • Angka ketahanan hidup 3
teramati pada pasien tahun untuk stadium A (60-
kanker hati, antara lain: 75%), stadium B (50%),
stadium C (10%) dan stadium
– Gagal hati D (0%)

– Gagal ginjal • Pasien pada tahap terminal


memiliki survival kurang dari 6
– Metastasis tumor bulan

Anda mungkin juga menyukai